Akademisi Malang akan gugat Glenn Fredly ke jalur hukum

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Akademisi Malang akan gugat Glenn Fredly ke jalur hukum
Film yang diproduseri Glenn Fredly diduga mengadaptasi cerita yang pernah ditulis Yusri Fajar tanpa ijin.

MALANG, Indonesia – Seorang akademisi dari Universitas Brawijaya, Malang, Yusri Fajar akan menggugat secara hukum musisi dan produser Glenn Fredly jika tetap meluncurkan film bertajuk “Surat dari Praha”. Film musikal itu dituding menjiplak isi cerita pendek karya Yusri yang pernah diterbitkan tahun 2012 lalu.

Melalui kuasa hukumnya, Solehudin, Yusri sudah melayangkan somasi sebanyak dua kali.

“Tapi, tak ada jawaban dari kuasa hukum Glenn Fredly,” ujar Solehuddin pada Rabu 20 Januari.

Bahkan, sebelum diajukan somasi, Solehuddin sudah berdialog dengan tim kuasa hukum Glenn pada Agustus 2015. Saat itu, Solehuddin mencoba mengklarifikasi soal kesamaan judul, isi dan setting film “Surat dari Praha”. Tetapi, saat itu belum ada kesepakatan antara kedua pihak dan berlanjut hingga saat ini.

Sebenarnya, dalam Undang-Undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta juga terbuka mekanisme mediasi. Tetapi, saat berdialog dengan penulis skenario kesamaan media, surat, tempat dan isi cerita dianggap hanya kebetulan semata.

Solehuddin mewanti-wanti pihak Glenn jika film musikal tersebut tetap diluncurkan, maka kliennya tidak segan-segan mengajukan gugatan ke pengadilan niaga atau gugatan pidana.

“Glenn telah melanggar hak cipta,” tegas Solehuddin.

Melalui tuntutannya itu, Yusri berharap ada penghargaan terhadap seniman daerah. Selama ini, banyak karya seniman daerah yang diadaptasi dan diambil tanpa penghargaan sama sekali.

“Seniman daerah dikalahkan pemodal, tak ada penghargaan atas hak cipta,” kata Yusri.

Dalam buku setebal 161 halaman, terdapat 14 cerpen yang ditulis Yusri. Cerpen itu dihasilkan berdasarkan pengamatan dan cerita dari temannya yang menempuh pendidikan program beasiswa Dinas Pertukaran Akademisi Jerman di Universitas Bayreuth, Bayern. Sementara, cerpen “Surat dari Praha” berisi cerita mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di luar negeri.

Mahasiswa bernama Marwo itu kuliah di Universitas Charles, Praha pada tahun 1960-an. Cerpen itu ikut dibumbui kisah cinta dengan gadis Praha bernama Pavla. Terdapat kisah berlatar belakang pergolakan politik tahun 1965. Akibatnya Marwo dan para mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di Eropa Timur tidak berani pulang ke Tanah Air.

Bahkan, Marwo khawatir akan dianggap terlibat Partai Komunis Indonesia. Dia sempat hendak bunuh diri, tetapi selalu dikuatkan oleh Pavla. Marwo kemudian memilih menetap dan bekerja paruh waktu untuk membiayai kuliahnya di Praha.

Di sana, dia akhirnya membuka restoran yang menjual sate dan membangun rumah tangga bersama Pavla.

Yusri mengatakan, kisah itu ditulis ketika dia berkunjung ke Praha saat tengah dilakukan kegiatan Reading Ulysses di James Joyce Foundation, Zurich Swiss. Dia mendapat cerita nasib eksil atau orang terbuang saat tahun 1960-an.

Sementara, film “Surat dari Praha” yang diproduksi oleh Visinema Picture itu berkisah mengenai orang terasing yang kena imbas kasus Partai Komunis Indonesia di tahun 1965. Mereka kemudian tidak bisa pulang ke Indonesia. Film tersebut dibintangi Julia Estelle dan Tio Pakusadewo.

Film itu disutradai oleh Angga Dwimas, sedangkan Glenn bertindak sebagai produser.

– Rappler.com

BACA JUGA: 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!