Gelar operasi yustisia, polisi dan FPI jaring terduga LGBT di Bandung

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Gelar operasi yustisia, polisi dan FPI jaring terduga LGBT di Bandung

ANTARA FOTO

Front Pembela Islam (FPI) menyebut warga Bandung Kulon keberatan adanya kaum LGBT.

BANDUNG, Indonesia – Empat pasang terduga lesbian terjaring razia saat aparat kepolisian dan ormas Front Pembela Islam (FPI) menggelar operasi yustisia pada Senin kemarin, 25 Januari 2016. Menurut Ketua Bidang Keorganisasian FPI Bandung Kulon, Tubagus Abbas Murodi, kemungkinan di wilayah itu terdapat lebih banyak terduga kaum lesbian.

Dia memperoleh informasi itu dari pengakuan warga setempat yang bermukim di sana.

“Menurut warga (ada) banyak. Mereka sebetulnya sudah melaporkan ke RT, RW tapi mereka juga bingung bagaimana ‘mengarahkan’ mereka, sehingga minta tolong ke kami,” ujar Tubagus yang menjelaskan keberadaan FPI ikut dalam operasi yustisia itu untuk mendampingi polisi.

Dia mengatakan alasan warga menuding keempat pasang perempuan itu lesbian lantaran mereka berperilaku layaknya sepasang kekasih. Sebagian besar dari mereka merupakan pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik garmen di wilayah tersebut.

Tubagus mengatakan warga keberatan dengan keberadaan para penyuka sesama jenis itu. Kendati demikian, dia membantah bahwa warga telah melakukan pengusiran terhadap mereka.

“Warga di sini tidak menerima adanya LGBT. Mereka ingin jangan ada seperti itu (di sini). Tapi (mereka) tidak diusir. Ada yang pindah atas kesadaran sendiri, ada yang memilih bertahan dan ada juga yang ingin berubah,” papar Tubagus.

FPI, kata Tubagus, membuka pintu selebar-lebarnya bagi mereka yang ingin berubah. Tubagus berjanji FPI akan membantu mereka kembali ke “jalan yang benar”.

“Saat ini, kami sedang membina dan mengarahkan secara psikologis, hingga mereka bisa ‘kembali’ lagi. Bagaimana pun, mereka tetap saudara-saudara kita,” ujar dia.

Jangan mengajak

Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil sebelumnya angkat bicara mengenai keberadaan kaum LGBT di wilayahnya. Ridwan mengatakan sebagai negara yang berlandaskan Pancasila, ada norma-norma yang tak boleh dilanggar.

“Kalaupun ada preferensi seksual pribadi, tidak boleh terekspos atau istilahnya melakukan upaya-upaya, kampanye publik gitu terhadap norma-norma yang tidak diterima di Indonesia. Bahwa sebagian dari kita atau wartawan juga beda-beda, saya kan enggak tahu. Itu mah urusan masing-masing weh, betul?” ujar pria yang akrab disapa Kang Emil itu.

Dia juga mengingatkan pelanggaran etika akan terjadi jika hal-hal yang dianggap tak sesuai norma kemudian dibuka ke publik. Apalagi, jika sampai melakukan kampanye yang tujuannya untuk mengajak.

“Nah, menurut saya, itu melanggar etika, norma dan pasti saya tindak,” tegas Ridwan.

Komunitas LGBT protes

Sementara, komunitas LGBT Indonesia menggelar jumpa pers pada sore tadi di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) terkait tindak kekerasan berupa sweeping yang dilakukan organisasi masyarakat tertentu. Di akhir pernyataan sikapnya, komunitas LGBT Indonesia meminta kepada para pejabat dan masyarakat untuk berhenti melakukan ujaran dan menyatakan ekspresi kebencian, termasuk sweeping.

“Saya berharap dan meminta, itu selesai hari ini,” tegas perwakilan kelompok LGBTIQ Indonesia, Yuli Rustinawati.

Beberapa postingan sweeping di daerah seperti di Bandung, kata Yuli, berdampak pada kawan-kawan LGBT di bagian lain di Tanah Air.

“Kami tidak ingin ini terjadi lagi,” ujar dia. – Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!