Bicara Seks: Tipe cowok yang cocok diajak kencan

Anindya Pithaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bicara Seks: Tipe cowok yang cocok diajak kencan
Bilang ‘Yuk!’ saja dulu. Kalau enggak cocok, tinggal pesan ojek terus pulang

Valentine adalah alasan ada begitu banyak nama Novi dan Desi. Tapi sebelum memutuskan untuk bercinta, berkencan dulu saja lah kita (ya, kalau memang maunya langsung, ya enggak apa-apa juga, sih). 

Nah, berikut tipe-tipe lelaki yang (bisa jadi) harus kamu kencani sebelum akhirnya memutuskan untuk menjomblo dan makan es krim cookies and cream 1 pint dan streaming serial di malam Valentine (karena lelaki hanya memperumit suasana hati. Boleh diamini enggak, Sis?) 

Mas Bankir (atau sektor finansial lainnya)

Enggak tahu, nih, ada ilusi dari mana sehingga bankir diasosiasikan dengan kemapanan. Kayanya sama freelancer ya sama saja. Mungkin mapannya lebih konvensional kali ya, parameternya material, terlihat, dan tersurat (rumah dan mobil?). Tapi sebagai salah satu profesi yang paling populer dan tak perlu susah dijelaskan ke orang tua atau kawan, boleh lah dicoba. 

Selayaknya pria yang akan dibahas selanjutnya, pekerjaan membentuk kepribadian. Makanya jangan bayangkan pekerjaan di sektor finansial adalah pekerjaan yang seksi. Keteraturan dan fungsionalitas ada dalam nadi mereka. Jika mereka melakukan A, mereka berharap pasangannya melakukan B, semacam fungsi Excel.

Pekerjaannya menuntut kepatuhan, jadi to some extent dia juga mengharapkan itu dari pasangannya. Jika berharap obrolan dimulai dengan gurauan dengan referensi pop culture terkini, literatur, atau filsafat, on to the next. Mungkin mas Bursa Efek berbeda karena resiko dan kultur kerja berbeda, entahlah.  

Cocok buat: Perempuan yang mendamba keteraturan dan ketenangan dan niat mau serius dan anggukan setuju dari orangtua. Kejauhan, Mbak. Cuma kencan ini. Ya, tapi sok atuh kalau mau langsungan.

Enggak cocok buat: Perempuan yang independen dan free-spirited (hahaha), susah diatur, dan selalu mempertanyakan otoritas, “Kenapa harus begini atau begitu?”.

Mas Diplomat 

Kemudian terdengar lantunan, “I can show you the world…”

Ya, silakan kalau mau kencan sama Aladdin atau Prince Ali. Pekerjaan yang menuntut seseorang keliling dunia itu memang terdengar seksi. Apalagi bekerja di salah satu institusi terpenting negeri ini. Semacam rock star tapi mapan dan lagi-lagi, bisa dipamerin ke teman. Bayangan pergi bersama keliling dunia memang menyenangkan, tapi masa sih, harus menggelayut orang lain? Masa enggak bisa kerja, nabung, pesan tiket, lalu solo traveling ke Salar de Uyuni atau Ushuaia. Masa sih harus jaim menjaga nama negara (mau pake slip dress dan jeans biar edgy). 

Mapan dan teratur barangkali ilusi juga. Karena yang dihadapi adalah ketidakteraturan jadwal dan jam kerja, keribetan birokrasi (sesuatu yang sukar dipahami orang yang bekerja di sektor privat). Secara umum, menjadi diplomat memang dituntut untuk berpenampilan menarik (coba cek akun Instagram @gantenggantengdiplomat), pandai bicara, memutarbalikkan logika, bermain dengan emosi, dan psikologi. Sebagai anak Hubungan Internasional murtad, sudah kenyang lah mind games dan strategic thinking begitu. On to the next!

Cocok buat: 11-12 sama yang mau sama bankir hahaha. Yang ingin anteng dan jadi ibu buat anak-anak. Buat lucu-lucuan, lumayan lah kencan sama diplomat.

Enggak cocok buat: Sama juga seperti bankir, enggak cocok sama perempuan pecicilan. Ya, menurut ngana dunia sini berputar di sekitar situ saja? Jawaban diplomatis memang tak pernah memuaskan (lho, jadi nyolot). 

PS: PNS kurang lebih sama, sih.

Mas Musisi

Enggak pernah kenal banget sih, atau secara formal jalan sama musisi. Jadi enggak bisa cerita banyak. Tapi lumayan juga sih dibikinin lagu pas dianya patah hati. Atau pas dianya mabuk hahaha. Maklum musisi medioker. The college girl in me was impressed but, on to the next! Eh, tapi kalau doyan nonton live music atau gig dan playlist-nya impresif meski bukan musisi, lumayan lah buat teman berbincang tengah malam.

Cocok buat: Anak kuliahan.

Enggak cocok buat: Yang mau serius. Tapi coba saja lah. Kencan ini. Minimal sampai dibikinin lagu atau puisi sambil ditelepon pas mabok, deh.

Mas Wartawan

Ada sesuatu yang selalu seksi dengan profesi wartawan. That rugged boyish — ada deadline cetak kurang tidur enggak sempat cukur — look. Memang seksi, sampai mengenal mereka secara pribadi hahaha. Siap-siap saja dijadikan narasumber. Biasanya mereka cenderung blak-blakan dan kerap melontarkan pernyataan dan mengajukan pertanyaan yang bikin ternganga, “Oh, iya juga ya. Kok gue enggak kepikiran?” 

Siap-siap pula dengan komentar-komentar insensitif yang enggak kalah silet dibandingkan gay bestie. Tapi di satu sisi, siap-siap pula berbincang dan beradu argumen tentang segala hal (ih, gemas. Untung lgho masih inget kapan VOC bubar), jam kerja tidak pasti, ketidakpekaan (minimal diorderin ojek online, kek), belum lagi trust issue saat tidak bersama (resiko ketemuan sama reporter muda lain jenis, cuy). 

Cocok buat: Yang doyan ngobrol dan berdialektika.

Enggak cocok buat: Yang pengen diromantisin. 

PS: Mas fotografer juga kurang lebih sama, sih. Jenis pekerjaan yang seksi gitu, sampai berkenalan sama mereka atau kerja bareng mereka. Ya seru sih, bisa dapat foto profil kece, dan tahu tempat-tempat unik yang menggelitik jiwa petualangan dan punya banyak cerita. Tapi ya gitu, kalau sudah kenal jadi biasa saja. Trus bisa enggak sih Mas Fotografer enggak pakai kaos item, syal tenun etnik, dan please keramas. Ya, kalau fotografer fashion dan lifestyle beda sih.

Mas Agensi 

Yeay! Yes, anak agensi (baca: ahensi) memang se-fun itu.

Work hard, play harder. Bisa kerja kapan saja, di mana saja. Mau nokturnal bisa, mau 9-to-5 bisa. Mencari dan mendapat ide dari mana saja. Berpikir out of the box. Asertif, senantiasa update dengan kultur pop dan tempat nongkrong terkini. Agak berbeda dari Mas Wartawan, penampilan mereka tetap menyenangkan dilihat dengan tren fashion dan rambut terbaru meski ada deadline tiap hari. What’s not to love from us, really?   

Cocok buat: Yang cari senang. Ya, namanya saja kencan.

Enggak cocok buat: Yang cari bapak buat anak-anaknya atau cari imam. Bok kejauhan, kencan doang. 

Mas yang Ditemui di Media Sosial

Atau cowok Tinder yang cuma pengen ONS (One Night Stand ya, bukan Over Night Service, nanti dikira jasa ekspedisi. Ya, tapi boleh juga sih disebut Over Night Service, kalau nginep). Atau cowo yang kirim d*ck pic jam setengah 2 pagi hahaha. DM atau japri memang mempercepat proses dan memangkas biaya PDKT. Kadang juga enggak modal pulsa. Pake Wi-fi kantor atau kos. 

Oh iya, kalau mau tau laki abis dari mana, enggak perlu sampai stalking akun sosmed. Cek aja Wi-finya. Sudah pernah nyangkut di mana saja. Tapi tetap optimis, gengs! Tetap ada, kok, yang tidak mencari apa-apa, sekadar teman berbincang tentang segala, bersama mencari secercah intimasi lewat intelektualitas di lini masa (banyak juga sih, yang mati-matian dan berlebihan ingin membuktikan intelektualitas mereka di lini masa, yang begini ini, “No, thx!”). Buat yang bersedia berbincang dan hanya berbincang, terimakasih telah memberi makan pikiran saya. Buat yang belum menemukan yang seperti ini, coba lagi!  

Cocok buat: Yang cari senang. Atau bosan hahaha.

Enggak cocok buat: Serius pakai nanya? 

Selain mas-mas di atas, sebenarnya ada lagi sih jenis mas-mas lain yang perlu diajak kencan, setidaknya sekali. Mas barista kafe artisan (hi, dedek barista kafe dekat kantor), mas aktivis (tapi nanti sedikit-sedikit semua dikomplain dan bereaksi berlebihan. Atau malah kontradiktif antara cause yang didukung dan kelakuan keseharian), atau mas IT, atau comic nerd (yang bukan otaku atau pecinta JKT48). 

Modern dating dan modern romance itu seru, meski kerap memusingkan (terima kasih lho, Tinder). Tapi coba saja satu-satu. Ada ajakan makan atau nonton di-iya-kan saja dulu. Enggak usah kejauhan berpikir aneh-aneh atau kejauhan mikir cari imam. Selalu ada exit clause, alasan pulang yang bisa dibuat, atau teman gay yang disuruh berpura-pura jadi kerabat atau pacar. 

Jadilah Samantha Jones (yang nonton Sex and The City mana suaranya?). Jadilah “try-sexual”. Try anything, at least once. Have fun and be safe! —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!