Indonesia

Forum LGBTIQ somasi Republika terkait artikel ‘LGBT Ancaman Serius’

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Forum LGBTIQ somasi Republika terkait artikel ‘LGBT Ancaman Serius’
Pemberitaan Republika yang berjudul 'LGBT Ancaman Serius' dianggap sebagai propaganda kebencian terhadap kaum gay dan lesbian

JAKARTA, Indonesia — Forum Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Interseks, Questioning (LGBTIQ) Indonesia mensomasi harian Republika terkait pemberitaan berjudul LGBT Ancaman Serius di halaman depan mereka.

Menurut Forum LGBTIQ, pemberitaan Republika berkedok propaganda kebencian terhadap kaum mereka. 

“Pada prinsipnya, keberatan kami ada propaganda bahwa LGBT merusak moral. Kami keberatan poin itu. Menurut kami, itu ikut mendorong corong kebencian,” kata Yasmin Purba dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) yang ikut mengawal somasi ini pada Rappler, Kamis, 4 Februari. 

Yasmin beranggapan bahwa pemberitaan Republika tak etis. “Apalagi dilakukan jurnalis media yang cukup terkemuka,” ujarnya.

Surat somasi itu telah diserahkan pada Republika. Koran yang bermarkas di Pejaten, Jakarta Selatan tersebut menayangkan berita somasi di lamannya.  

Dalam berita Republika itu, disebut bahwa surat somasi tertanggal 29 Januari tersebut. Salah satu keberatan dari kelompok LGBTIQ adalah Republika tidak meminta pendapat atau mewawancarai narasumber dari kelompok mereka untuk tajuk utama mereka LGBT ancaman serius

Menurut kelompok ini, artikel yang diterbitkan Republika tersebut telah melanggar kode etik jurnalistik. 

Yuli Rustinawati, Koordinator Nasional Forum LGBTIQ Indonesia, menyebut bahwa judul berita di halaman utama tersebut sebagai pelecehan atas konstitusi dan undang-undang yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, forum ini menyatakan tiga tuntutan. 

Salah satunya, menyatakan bahwa judul dan isi berita tersebut tidak sesuai dengan prinsip jurnalisme di atas dan lebih pokoknya lagi karena disusun tidak dengan standar dan kaidah pemberitaan.

Kedua, meminta maaf kepada kelompok LGBTIQ dan masyarakat luas pada umumnya karena telah menyebarkan berita yang meresahkan tanpa basis data dan fakta yang jelas, tidak berimbang sehingga ada kecenderungan manipulatif. 

Dan terakhir, mengunggah permintaan maaf di media Republika (baik cetak dan online) dan mendedikasikan satu halaman khusus untuk menuliskan pendapat dari kelompok yang selama ini mendukung keberadaan LGBT.

Namun ketika dikontak Rappler pada Kamis pagi, Pemimpin Redaksi Republika Nasihin Masha menyatakan enggan memberi komentar terkait isu ini. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!