Kampanye anti-kekerasan terhadap perempuan di Yogyakarta dapat intimidasi

Mawa Kresna

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kampanye anti-kekerasan terhadap perempuan di Yogyakarta dapat intimidasi
Gerakan One Billion Rising (OBR) Yogyakarta dituding mengampanyekan isu LGBT

YOGYAKARTA, Indonesia — Kampanye One Billion Rising (OBR) Revolution di Malioboro, Yogyakarta, yang dilaksanakan pada Minggu, 14 Februari, mendapatkan intimidasi dari sekelompok orang.

Seusai acara, beberapa peserta kampanye ditarik laki-laki menggunakan penutup muka dan dituding mengampanyekan kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Ani, koordinator OBR Yogyakarta, menjelaskan kejadian tersebut terjadi sekitar pukul lima sore. Saat peserta sedang membersihkan lokasi yang dipakai mereka menari, ada enam orang laki-laki yang mengaku dari Gerakan Menutup Aurat (GEMAR) mendatangi mereka.

“Kami tidak ada yang terluka. Intimidasinya itu menarik, merampas pin, dan meneriaki kami,” kata Ani pada Rappler, Senin, 15 Februari.

Ani mengaatakan bahwa OBR merupakan gerakan kampanye anti-kekerasan terhadap perempuan.

Orang-orang yang terlibat dalam OBR pun dari berbagai kalangan seperti difabel, mahasiswa, dan elemen masyarakat lainnya.

“Memang ada teman-teman LGBT yang terlibat, tapi bukan mengampanyekan itu, tapi isu kekerasan terhadap perempuan,” ungkapnya.

Akibat tindakan tersebut, beberapa peserta OBR ketakutan dan langsung pulang.

“Mereka yang melakukan intimidasi setelah itu melakukan aksi di Malioboro juga setelah kami selesai. Mereka mengampanyekan gerakan Indonesia Tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal) dan Gerakan Menutup Aurat,” kata Ani.

Ani dan teman-temannya menyayangkan kejadian tersebut. Apalagi intimidasi yang intoleran itu dilakukan di Kota Yogyakarta yang menyandang julukan City of Tolerance.

“Kami mendesak negara, Pemda DIY dan Pemkot Yogyakarta memastikan tegaknya hak sipil politik utamanya hak atas rasa aman dan memastikan City of Tolerance tidak berhenti di slogan semata,” ujarnya.

Namun kejadian tersebut dibantah oleh Koordinator Lapangan GEMAR, Anita Wardani. Menurutnya, tidak benar jika ada intimidasi dari GEMAR. Anita pun mengklarifikasi jika pernyataan OBR tidak sepenuhnya benar.

“Kami memang sudah izin untuk pakai tempat itu, kebetulan saya juga di Indonesia Tanpa JIL, tapi waktu kemarin saya menjadi Korlap GEMAR. Saya sudah konfirmasi juga ke teman-teman Indonesia Tanpa JIL, tidak benar ada perampasan seperti yang ditulis OBR,” kata Anita.

Meski demikian, Anita tidak membantah terkait foto beberapa aktivis Indonesia Tanpa JIL yang berinteraksi dengan peserta OBR.

“Saya tidak terlalu memperhatikan detilnya, tapi memang foto itu benar. Cuma tidak ada perampasan atau intimidasi,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolresta Kota Yogyakarta Kombes Prihartono Eling Lelakon saat dikonfirmasi tentang kejadian tersebut mengaku belum mengetahuinya. Sebab tidak ada laporan yang masuk ke polisi tentang intimidasi itu.

“Kami tidak tahu kejadian itu, justru teman-teman wartawan yang dapat laporan, ya? Kenapa tidak memberitahu kami? Kan bisa nanti dicari solusinya,” kata Prihartono.

Ia pun mengimbau pihak terkait untuk melapor jika ada kejadian seperti itu. Sehingga jika ada kegiatan serupa, polisi bisa mengantisipasi.

“Bisa nanti bertemu Kasat Intel, tentu kalau ada kegiatan lagi yang sama, bisa ada antisipasi,” kata Prihartono. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!