Oppo F1, telepon pintar untuk yang suka ‘selfie’

Fadli Yanuar Iriansyah

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Oppo F1, telepon pintar untuk yang suka ‘selfie’
Apakah Oppo F1 layak untuk dimiliki?

Saat memotret dengan smartphone, layar berfungsi sebagai jendela bidik atau viewfinder. Karena itu, selfie paling asyik dilakukan dengan kamera depan. Sayangnya, kebanyakan smartphone fokus meningkatkan kemampuan kamera utama yang berada di belakang.

Oppo jeli melihat isu tersebut sebagai peluang. Produsen asal Tiongkok ini meluncurkan F1, smartphone untuk selfie yang kamera depannya lebih unggul dari kamera belakang.

Oppo F1 yang diperkenalkan di Jakarta, pada Rabu, 3 Februari, mengusung slogan “selfie expert,” sehingga membuat saya penasaran dengan kemampuan selfie-nya. Apakah ini hanya gimmick marketing semata, atau memang predikat itu benar adanya?

Saya menghabiskan sekitar 15 menit untuk menjajal kamera F1, dan berikut adalah kesan pertama saya. 

Sebelum masuk ke ulasannya, yuk kita lihat beberapa fitur utama Oppo F1:

Beberapa fitur utama Oppo F1. Gambar dari Tech in Asia

Ukuran megapiksel bukan segalanya

Saya tiba-tiba teringat ucapan John Tefon, seorang Digital Color Expert yang sering menjadi pembicara di acara-acara tentang digital imaging. Menurut Tefon, sebesar apa pun ukuran megapikselnya, kamera smartphone tidak akan mampu menyaingi kamera DSLR. Alasannya sangat masuk akal, karena ukuran sensor kedua perangkat tersebut jauh berbeda.

Oppo F1 adalah bukti kalau sensor memegang peran vital dalam kualitas foto. Jika kamu perhatikan daftar fitur di atas, kamera depan F1 punya resolusi 8 MP dengan sensor berukuran 1/4 inci. Sementara resolusi kamera depannya 13 MP, namun ukuran sensornya tidak disebutkan—saya curiga ini karena ukuran sensornya lebih kecil dari kamera depan.

Bukaan diagframa atau aperture-nya pun berbeda. Bukaan kamera depan lebih besar, sehingga mengizinkan sensor lebih banyak menangkap cahaya.

Berikut adalah hasil foto dengan kamera depan:

Foto oleh Fadly Yanuar Iriansyah/Tech in Asia

Lalu ini adalah hasil foto dengan kamera belakang:

Foto oleh Fadly Yanuar Iriansyah/Tech in Asia

Foto-foto tersebut diambil tanpa flash di dalam ruangan yang disorot oleh lampu LED berwarna putih. Dari hasil perbandingan di atas, foto yang dipotret dengan kamera depan terlihat lebih detil.

‘Selfie’ tanpa menyentuh tombol

Ada satu fitur bernama Palm Shutter yang menurut saya cukup berguna bagi pecinta selfie. Kita dapat mengaktifkan timer kamera dengan membuka telapak tangan menghadap layar. Setelah itu, akan terdengar bunyi beep, menandakan timer—yang durasinya dapat diatur dari satu hingga lima detik—sudah bekerja.

Fitur ini juga berfungsi untuk kamera belakang. Kita pun tak perlu lagi menekan tombol virtual di layar maupun tombol volume untuk mengaktifkan shutter. Namun, beberapa kali kamera sempat tidak mengenali tangan saya, walau ini sangat jarang terjadi.

Desainnya familiar

Oppo F1 hadir dengan desain tanpa sudut. Foto oleh Fadly Yanuar Iriansyah/Tech in Asia

Smartphone pertama dari seri F ini hadir dengan desain tanpa sudut, Oppo menyebutnya sebagai micro-arc frame. Pinggiran layarnya juga melengkung, sehingga nyaris menyatu dengan bezel. Mirip seperti smartphone kompetitor yang bersistem operasi iOS, walau F1 terlihat lebih persegi.

Bagian bodinya berbahan dasar metal dengan lapisan zircon sand yang membuat permukaannya menjadi halus. Menurut saya, ini membuat F1 ergonomis dan tidak licin saat digenggam.

Oppo menyediakan F1 dalam dua pilihan warna, putih dan rose gold yang agak merah muda—lagi-lagi, seperti smartphone kompetitor. 

Di atas kertas, F1 berbobot 134 gram. Beratnya masih dalam batas kewajaran, bahkan tergolong ringan. Ukuran layar 5 incinya pun pas, tidak terlalu mencuri perhatian orang-orang di sekitar saat digunakan untuk selfie.

Performa

Saya tidak menghabiskan waktu lama dengan Oppo F1, sehingga belum sempat melakukan benchmark maupun menjalankan aplikasi-aplikasi berat. Namun, ketika memotret dengan tombol shutter, saya bisa memotret rapid atau berkali-kali tanpa terasa lag.

Sebagai perbandingan simpel, saya harus menunggu hampir satu detik ketika memotret dengan Asus Zenfone 2 yang saya gunakan, sebelum saya bisa memotret foto berikutnya. Sementara dengan F1, saya bisa menekan shutter terus menerus dan kameranya juga akan terus memotret—performa memotretnya mirip dengan smartphone iOS.

Secara keseluruhan, saya terkesan dengan kamera depan Oppo F1. Meski sebenarnya saya berharap kamera belakangnya mendapat perlakuan yang sama. Sekilas, performa dan respons antarmukanya juga cukup baik, walau saya perlu waktu lebih lama bermain-main dengan F1 sebelum bisa membuktikannya. Daya tahan baterai Li-Ion-nya yang berkapasitas 2.500 mAh juga perlu diuji.

Ada kelebihan, tentu juga ada kekurangan. Di mata saya, nilai minus F1 ada dua. 

Pertama, smartphone ini belum mendukung jaringan 4G. Lalu, untuk memasang microSD sebagai memori eksternal, kita harus mengorbankan slot kartu SIM kedua—tren menyebalkan yang mulai banyak diterapkan oleh vendor smartphone.

Sekadar informasi, saat ini Oppo F1, yang dijual dengan harga Rp 3,5 juta, baru bisa dibeli secara pre-order di Blibli.

Melihat ulasan singkat di atas, apakah Oppo F1 layak untuk dimiliki? Atau mungkin kamu sudah punya smartphone selfie andalan? —Rappler.com

Artikel ini sebelumnya diterbitkan di Tech in Asia.

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!