SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Senin dan Selasa, 1-2 Februari lalu, merupakan dua hari paling melelahkan dalam hidup Victor Igbonefo. Pemain timnas naturalisasi asal Nigeria tersebut harus rela menjalani dua hari latihan di kamp Tentara Angkatan Laut Thailand.
Menjadi tentara Thailand? Tentu tindak. Victor hanya bergabung dengan klub milik Angkatan Laut Thailand yang menjelma menjadi klub profesional, Navy FC. Di sana, pemain yang akrab disapa Shaga itu mendapatkan kontrak satu musim.
Victor bercerita, metode latihan di klub yang berkiprah di Thailand Premier League itu sejatinya tak berbeda jauh dengan klub-klub profesional pada umumnya. Namun, di klub barunya itu, ada metode lain untuk membangun kebersamaan antar pemain dan menguatkan mental tim.
Filosofi dan kesadaran “korps” sebagai anggota tim militer Thailand ditanamkan dalam setiap program latihannya.
“Ini memang sudah tradisi mereka, Bro. Latihannya ala militer, tapi bukan untuk jadi anggota militer,” kata Victor kepada Rappler.
Pada hari pertama, tanda-tanda latihan fisik ekstra berat sudah terasa. Dia dan rekan setimnya harus bangun pada pagi buta, pukul 04:00 dini hari. Tim langsung digembleng fisiknya. Dengan mata masih mengantuk dan udara yang sangat dingin, pemain langsung diminta berlari.
“Kalau cuma lari keliling lapangan enak, tapi kita lari lima kilometer, keliling kompleks kamp. Kagetlah rasanya, baru bangun,” ujar mantan pemain Arema Cronus tersebut.
Selesai dengan berlari, latihan kemudian memasuki sesi kebersamaan ala militer. Pemain dibagi dalam beberapa kelompok. Mereka diberikan tantangan untuk mengangkat beban dan melewati rintangan ala militer.
Namun, keselamatan dan jumlah berat beban sudah diperhitungkan. Tujuannya, jangan sampai latihan tersebut mencederai para pemain.
Latihan kemudian dilanjutkan dengan berbagai rintangan, di darat dan kolam-kolam sampai pada malam hari. Total, sesi latihan di kamp militer dalam sehari memakan waktu 18 jam. Istirahat hanya tiga kali pada saat jam makan.
Yang paling diingat oleh Victor adalah sesi latihan mental. Latihan ini dilakukan pada tengah malam. Seluruh pemain yang diberi waktu tidur 1 jam untuk kemudian tiba-tiba dibangunkan.
“Kami diminta ambil nomor jersey kami. Tapi mengambilnya bukan di sembarang tempat, tapi di kuburan,” ucapnya.
Yang membuat Victor deg-degan,sebelum mengasah mental pemain, mereka diajak terlebih dulu melihat proses penguburan mayat. Mereka memastikan, mayat itu benar-benar nyata, asli dan baru dikuburkan. Umumnya mayat tersebut adalah korban kecelakaan.
Mereka mengatakan bahwa nomor jersey dan sebuah kertas diletakkan di kuburan tersebut. “Siapa yang tidak seram dan takut? Itu kuburan! Dan kami harus keliling mencari nomor jersey kami,” ungkapnya.
Latihan itu sengaja dilakukan agar pemain menghilangkan rasa takutnya. Secara bergantian mereka masuk komplek kuburan dan kemudian mencari jersey.
“Ini baru pertama aku dapat latihan mental seperti ini. Tidak boleh takut,” ucapnya.
Pada hari kedua, penggemar jus nanas itu langsung masuk latihan di laut. Semuanya dilakukan di lautan. Tapi, setiap pemain mengenakan rompi pelampung agar aman.
Latihannya adalah menyiapkan perahu. Mulai dari karet belum berisi angin, sampai mengembang. Mereka lantas berlomba dengan kelompok pemain lain untuk mendayungnya sampai garis finish.
“Yang saya tidak bisa lupa, kami harus belajar mengemudikan perahu boat sendiri secara manual. Semua pemain diajarkan, itu pengalaman yang luar biasa,” ungkapnya.
Sesi latihan tersebut, lanjut Victor, adalah metode Navy FC untuk menyatukan tim, dan membangun kebersamaan antar pemain.
“Together we can. Jadi kami akan bersama berjuang mendapat prestasi. Begitu maksudnya,” katanya.
Jadi, ada enggak pemain Indonesia lainnya yang berani dengan tantangan berat itu?—Rappler.com
BACA JUGA:
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.