Sutradara ‘Surat Dari Praha’ somasi balik penulis cerpen yang tuduh menjiplak

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Sutradara ‘Surat Dari Praha’ somasi balik penulis cerpen yang tuduh menjiplak

ANTARA FOTO

Tema eksil 1965 yang disajikan 'Surat dari Praha' bukan hal baru

JAKARTA, Indonesia — Sutradara film Surat Dari Praha, Angga Dwimas Sasongko, mensomasi balik Yusri Fajar, penulis cerpen yang berjudul sama, karena dituduh menjiplak.

Angga mengatakan tuduhan plagiat itu telah mencemarkan nama baik pembuat film serta rekanan lain yang membantu terciptanya film yang baru dirilis pekan lalu.  

“Visinema Pictures telah mengirim somasi balik yang belum mendapat respons dari Yusri Fajar,” kata Angga dalam konferesi pers di Jakarta, Senin, 1 Februari.

Hingga saat ini, Visinema Pictures telah mengirim dua kali somasi.

Somasi pertama dikirim pada 22 Januari, sementara yang kedua dikirim pada 29 Januari 2016 dan telah diterima langsung oleh yang bersangkutan, kata Angga seraya memperlihatkan kertas bukti tanda terima.

Ia mengatakan pihaknya ingin Yusri menggelar konferensi pers untuk menyampaikan permintaan maaf, juga menghapus data dan pemberitaan digital yang telah menyudutkan Visinema Pictures.  

“Kami ingin meluruskan reputasi yang tercemar,” kata Angga.  

Yusri sebelumnya mengklaim telah melayangkan somasi ke Visinema Pictures karena perusahaan itu diduga menggunakan ide dan tema besar yang sama dengan cerpen karyanya dalam film yang dibintangi oleh Julie Estelle dan Tyo Pakusadewo. 

Namun somasi itu sama sekali tidak ditanggapi oleh Visinema Pictures.   

Angga membantah klaim itu, mengatakan bahwa sama sekali tidak ada somasi resmi yang disampaikan oleh Yusri. Dia juga membeberkan perbedaan isi film dan cerpen Surat dari Praha.

‘Tak bisa temukan buku di toko’

Sementara itu, Angga mengaku kesulitan mencari buku kumpulan cerpen karya Yusri Fajar ketika mengetahui cerpenis itu melayangkan dugaan plagiarisme kepada Visinema Pictures berdasarkan tulisan miliknya. 

“Kita obrak-abrik toko buku dan enggak ada, ketemunya di Kaskus,” kata Angga.

Menurut Angga, penerbit Aditya Media Publishing yang menerbitkan buku kumpulan cerpen “Surat dari Praha” mengatakan buku itu hanya dicetak sekali dan didistribusikan secara terbatas. 

“Bukan buku populer sehingga kami skip dan tidak tahu ada buku tersebut,” ujar Angga. 

Menurutnya, tema eksil 1965 yang disajikan Surat dari Praha bukanlah hal baru. 

“Film ini juga didasari keinginan mengapresiasi 20 karya (musisi) Glenn Fredly,” ujarnya.

Menurut Angga, riset untuk skenario film ini berdasarkan hasil wawancara langsung dengan para mantan mahasiswa ikatan dinas di Praha yang menolak Orde Baru sehingga kehilangan kewarganegaraan. —Laporan Antara/Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!