Kisah umat Hindu dan Buddha di Bali berbagi tempat ibadah

Bobby Andalan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah umat Hindu dan Buddha di Bali berbagi tempat ibadah
Klenteng Nusantara merupakan perwujudan simbol Dewa Siwa dan Buddha, sehingga kedua pemeluk agama tersebut bisa saling berbagi tempat ibadah.

BALI, Indonesia – Tahun baru China atau Imlek akan dirayakan lusa. Hampir sebagian besar klenteng atau wihara mulai berbenah untuk menyambut perayaan tahunan tersebut.

Termasuk di Wihara Nusantara yang terletak di Kuta, Bali. Wihara yang juga disebut Griya Kongco Dwipayana itu menjadi saksi bisu persahabatan yang erat antara beberapa pemeluk agama Hindu dan Buddha. Sebab, mereka berbagi tempat ibadah untuk sembahyang.

Pemimpin Griya Kongco Dwipayana, Ida Bagus Made Aryana mengatakan baik umat Hindu dan Buddha sama-sama bersembahyang di dalam klenteng. Umat Hindu kerap mampir untuk berdoa di pelinggih yang berada di dalam komplek klenteng, kemudian dilanjutkan dengan berdoa di klenteng. Baru setelah itu mereka bersembahyang di Pura Tanah Kilap.

Hal yang sama juga dilakukan oleh umat Buddha. Selain bersembahyang di klenteng, mereka juga akan berdoa di pelinggih. 

Salah satu umat Hindu melewati salah satu sisi Griya Kongco Dwipayana. Foto oleh Bobby Andalan/Rappler

“Hampir setiap hari kedua umat menggelar persembahyangan. Jika mereka umat Hindu, maka mereka akan bersembahyang di klenteng baru kemudian ke pura. Begitu juga sebaliknya,” ujar pria yang kerap disapa Atu Mangku ketika ditemui Rappler pada Sabtu, 6 Februari.

Klenteng Nusantara yang dia pimpin, merupakan wujud dari simbol Dewa Siwa dan Buddha. Oleh sebab itu, umat Hindu dan Buddha bisa duduk berdampingan secara khidmat menggelar persembahyangan.

Dia kemudian mengisahkan Griya Kongco Dwipayana sudah ada sejak zaman Dinasti Ching. Klenteng tersebut kemudian direnovasi dan digunakan sebagai tempat untuk ibadah.

“Klenteng ini ditemukan kembali tahun 1987 lalu. Kemudian dimulai proses pembangunan dan tahun 1999 selesai,” kata dia.

Atu Mangku mengatakan berbagai persiapan telah dilakukan untuk menyambut hari Imlek.

“Persiapan awal kami lakukan dengan sembahyang menghadap ke langit, setelah itu dilakukan pembersihan,” Atu Mangku menjelaskan.

Selain sebagai tempat ibadah, di sana juga terdapat tim kesenian Barongsai. Jelang imlek, sudah banyak tawaran pementasan.

“Hari ini kami sudah pentas di lima lokasi berbeda. Pemain barongsai terdiri dari berbagai pemeluk agama mulai dari Hindu, Buddha, Islam dan Kristen,” papar dia.

Atu Mangku berharap toleransi antar umat agama yang terjalin dengan harmonis di klenteng yang dipimpinnya bisa menjadi contoh positif di Indonesia. Menurut Atu Mangku, sangat indah jika antar pemeluk agama bisa saling menghormati.

“Saya yakin, semua pihak bisa meniru cara itu,” kata dia. -Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!