Go-Jek akuisisi dua ‘startup’ asal India

Fadli Yanuar Iriansyah

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Go-Jek akuisisi dua ‘startup’ asal India

Def Blur Focused

Akuisis ini untuk perbaiki error yang sering terjadi pada aplikasi Go-Jek

Jika kamu menggunakan Go-Jek secara reguler, kamu pasti tahu kalau aplikasi ojek on-demand tersebut sering tidak bisa diandalkan, terutama di jam-jam sibuk saat frekuensi pemesanan meningkat drastis. Error semacam itu bahkan tidak hanya dirasakan oleh pemesan, tetapi juga oleh pengendara Go-Jek.

Kini kamu tidak perlu khawatir, isu tersebut akhirnya akan benar-benar teratasi.  Go-Jek telah mengambil langkah penting untuk memperbaiki performa aplikasinya dengan mengakuisisi dua startup teknologi yang merupakan pakar coding asal India, C42 Engineering dan CodeIgnition. Proses akuisisinya sendiri sebenarnya sudah berlangsung sejak lima bulan yang lalu, namun baru pada Jumat, 19 Februari, pihak  Go-Jek mengumumkannya.

Di panggung Tech in Asia Conference Jakarta 2015, yang diadakan pada November lalu, yaitu sebulan setelah akuisisi, CEO Go-Jek Nadiem Makarim memang pernah mengatakan jika pihaknya baru saja melakukan update, dan “the system is purring” (istilah di kalangan teknologi yang menandakan sistem berjalan pada kondisi optimal). Walaupun, berdasarkan pengalaman saya, aplikasi Go-Jek masih kerap error pada waktu-waktu tertentu.

Akuisisi tersebut juga menandakan pencapaian baru bagi Go-Jek: ini merupakan pertama kalinya mereka membuka kantor sekaligus pusat teknologi di luar Indonesia. Menurut Nadiem, dalam enam hingga 12 bulan ke depan, pihaknya akan merekrut 100 engineers, programmers, dan data scientists dari India, baik di level junior maupun senior.

Pertumbuhan Go-Jek memang di luar perkiraan banyak pihak, termasuk para founder dan investornya. Selain sudah memiliki sekitar 200.000 pengendara, aplikasi mobile-nya, yang diluncurkan pada awal 2015, telah diunduh lebih dari 11 juta kali.

Pertumbuhan tersebut akhirnya menimbulkan tantangan dari sisi teknis. Singkat cerita, tim Go-Jek kesulitan menangani tingginya frekuensi pemakaian aplikasi mereka. Nadiem menegaskan:

“Kami tumbuh dengan begitu pesat, sehingga kehilangan kendali. Bisa dibilang, kami meremehkan tingkat pertumbuhan kami.” 

Puas dengan hasilnya

Setelah bekerja bareng dengan C42 Engineering dan CodeIgnition selama beberapa bulan, Nadiem mengaku puas dengan hasilnya. Dua startup itu sudah melakukan banyak perbaikan pada aplikasi GO-JEK agar berjalan dengan lebih efisien dan mampu menangani permintaan yang terus meningkat.

“Dua startup ini telah membantu kami melakukan scale up backend sehingga mampu mengimbangi peningkatan pengguna dan permintaan—bahkan membantu kami berekspansi lebih jauh lagi,” kata Nadiem.

Lalu, siapa sebenarnya C42 Engineering dan CodeIgnition? 

Didirikan pada tahun 2010 oleh Sidu Ponnappa, Niranjan Paranjape, dan Aakash Dharmadhikari, C42 merupakan konsultan teknologi untuk beberapa startup, seperti FlipKart (e-commerce, India), Staples Labs (e-commerce, AS), Quintype (platform publishing berbasis mobile, India), UrbanLadder (e-commerce, India), dan ThoughtWorks (konsultan dan developer software, AS).

Sedangkan CodeIgnition, yang didirikan oleh Ajey Gore dan Sumit Gupta, Shraddha Gore, Shobhit Srivastava, serta Mehak Kahlon pada tahun 2013, adalah ahli infrastructure automation. Beberapa klien yang pernah menggunakan jasanya antara lain MeraDoctor(layanan konsultasi kesehatan, India), embibe (online test centre, India), dan Vogogo (risk management specialist, Kanada).

Apa pendapatmu tentang langkah yang diambil oleh Go-Jek ini? —Rappler.com

Artikel ini sebelumnya diterbitkan di Tech in Asia.

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!