Amerika Serikat keluhkan negara koalisi tak sungguh-sungguh perangi ISIS

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Amerika Serikat keluhkan negara koalisi tak sungguh-sungguh perangi ISIS
Amerika sebut Turki dan Arab Saudi kurang 'berusaha' untuk memerangi ISIS. Apa penyebabnya?

WASHINGTON DC, Amerika Serikat—Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ashton Carter mengatakan bahwa beberapa anggota koalisi pimpinan negeri Paman Sam yang ikut melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dianggap tak serius dalam memerangi mereka.

Pidatonya ditujukan pada 65 anggota yang bergabung dalam koalisi yang membawa semangat “satu misi, banyak negara” yang seringkali dikaitkan dengan upaya untuk melawan ISIS.  

“Kebanyakan dari mereka tidak cukup melakukan sesuatu, bahkan tidak melakukan apa-apa,” katanya dalam wawancara dengan stasiun berita CNBC, di sela-sela acara World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss. 

“Kami bisa melakukan banyak hal seorang diri, tetapi kami mencari mitra yang bisa ikut memainkan peran mereka,” katanya, tanpa menyebut negara mitra yang dianggap tidak berupaya maksimal di dalam koalisi.

Dalam wawancara terpisah dengan Bloomberg TV, Carter malah dengan terang menyebut negara koalisi yang dimaksud tak berupaya maksimal adalah Arab Saudi.

“Kami butuh yang lain untuk ikut memikul beban ini, jangan sampai ada yang berpangku tangan,” katanya.  

Carter sebelumnya telah menghabiskan waktu beberapa pekan terakhir di Eropa, terutama di Paris, dalam upaya untuk menggalang dukungan melawan ISIS. 

Bulan depan, dia dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan perwakilan dari 26 negara koalisi. 

Berharap pada Turki 

Secara khusus, Carter menyebut Amerika Serikat menunggu Turki untuk meningkatkan perlawanannya pada jihadis. 

Turki sebelumnya telah mengizinkan AS untuk menggunakan Incirlik, pangkalan udara paling vital di kawasan selatan negara itu untuk menyerang ISIS di Irak dan Suriah. Tapi kata Carter, Turki perlu melakukan lebih banyak untuk mengamankan daerah perbatasannya dengan Suriah. 

“Turki adalah teman lama kami,” katanya. Tapi kenyataannya, kata dia, masih ada pejuang asing yang lolos di perbatasan. 

Carter kembali mengeluhkan bahwa negara-negara yang bergabung dalam daftar koalisi tidak sedikit. Seperti Arab Saudi yang tercatat dalam daftar koalisi, malah sibuk memerangi milisi Houthi di Yaman.

Amerika Serikat sendiri telah melakukan 9.800 serangan udara di Irak dan Suriah sejak musim panas 2014.  

Kendati ada sebagian negara di koalisi yang tidak berupaya maksimal, Carter malah segan meminta bantuan. Dia ngotot menyebut kini kemampuan ISIS semakin lemah, apalagi setelah militer berhasil mengambil alih Kota Ramadi di Irak. Koalisi yang dipimpin AS juga berhasil menghancurkan sumber keuangan dan kemampuan ISIS untuk menjual minyak di pasar gelap.

Pada saat teror ISIS di Paris pecah dan menyebabkan 130 orang meninggal, Prancis dan Inggris langsung menyatakan perang terhadap organisasi tersebut.  

Negara lainnya pun menyusul untuk bergabung, seperti Australia, Belgia, Kanada, Denmark, Yordania, Belanda, Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Kemudian, belasan negara lainnya juga ikut bergabung, antara lain Islandia, Italia, dan Panama. Mereka menyatakan komitmennya untuk memberikan dukungan, salah satunya dengan melatih pasukan militer di Irak dan Suriah.

Dibutuhkan segera respons global 

Pernyataan Carter ini menggambarkan tekanan yang sedang dialami Gedung Putih, di mana para kritikus mengatakan bahwa Presiden Barack Obama terlalu lamban untuk melawan ISIS. 

Meski koalisi mengklaim telah membunuh ratusan jihadis dan merebut banyak wilayah, tapi faktanya jihadis masih melancarkan serangan ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, Afghanistan, dan Paris. 

“Mereka muncul di Jakarta, mereka muncul di Eropa, mereka mengglobal, dan ini membutuhkan respons global,” kata Kolonel Steve Warren, juru bicara koalisi yang bermarkas di Bahghad. 

Derek Chollet, mantan asisten urusan keamanan internasional dan seorang penasehat senior di Jerman Marshall Fund mengatakan koalisi hari ini sangat berbeda dengan koalisi sebelumnya. 

“Dunia telah terbagi berdasarkan kebijakan dan legitimasi tindakan Amerika di Irak,” katanya pada Agence France-Presse.

“Dengan ISIS, ini benar-benar dinamis. Dunia bersatu untuk kepentingan melawan ISIS. Pernyataannya sekarang hanyalah sejauh mana kita mengerahkan daya dan upaya,” katanya. – dengan laporan dari Thomas Watkins, AFP/Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!