Warga Kalijodo memulai hidup baru di Rusun Marunda

Dewanto Samodro

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Warga Kalijodo memulai hidup baru di Rusun Marunda

ANTARA FOTO

Sebagian warga mengeluh sulit untuk memulai usaha kembali

JAKARTA, Indonesia — Wajah belasan anak warga Kalijodo tampak riang saat bermain sepak bola di lapangan yang terletak di kompleks Rumah Susun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. 

“Anak-anak masih polos. Mereka tidak akan berbohong. Kalau mereka terlihat senang, berarti mereka memang senang di sini,” kata Ketua RW 010 Kelurahan Marunda, Nasrullah Dompas, Jumat pekan lalu, 26 Februari, tiga hari sebelum penggusuran warga Kalijodo oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Nasrullah mengatakan Rumah Susun Marunda punya fasilitas lengkap, karenanya tidak banyak keluhan dari warga Kalijodo yang dipindahkan ke kompleks tersebut.

“Biasanya yang lebih mereka keluhkan adalah bagaimana mereka bisa bekerja. Sebelumnya, mereka berdagang dan sekarang masih bingung bisa berjualan di mana,” kata Nasrullah.

Ia mengatakan warga pindahan dari Kalijodo bisa berjualan di lingkungan Rumah Susun Marunda seperti penghuni-penghuni sebelumnya.

“Penghuni diperbolehkan berjualan di bagian bawah bangunan rumah susun,” ujar Nasrullah.

Area kosong di bagian bawah rumah susun terlihat dimanfaatkan oleh beberapa penghuni untuk berdagang.

Nasrullah mengatakan penghuni yang berjualan di bagian bawah rumah susun tidak dikenai biaya maupun retribusi, hanya diharapkan menjaga kebersihan dan ketertiban.

“Selain itu juga ada rumah toko yang bisa disewa oleh penghuni. Bila berminat mereka bisa menyewa dengan pengundian tempat sebelumnya,” tuturnya.

Fasilitas rusun memadai

Seorang warga Kalijodo memindahkan barang ke dalam Rumah Susun Marunda di Jakarta, pada 22 Februari 2016. Foto oleh Yossy Widya/Antara

Kawasan Rumah Susun Marunda meliputi tiga kelompok gedung. Kelompok A terdiri atas 11 gedung, kelompok B 10 gedung, dan kelompok C lima gedung. 

Menurut Nasrullah, mayoritas penghuni rusun adalah warga pindahan dari berbagai tempat seperti Muara Baru, Pluit, Penjaringan, Pinangsia, Pademangan, dan Mangga Besar.

Biaya sewa setiap unit hunian di rumah susun tersebut berkisar Rp 130 ribu hingga Rp 160 ribu per bulan sesuai lokasi.

Dengan biaya sewa tersebut, para penghuni bisa menempati unit hunian tipe 36 yang terdiri atas ruang tengah, dua kamar tidur, satu kamar mandi dan WC, wastafel cuci piring, dan area menjemur pakaian. 

Nasrullah menambahkan, di sekitar rumah susun juga ada beberapa sekolah.

“Ada bus sekolah gratis yang akan mengantar anak-anak penghuni Rumah Susun Marunda ke sekolah. Juga ada bus penghubung TransJakarta gratis menuju Tanjung Priok,” ujarnya.

Warga pindahan dari Kalijodo bisa menyekolahkan anak mereka di sekolah terdekat. Setelah menghuni rumah susun, mereka bisa langsung mendaftarkan anak mereka ke sekolah melalui posko pelayanan warga yang tersedia.

“Salah satu posko pelayanan warga relokasi Kalijodo di Rumah Susun Marunda adalah pendaftaran sekolah. Hari ini didata, besok bisa langsung bersekolah,” katanya.

Nasrullah mengatakan anak-anak warga relokasi Kalijodo bisa bersekolah mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

“Kecamatan Cilincing membuka posko pendaftaran sekolah bagi anak-anak warga relokasi Kalijodo sejak 22 Februari hingga 5 Maret. Untuk PAUD di lingkungan Rumah Susun Marunda baru diresmikan hari ini dengan nama PAUD Tunas Indonesia di blok Hiu,” katanya.

Kesulitan memulai kembali

Beberapa warga pindahan dari kawasan Kalijodo yang menempati Rumah Susun Marunda berencana melanjutkan usaha dagang mereka, namun masih bingung mencari tempat belanja dagangan.

“Kalau dulu di Kalijodo, mau belanja di agen dekat. Juga ada pedagang keliling yang menjadi langganan saya berbelanja,” kata Jirah (51 tahun), yang selama di Kalijodo berjualan barang-barang seperti kopi, gula, sayuran, dan buah.

“Anak-anak masih polos. Mereka tidak akan berbohong. Kalau mereka terlihat senang, berarti mereka memang senang di sini”

“Katanya diperbolehkan jualan kalau di dalam. Tidak boleh kalau sampai di lorong depan karena bisa mengganggu aktivitas penghuni,” kata ibu beranak dua itu.

Jirah mengaku bersyukur bisa mendapat hunian baru di rumah susun. 

“Tidak ada keluhan. Tempatnya cukup luas, lebih luas daripada saat saya masih di Kalijodo. Selain itu, airnya juga bersih,” katanya.

Ia menuturkan ketika mengetahui Kalijodo akan ditertibkan awalnya dia berniat pulang ke kampungnya di Sragen. Namun, suami dan dua anaknya melarang.

“Suami dan anak laki-laki saya bekerja di Jakarta. Biasanya seminggu sekali berkumpul. Kalau anak perempuan saya sudah berkeluarga dan ikut pindah ke Rumah Susun Marunda,” kata Jirah.

Nasrullah mengatakan di lingkungan Rumah Susun Marunda ada satu toko grosir yang bisa dimanfaatkan warga yang ingin berjualan seperti Jirah.

“Biasanya kalau ada warga yang berdagang, belanja di toko itu. Harganya grosir sehingga bisa dijual kembali,” kata Nasrullah.

Ia menganggap wajar keluhan warga seperti Jirah, yang menurut dia hanya bagian dari proses adaptasi.

“Setelah mereka bisa beradaptasi, pasti segalanya akan lebih mudah bagi mereka,” ujar Nasrullah. —Laporan Antara/Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!