Butet soal video Freeport: Jangan diperpanjang lagi

Mawa Kresna

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Butet soal video Freeport: Jangan diperpanjang lagi

kelik broto

Butet sempat bertemu dengan mantan Direktur Utama Freeport Indonesia kala itu, Maroef Sjamsoeddin.

JAKARTA, Indonesia—Budayawan Butet Kartaredjasa akhirnya buka suara tentang penampilannya di video #KenalFreeport yang diunggah perusahaan tambang di Papua itu di kanal Youtube-nya. Alih-alih mengklarifikasi, Butet malah meminta media tak memperpanjangnya lagi. 

“Sudah nggak usah diperpanjang lagi, saya sudah memberikan keterangan ke media,” katanya singkat pada Rappler, Senin, 25 Januari.

Apa kata Butet di media? 

“Itu bukan iklan, dan saya tidak dibayar,” katanya pada Tempo. 

Butet kemudian menjelaskan kronologi hingga wajahnya muncul di video tersebut. 

Menurut Butet, cerita bermula pada Maret 2015, saat dia bersama Djaduk Ferianto dan Agus Noor mementaskan lakon Papua berjudul Tabib dari Timur untuk Indonesia Kita di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Freeport yang turut membantu pementasan itu hadir. Di sana, Butet berkenalan dengan Direktur Utama Freeport Indonesia kala itu, Maroef Sjamsoeddin.

Maroef, ujar Butet, saat itu menyatakan gagasan membuat pentas bertema “Papua untuk Indonesia dan Indonesia untuk Papua”. Butet dan kawan-kawan pun diminta mengurus aspek seninya. Jawaban Butet, konsep itu bisa saja dikembangkan. Tapi ia perlu tahu dulu bagaimana Papua, termasuk Freeport. “Saya kan awalnya apriori juga sama Freeport,” tuturnya.

Seusai pembicaraan itu, kesempatan berkunjung ke Papua baru tiba pada Desember 2015. Kebetulan Butet bersama Djaduk Ferianto dan Agus Noor juga harus mencari seniman Papua untuk pentas Jazz Gunung di Bromo pada Agustus 2016. “Saat itulah kami diajak melihat lokasi tambang mereka,” kata Butet.

Butet lalu diajak berkeliling area tambang. Penjelajahan dilakukan dari atas Grasberg sampai masuk ke bawah tanah. Dari Tembaga Pura, Butet dan kawan-kawan diajak ke Timika, tempat fasilitas pengolahan limbah tambang Freeport. 

Di sana, Butet melihat bagaimana tanah Grasberg yang berada di ketinggian di atas 4.000 meter tanpa unsur hara dan hanya bisa ditumbuhi rumput bisa diolah hingga menjadi lebih produktif.

Di tempat itu, ucap Butet, ada hamparan tanah bekas tambang seluas 230 hektare yang sudah subur dan ditumbuhi aneka pepohonan. “Saya heran, gumun,” ujarnya.

Keheranan itu kemudian direkam sebagai video testimoni lalu ditayangkan Freeport. Banyaknya komentar negatif, ucap Butet, membuat Freeport menarik video itu dari channel YouTube mereka.

Sebelumnya sebuah video berdurasi sangat pendek yang diluncurkan pekan lalu dengan gambar tokoh utama seniman Butet Kartaredjasa memancing reaksi beberapa kalangan. Mulai dari netizen hingga komunitas Papua itu Kita. 

Dalam video yang kini telah dihapus oleh akun Freeport Indonesia tersebut, Butet mengatakan bahwa dalam proses operasinya, PT Freeport Indonesia memiliki siklus yang sangat peduli pada alam dan lingkungan. Bahkan, dia menyebut Freeport telah bertanggung jawab dengan mengembalikan ke alam apa yang selama ini telah mereka ambil dari alam Papua.

Berikut video Butet tersebut:

 

//

Butet, Sang Budayawan, dan proyek “pemberadaban Freeport”. Sila nilai sendiri peradaban macam apa yg Butet inginkan.

Posted by Rahung Nasution on Saturday, January 23, 2016

Pernyataan Butet ini langsung memicu rasa penasaran netizen di Twitter. Netizen seakan tak percaya yang berkomentar adalah seniman kondang sekelas Butet. —Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!