Kisah Frank Feulner yang selamat dari Bom Thamrin

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah Frank Feulner yang selamat dari Bom Thamrin
Pelaku teror bom mendekati Feulner dan Kieft karena mereka orang asing yang berada di dalam Kafe Starbucks.

JAKARTA, Indonesia – Kamis, 14 Januari menjadi hari yang kelabu bagi warga Jerman, Frank Feulner. Saat tengah asyik menikmati kopi di Starbucks Cafe Menara Skyline, Sarinah, bersama rekannya Johan Kieft, tiba-tiba dia didekati pelaku bom bunuh diri.

Akibat insiden itu, Feulner mengalami luka gores, sedangkan Kieft menderita cedera berat dan masih dirawat di Singapura. Dalam wawancara dengan stasiun berita ABC, Feulner dan Kieft tengah asyik mengobrol. Kedua sahabat itu tengah ngobrol mengenai liburan mereka masing-masing.

Pelaku tiba-tiba datang dan duduk meja sebelah kanan. Pelaku yang kemudian diketahui bernama Ahmad Muhazan itu, meledakan rompi berisi bahan peledak.

“Muncul cahaya yang disusul bunyi ledakan. Saya merasakan seperti ditampar dari sisi kanan wajah saya. Selain terasa sangat panas. Bahan berbau mesiu membakar kulit dan rambut,” ujar Feulner mencoba mengingat kejadian tragis pada pekan lalu.

Dia mengaku sudah pasrah dan merasa tak akan selamat. Tetapi, belakangan dia berhasil membuka kedua matanya. Saat mencoba bangkit, Feulner sempat terpleset di serpihan kaca dan melukai tangan kanannya.

Sementara, rekannya, Kieft mengalami cedera yang lebih berat.

“Rekan saya ini masih terduduk di kursi depan saya. Dia masih bisa menatap saya,” ujar Feulner.

Dia membalas tatapan Kieft dan berteriak agar secepatnya keluar dari area Starbucks.

“Tapi, dia tidak bergerak dan tidak bereaksi sama sekali,” kata pria yang bekerja di Jakarta sebagai konsultan itu.

Tak lama berselang, tiba-tiba dia mendengar ledakan lainnya di luar kafe. Feulner kemudian mengambil keputusan untuk berlari ke arah yang berbeda dari ledakan. Dia mengaku tak bisa menolong Kieft karena tubuhnya jauh lebih besar.

“Saat itu, saya yakin dia tidak akan meninggal karena matanya masih sempat menatap saya. Saya kelihatannya tidak mengalami luka dan tak menyadari bahwa bom yang meledak itu berisi paku dan sekrup,” kata Feulner.

Menurut Feulner, pelaku tampaknya sengaja menghampiri meja mereka karena keduanya merupakan orang asing di antara pengunjung kedai Starbucks saat itu.

Tidak takut

Feulner kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Abdi Waluyo. Sejak kejadian itu, dia terus didampingi sang istri, Bivitri Susanti. Feulner juga sempat dioperasi di bagian matanya.

Dia mengatakan tidak ingin orang lain takut keluar dari rumah karena peristiwa tersebut.

“Risiko mengalami serangan bom sama saja di Sydney, dengan di Berlin atau di Jakarta,” kata dia.

Bahkan, dia tidak takut usai menjadi korban bom. Feulner mengaku nyaman selama bekerja di Indonesia.

“Saya tidak ada keinginan pindah ke negara lain. Selama saya bekerja dan tinggal di sini, saya tidak mengalami sesuatu yang buruk. Ancaman terorisme dan bom bisa saja terjadi di seluruh dunia. Sulit untuk menghindarinya,” tutur Feulner seperti dikutip Detik.

Polisi menginformasikan Feulner pelaku serangan bom mengenakan rompi berisi bahan peledak yang dipicu secara manual dengan menggunakan tangan. Feulner sudah diijinkan meninggalkan rumah sakit pada Kamis kemarin.

Sementara, istri Feulner, Bivitri melalu akun Facebook mengucapkan terima kasih atas perhatian dari berbagai pihak terhadap keadaan suaminya. Dia juga mendoakan agar kondisi Johan segera membaik usai dirawat di Singapura.

“Kami harus menjawab pertanyaan dari polisi, kerabat, sahabat, rekan kerja, jurnalis dan banyak pihak lain mengenai apa yang sebenarnya terjadi hari itu. Tetapi pertanyaan paling sulit dilontarkan putri kami yang masih berusia enam tahun. Dia bertanya mengapa pelaku meletakan bom di sana untuk melukai Feulner dan Johan,” tulis Bivitri. – Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!