Festival kuliner lintas iman diprotes komunitas anti syiah

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Festival kuliner lintas iman diprotes komunitas anti syiah
Komunitas anti syiah mempermasalahkan kemunculan warga syiah di publik.

 

 

JAKARTA, Indonesia—Sebuah acara masak-memasak “Festival Kuliner Lintas Iman” yang bertajuk “Makan yuk, biar akrab” di depan alun-alun Kota Bekasi pada Minggu, 17 Januari, diprotes oleh komunitas anti syiah dan Ahmadiyah. Menurut mereka, acara tersebut menista agama Islam. 

Pernyataan protes itu disampaikan oleh Pimpinan Daerah Persatuan Islam (Persis) Kota Bekasi Beben Mubarok dan Sekretaris Wildan Hasan. 

Menurut keduanya, syiah dan Ahmadiyah telah difatwa sesat oleh Majelis Ulama Indonesia, tapi berani muncul di publik. “Terlihat dari betapa beraninya mereka show of force di pusat kota dan di depan Masjid Agung Al Barkah yang merupakan simbol agama umat Islam Bekasi,” katanya seperti dikutip dari media.

Apa sebenarnya tujuan dari acara masak-memasak ini? 

Menurut keterangan dari Hardya Pranadipa, Program Officer Search for Common Ground Indonesia, program ini adalah gagasan Komunitas Holy Rujak, lembaganya, dan 12 organisasi kepemudaan berbasis agama lainnya. 

“Aksi ini merupakan salah satu respon terhadap bom dan serangan yang terjadi di Sarinah beberapa hari lalu. Pihak penyelenggara percaya bahwa terorisme harus dihadapi dengan persatuan masyarakat dan aksi damai yang lebih vokal,” katanya pada Rappler, Rabu, 20 Januari. 

Common Ground adalah lembaga non-profit internasional yang bergerak di bidang transformasi konflik. Organisasi yang berada di Indonesia sejak tahun 2002 ini bertujuan untuk menciptakan Indonesia yang plural, damai dan tanpa kekerasan, melalui kolaborasi dan kemampuan mengelola konflik. Informasi tentang Search dapat didapatkan melalui web.

Dalam acara ini, selain Common Ground, ada 12 organisasi pemuda berbasis keagamaan yang hadir antara lain Forum Pemuda Lintas Agama Bekasi, pemuda STFI Sadra, Pemuda Nusantara, Teraz, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, OASE, AMSA, Pemuda HKBP Filadelfia, GP Ansor, Fatayat, Pemuda Theravada Indonesia, dan Majelis Luhur Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Di acara itu mereka mendirikan stand berisi makanan dan minuman, serta menampilkan kesenian seperti pencak silat dan akustikan di atas panggung. Peserta juga mengikuti lomba masak dan berbagai permainan yang membangun kerjasama di antara mereka. 

Dipa melanjutkan bahwa pemilihan medium kuliner karena makanan dianggap melekatkan silaturahmi. 

Diproses polisi  LOMBA MEMASAK. Seorang peserta sedang unjuk kebolehan dalam acara Festival Kuliner Lintas Iman di Bekasi, Minggu, 17 Januari. Foto oleh panitia

Selama acara, menurut Dipa, gelagat penolakan terhadap acara sudah terasa. Namun acara tersebut tidak dibubarkan. “Hingga selesai acara, baru ada laporan dari komunitas anti syiah,” katanya. 

Panitia kemudian dipanggil oleh Polres Bekasi untuk menjalani interogasi terhadap semua pihak yang terlibat. 

Setidaknya ada dua hal yang ditanyakan pada panitia saat pemeriksaan, materi acara dan perizinan. 

Dari hasil pemeriksaan, untuk sementara, menurut Dipa, belum ada indikasi acara tersebut melakukan penistaan agama seperti yang ditudingkan oleh kelompok anti syiah. 

Sumber Rappler di polres yang mengetahui materi pemeriksaan membenarkan hal tersebut. “Untuk sementara tidak ditemukan tindak pidana penistaan agama, karena dalam kegiatan itu tidak ada syiar, hanya kegiatan kuliner yang juga melibatkan anak yatim,” kata salah seorang penyidik di bagian reskrim. 

Namun, kata sumber tersebut, acara kuliner lintas iman tak mengantongi izin. Dipa yang mewakili panitia membenarkan hal tersebut. Menurut pengakuannya, panitia mengurus izin pada seorang perantara, tapi ternyata proses izin pada tiga lembaga tak diurus. 

Panitia mengaku kecolongan dengan izin. “Padahal mereka sudah memberi sejumlah uang pada wartawan tersebut,” kata sang sumber. 

Mengadu pada Wali Kota 

Untuk menyelesaikan masalah ini, selain lewat jalur hukum, panitia mengupayakan dialog. Menurut Dipa, pagi ini, panitia kuliner lintas iman akan dipertemukan dengan komunitas anti syiah di ruang Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi. 

Rencananya panitia akan memaparkan visi dan misi lembaga dan tujuan acara tersebut. Setelah itu giliran komunitas anti syiah mengutarakan protesnya pada walikota.

Hingga berita ini diturunkan, acara dialog antara kedua kubu masih berlangsung.—Rappler.com

BACA JUGA 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!