Palarong Pambansa

Di balik larangan KPI tentang tayangan pria berpakaian wanita

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Di balik larangan KPI tentang tayangan pria berpakaian wanita
KPI mengaku mendapat masukan dari masyarakat

 

JAKARTA, Indonesia—Komisi Penyiaran Indonesia baru saja mengeluarkan surat larangan pada stasiun televisi untuk menayangkan pria yang berperilaku dan berpakaian seperti wanita. 

Lewat surat nomor 203/K/KPI/02/16 yang ditujukan kepada “Seluruh Direktur Utama Lembaga Penyiaran” tertanggal 23 Februari, KPI menyebut batasan yang harus dipatuhi. 

Dalam surat edaran, misalnya, KPI meminta lembaga penyiaran di tanah air untuk tidak menampilkan pria sebagai pembawa acara (host), talent, maupun pengisi acara lainnya, baik pemeran utama maupun pendukung, dengan tampilan sebagai berikut: 

  1. Gaya berpakaian kewanitaan.
  2. Riasan (make up) kewanitaan.
  3. Bahasa tubuh kewanitaan, termasuk namun tidak terbatas pada gaya berjalan, gaya duduk, gerakan tangan maupun perilaku lainnya.
  4. Gaya bicara kewanitaan
  5. Menampilkan pembenaran atau promosi seorang pria untuk berperilaku kewanitaan.
  6. Menampilkan sapaan terhadap pria dengan sebutan yang seharusnya diperuntukkan bagi wanita.
  7. Menampilkan istilah dan ungkapan khas yang sering dipergunakan kalangan pria kewanitaan.

Apa alasan KPI mengeluarkan surat larangan tersebut?

“Banyak orang tua dan masyarakat yang memberikan masukan pada KPI, mereka mengeluh dan khawatir terhadap anak-anak mereka, khawatir meniru perilaku kewanita-wanitaan itu,” ujar Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Idi Muzayat pada Rappler, Jumat, 26 Februari.  

Alasan lainnya, kata Idi, ini hanya penekanan. “Bukan hal baru, ini kan sudah lama, jadi larangan hanya penekanan saja,” ujarnya. 

Namun surat edaran ini mendapat kritikan dari berbagai pihak. Di antaranya seniman Sudjiwo Tedjo dan desainer kondang Oscar Lawalata. 

Berikut kritikan mereka: 

 
//

Lalu apa tanggapan KPI? 

“Kalau kritik itu biasa. Kan pro kontra memang. Itu yang kontra, tapi ada juga Deddy Corbuzer yang mendukung,” katanya. 

Apa pertimbangan utamanya? 

“Kalau soal pertimbangan, semua dipertimbangkan. Tapi pertimbangan kepentingan yang lebih besar, itu jadi utama,” ujarnya. 

Salah satunya adalah perkembangan psikologi perkembangan anak. “Agar nanti bisa mencetak generasi yang lebih handal,” katanya. 

Apakah KPI juga mendapat masukan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)? 

“Ya semua, masukan banyak, dari tokoh masyarakat atau agama. Psikolog anak Elly Risman,” ujar Idi. 

Elly adalah salah satu psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati. Ia getol mewacanakan pengaruh homoseksual terhadap anak. Ia mengungkap hal ini saat diundang di Indonesia Lawyer Club di TV One pekan lalu. 

Bagaimana dengan acara yang bermuatan seni? 

“Sebenarnya kita lebih ke pengisi acara. Kita lihat konteksnya nanti. Jadi jangan sampai melanggar Hak Asasi Manusia,” ujar Idi. 

Idi menegaskan televisi bisa berkonsultasi soal konteks larangan pada KPI terkait tayangan yang dinilai melanggar oleh lembaga tersebut. —Rappler.com

BACA JUGA

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!