Coppa Italia Juventus vs Inter Milan: Mengusir mendung dari langit La Beneamata

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Coppa Italia Juventus vs Inter Milan: Mengusir mendung dari langit La Beneamata
Tak ada yang lebih realistis bagi Inter untuk meraih gelar musim ini kecuali Coppa Italia.

 

JAKARTA, Indonesia – Takdir Inter Milan memiliki “pola”. Klub berjuluk Nerazzurri itu akan mengalami masa-masa kegelapan cukup lama setelah era penuh dominasi. Setelah tahun-tahun bergelimang gelar bersama Jose Mourinho, agaknya awan gelap mulai menggantung di langit-langit Giuseppe Meazza, markas mereka.

Di masa lalu, klub berjuluk Le Beneamata itu begitu dominan di bawah allenatore (pelatih) asal Argentina Helenio Herrera. Pelatih yang memoles Inter pada 1960-1968 itu mempersembahkan tiga scudetto alias gelar Serie A, dua Piala Eropa, dan dua Piala Intercontinental yang kini bernama Piala Dunia Antarklub.

Sepeninggal Herrera, 37 tahun lamanya Inter berada di masa kegelapan. Mereka hanya meraih tiga scudetto, dua Coppa Italia, dan satu Piala UEFA.

Dengan rentang waktu hampir empat dekade tersebut, raihan gelar tersebut terasa begitu kontras dengan 9 piala yang dipersembahkan Herrera hanya dalam waktu 8 tahun.

Ada kekhawatiran, era tersebut bakal kembali terulang. Sebab, sejak era Roberto Mancini pada 2004-2008 kemudian berlanjut ke Mourinho pada 2008-2010 berakhir, Inter tak kunjung meraih scudetto.

Sepanjang lima musim setelah era penuh dominasi itu mereka hanya meraih satu gelar Coppa Italia.

Padahal, di masa dua pelatih tersebut, mereka meraih 12 gelar. Yakni, lima scudetto, tiga Coppa Italia, tiga Piala Super Italia, dan satu gelar Liga Champions.

Puncak dari masa kejayaan Inter ada pada musim pemungkas Mourinho. Tim biru-hitam meraih treble winners alias tiga gelar dalam semusim: juara Serie A, Liga Champions, dan Coppa Italia. Prestasi yang kini tak satupun tim Serie A bisa melakukannya.  

Masalahnya, setelah itu Inter mengalami puasa gelar. Dan belum ada tanda-tanda bakal “berbuka”. Kembalinya Roberto Mancini ke Giuseppe Meazza sejak musim lalu belum menunjukkan tanda-tanda ke arah sana.

Musim ini, mantan manajer Manchester City itu memang sempat membawa Inter menjadi capolista alias pemuncak klasemen Serie A. Tapi, hanya bertahan selama lima pekan. Setelah itu, tiga kali tanpa kemenangan membuat mereka drop di posisi keempat. Jarak mereka dengan penguasa klasemen, Napoli, juga terus menjauh. Enam poin!

Perburuan gelar Serie A semakin sulit bagi Inter karena musuh lama mulai pulih mentalnya. Juventus terus meraih streak (kemenangan beruntun) dalam 11 laga berturut-turut. Mereka tak terhentikan.

Inter pun harus mulai realistis. Setidaknya mengejar gelar yang berada dalam jangkauan demi menepis mendung yang menyelimuti takdir mereka. Jika tidak, mereka terancam terpuruk dalam era kegelapan yang panjang.

Karena itu, dalam laga semifinal Coppa Italia melawan Juventus, Kamis 28 Januari pukul 02.45 WIB dini hari di Juventus Stadium, Mauro Icardi dan kawan-kawan tidak boleh kalah atas tuan rumah. Hasil seri atau kemenangan bakal meringankan upaya mereka di leg kedua yang akan digelar di Giuseppe Meazza.

Allegri tak terlalu ngotot melawan Inter

Bentrok kedua klub memang memiliki tradisi kuat di sepak bola Italia. Bahkan, pertemuan keduanya dilabeli sebagai Derby d’Italia alias derby Italia karena ketatnya perburuan gelar di antara keduanya.

Namun, kubu Juventus tampaknya tidak akan menganggap penting pertandingan tersebut. Mereka lebih memprioritaskan Serie A. Apalagi, selisih poin mereka dengan Napoli hanya terpaut dua poin.

Hal itu terlihat dari upaya allenatore Juve Massimiliano Allegri untuk menyimpan beberapa pemain kunci. Mereka antara lain, Leonardo Bonucci, Sami Khedira, Paul Pogba, dan Paulo Dybala.

Salah satu alasan Allegri, para pemain tersebut sudah bekerja sangat keras saat mengatasi AS Roma 1-0 pada 25 Januari lalu. Mereka layak mendapatkan istirahat ekstra. “Recovery pemain lebih penting daripada laga ini,” katanya seperti dikutip Gazzetta World

Mantan pelatih AC Milan itu menyadari, tim tamu lebih ngotot dalam pertandingan ini. Dia sudah menyiapkan para pelapis untuk menyambut mereka. “Kami akan bermain lebih terbuka dan lepas. Kami juga ingin sampai ke final,” katanya.

Beberapa pemain cadangan yang akan dipasang kemungkinan adalah kiper kedua Neto, winger Alex Sandro, dan Kwadwo Asamoah yang akan menggantikan Paul Pogba. Sementara, Hernanes akan dipasang menggantikan Claudio Marchisio sebagai motor serangan di lini tengah.

Sebaliknya, Roberto Mancini tetap akan memasang pemain andalannya. Dia menargetkan hasil baik demi lolos ke partai puncak Coppa Italia.

“Kami harus melihat ini sebagai pertandingan yang digelar 180 menit. Sebab, setelah ini ada laga kedua. Kami harus mengatasi mereka,” katanya seperti dikutip situs resmi Juventus.

Untungnya, tidak banyak pemain Inter yang mengalami cedera. Hampir semua pasukannya dalam kondisi 100 persen. Trio barisan penyerang Adem Ljajic, Rodrigo Palacio, dan Ivan Perisic bisa diturunkan dalam formasi 4-3-3. Mauro Icardi kemungkinan bakal absen karena sedang tidak akur dengan Mancini. 

Masalahnya, performa Inter sedang menurun. Mereka tak pernah menang dalam 3 pertandingan terakhir. Bahkan, di giornata (pekan) ke-21 lalu, mereka ditahan imbang 1-1 oleh tim di zona degradasi Carpi.

“Saatnya kami menyingsingkan lengan baju dan bertarung. Kami harus segera bangkit untuk melewati periode buruk ini dengan cepat,” katanya seperti dikutip FourFourTwo.—Rappler.com

BACA JUGA: 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!