Mubaligh Ahmadiyah: Kami ini jamaah ilahi, manusia tak bisa memisahkan kami secara fisik

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mubaligh Ahmadiyah: Kami ini jamaah ilahi, manusia tak bisa memisahkan kami secara fisik

AFP

Mubaligh Ahmadiyah mengungkap ada upaya memisahkan antara tokoh Ahmadiyah di Bangka dan jamaahnya.

 

JAKARTA, Indonesia—Mubaligh Jamah Ahmadiyah Indonesia wilayah Bangka Belitung Syafei Muhammad mengatakan ia dan pengikut gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad sudah memutuskan untuk tetap tinggal di tanah mereka.  

“Kami pilih alternatif opsi ketiga, tetap di tempat dengan menerima pembinaan,” katanya pada Rappler, Sabtu, 6 Februari. 

Sebelumnya Pemerintah Kabupaten Bangka memberikan tiga opsi pada Jemaah Ahmadiyah. Pertama, menghentikan kegiatan dan kembali ke daerah asal. Walaupun opsi pertama ini dianggap tak masuk akal oleh Syafei.

“Ketua kami orang asli ini, yang lainnya merantau tapi sudah puluhan tahun, punya tanah, punya rumah, mereka tentu saja tidak mau pindah dari sini, mata pencaharian mereka di sini, anak-anak mereka sudah sekolah di sini,” ujarnya. 

Opsi kedua adalah evakuasi sementara ke tempat Sekretaris Daerah Kabupaten Bangka. “Ini kami mau dikerjain?” kata Syafei. 

Syafei mengatakan, opsi pertama dan kedua tak bisa diambil. “Karena memindahkan orang itu bukan kayak memindahkan batu. Batu saja di halaman orang kalau mau dipindahkan, orangnya keberatan, apalagi memindahkan manusia,” ujarnya. 

Syafei melanjutkan keputusan untuk memilih opsi ketiga diambil dengan satu syarat: Tak ada paksaan. “Kalau larinya masalah aqidah, masalah ibadah, tidak bisa dipaksa. Di undang-undang kan sudah jelas menjamin orang-orang untuk berpikir dan berkumpul,” katanya. Ia juga mengaku kebebasan beribadah ini juga dijamin oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Sebaliknya, kata Syafei, warga Ahmadiyah siap membuka diri terhadap ajarannya kepada masyarakat. “Biar masayarakat tahu apa perbedaan di Ahmadiyah,” katanya. 

“Bukan evakuasi, hanya mencari tempat yang tenang” 

Kepada Rappler, Syafei juga ingin meluruskan pemberitaan bahwa tak ada warga Ahmadiyah yang dievakuasi atau dipindahkan. “Kami keluar dari sekretariat kami, karena harus segera memberikan laporan ke pusat, nah kami mencari tempat yang tenang,” ujarnya. 

“Bukan mengungsi, tapi mencari tempat yang tenang dan aman. Dan memang juga ada misi untuk menenangkan massa,” ujarnya lagi. 

Ia mengaku kecewa dengan beberapa pemberitaan media massa tentang jamaahnya, yang tak sepenuhnya benar, termasuk soal negosiasi. 

“Waktu Bupati berkunjung bersama tokoh masyarakat untuk negosiasi secara lisan, media memberitakan ada kesepakatan, padahal itu dialog, tidak ada kesepakatan, karena hal itu tidak bisa disepakati begitu saja,” ujarnya. 

“Walaupun Pemkab bilang siap untuk memindahkan kami dengan membeli tanah, mengganti, kalau kami enggak mau jual, mau bagaimana? Enggak bisa main paksa jual beli juga” ujarnya lagi. 

Setidaknya kata Syafei, ada 22 Kepala Keluarga dan 62 jiwa warga Ahmadiyah di Bangka. Jamaah ini memiliki aset berupa tanah 1/4 hektar, 6 tanah kapling berukuran 10×15 meter, satu bangunan mushola, ruang besar, dan rumah singgah untuk tamu. 

“Kami ini jamaah ilahi, tak bisa dipisahkan”

Syafei kemudian mengungkap bahwa ada upaya, bukan hanya membeli tanah dan aset, tapi memisahkan antara tokoh Ahmadiyah di Bangka dengan jamaahnya. 

“Seperti ada isyarat begitu, mereka berusaha memisahkan saya dengan pengikut Ahmadiyah,” katanya. Karena itu ia memilih untuk tetap satu tempat dengan ketua umum dan sekretaris umum, agar dapat memberikan pernyataan yang senada, untuk menghindari adu domba. 

Ia kemudian mengingatkan pada pihak-pihak yang ingin memisahkan ‘keluarga’ Ahmadiyah tersebut. “Namanya keyakinan itu masalah hati, tidak bisa dipisahkan secara fisik,” katanya. 

“Kami yakin kami ini jamaah ilahi, apapun usaha manusia untuk memisahkan jamaah, silakan saja, rencana Allah lebih baik dari rencana manusia,” katanya lagi. 

Menurut Syafei, upaya untuk memisahkan jamaah Ahmadiyah sudah berlangsung sejam 100 tahun yang lalu. “Dan alhamdulillah bukannya berkurang pengikutnya, tapi malah menyebar tersebut,” ujarnya. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!