mobile apps

Warga Kalijodo sendirian

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Warga Kalijodo sendirian
Tak punya pembela dan harus menerima stigma buruk. Selama ini, warga Kalijodo hidup dari pusaran bisnis haram: prostitusi dan judi

JAKARTA, Indonesia – Sinar matahari cukup terik di kawasan Kalijodo wilayah Jakarta Barat pada Senin siang, 29 Februari. Saya memarkir mobil tak jauh dari Mesjid Jami’ Al-Mubarokah yang terletak di pingggiran jalan wilayah Jakarta Barat.  Mesjid yang berdiri di atas tanah seluas sekitar 150 meter persegi itu dicat warna hijau. Bangunan mesjid lebih rendah dari permukaan dan warna cat hijau muda itupun sudah memudar.  Bagian gedung yang lebih tinggi menempel di sebelahnya, dicat hijau terang. Di atasnya ada kubah terbuat dari bahan stainless steel, sebagaimana kubah masjid yang biasa kita lihat. 

Ketika saya di sana, alat berat meratakan bangunan di sekitar masjid, termasuk yang menempel dengan dinding mesjid. Beruntung, tidak menganggu mesjidnya. Sejauh mata memandang, masuk ke kawasan Kalijodo, melewati batas antara wilayah Jakarta Barat dan Utara, ratusan bangunan sudah roboh.  Ada tiga mobil pemadam kebakaran terus-menerus menyirami bangunan yang sudah dirobohkan sejak pagi hari.  “Supaya tidak ngebul, ini banyak debu dan bahan-bahan yang mudah terbakar,” kata seorang petugas.  Selain puing-puing bangunan dari tembok, banyak juga bahan triplek yang tadinya menjadi dinding-dinding bangunan di sana.

“Mesjid ini akan dirobohkan juga.  Tapi tidak sekarang.  Kami harus hati-hati,” ujar seorang petugas satuan polisi pamong praja kepada saya.  Saya menangkap nuansa sangat hati-hati dari aparat dalam menangani bangunan ibadah, terutama mesjid.  Ratusan warga termasuk perempuan dan anak-anak menyaksikan kegiatan merobohkan bangunan yang rencananya akan rampung selama tiga hari.  Hati saya berdegup, mungkin sama dengan yang menonton di sana kemarin siang.  Bagaimana ya kalau mesjid itu dirobohkan juga?

Jawaban melegakan datang dari Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful.  Dia mengatakan masjid itu tidak akan dirobohkan.  Lokasinya bagus di pinggiran jalan, dan tanahnya adalah tanah wakaf.  Mesjid itu justru akan didesain dengan lebih baik agar sesuai dengan taman yang akan dibangun di sana.  Taman Interaktif.  Ketika selesai, di taman Kalijodo yang terletak di pinggiran kali banjir kanal itu, warga bisa melakukan berbagai aktifitas seperti berolahraga. Lebih dari itu, mereka tentu bisa beribadah di mesjid Al-Mubarokah.

Setelah Kalijodo dikosongkan

Di Kalijodo, secara tidak sengaja saya berpapasan dengan Komisaris Besar Krishna Murti dan timnya yang menggunakan kaus Turn Back Crime.  “Alhamdulillah aman, Mbak Uni,” kata dia ketika kami berpapasan.  Kami sempat mengobrol sebentar.  Malam sebelumnya, saya mengontak Kapolda Metro Jaya Inspektur Jendral Polisi Tito Karnavian, dan juga Krishna Murti.  Beredar informasi bahwa akan ada perlawanan dari sejumlah warga menolak upaya pemerintah provinsi merobohkan bangunan di Kalijodo yang sudah berdiri puluhan tahun itu.  “Kami terus memantau situasi melalui Kapolres Jakarta Utara, Mbak.  Insyaallah besok aman,” kata Kapolda Tito.

Batas area Jakarta Barat dan Jakarta Utara di Kalijodo. Foto oleh Uni Lubis Beberapa kali sebelumnya berkomunikasi dengan Krishna, saya mendapatkan informasi bagaimana pihak Polda Metro Jaya gencar mengingatkan pihak pemerintahan provinsi agar persiapan pengosongan kawasan Kalijodo dilakukan secara hati-hati untuk menghindari bentrok di lapangan.  Pendekatan ke tokoh-tokoh masyarakat di lokasi dan masyarakat yang tinggal di sana, dilakukan secara intensif.

Krishna menyimpan kekhawatiran. Prostitusi di Kalijodo berjalan puluhan tahun, menghidupi ratusan bahkan ribuan orang, termasuk dari usaha membuka warung.

“Kami di kepolisian juga memikirkan, termasuk terus berkoordinasi, opsi apa yang disiapkan Pemda untuk relokasi mereka yang tinggal di kawasan Kalijodo, terutama di area kegiatan terkait prostitusi?” kata Khrisna.

Tanpa opsi yang jelas, ditambah cara yang represif, sudah pasti memicu konflik.

“Polisi pasti akan mendukung kebijakan pemerintah daerah. Tetapi, sebaiknya opsi dan cara juga dipikirkan secara matang,” kata Krishna.

Ketika bisnis perjudian di Kalijodo diberantas pada 2001-2002, terjadi tren peningkatan tindak kriminalitas sebesar 10 persen. Pasalnya, mereka yang kehilangan pekerjaan, sebagian melakukan kejahatan, termasuk perampasan barang dan menodong dengan senjata tajam. 

Dalam buku Geger Kalijodo, Kisah Polisi dan Mediasi Konflik, Krishna menuliskan meningkatnya kriminalitas di sekitar Kalijodo saat itu, ketika perjudian diberantas, dilakukan oleh mereka yang kehilangan pekerjaan dari kegiatan dengan omset ekonomi yang tidak kecil.

Pak Ade duduk di kursi kayu di pinggir jalan Senin siang.  “Saya nyaris tidak tidur, Bu.  Capek angkat-angkat barang.  Dia dan istri dengan dua anaknya, tadinya tinggal di salah satu bangunan yang dirobohkan.  “Saya buka warung kecil.  Sekarang saya disuruh pindah ke rusunawa di Marunda.  Saya belum tahu mau buka usaha apa di sana.  Apa bisa jualan lagi? kata dia. Badannya cukup gempal, dia mengenakan kaus singlet yang sudah lusuh.  Untuk sementara, Pak Ade mengaku tinggal dengan kerabatnya tak jauh dari situ.  Matanya nanar menyaksikan bangunan-bangunan dirobohkan.

Warga Kalijodo memang tak punya “pembela”.  Di mata masyarakat mereka dianggap bagian dari kelompok yang hidup dari pusaran bisnis haram: prostitusi dan judi.

Padahal Krishna Murti kepada saya mengatakan bahwa perjudian sudah tidak ada sejak 2002-an ketika dia menjabat Kapolsek di Penjaringan.

Jadi, ketika akhirnya pemprov mendapatkan newspeg untuk mengosongkan bangunan yang dianggap liar di sana, setelah kasus Fortuner itu, warga Kalijodo ya seperti sendirian.  Tak bisa membela diri.  Aparat mengungkap soal pencurian listrik yang diadukan PLN, juga aliran air bersih yang disebut-sebut diambil secara ilegal dari instalasi air  PAM Palyja. Ratusan titik.

Bagaimana mungkin kalau semua kegiatan ilegal itu bisa terjadi bertahun-tahun di depan mata polisi, aparat Pemda, bahkan PLN dan Palyja?  Siapa beking kegiatan ilegal ini?

Sesudah Kalijodo kosong dan menjadi taman, biasanya kita akan lupa untuk mengusut tuntas siapa yang bertahun-tahun mendapatkan keuntungan dari upaya bertahan hidup yang dilakukan ratusan warga.

Aparat mungkin cuma berhenti di sosok Abdul Aziz. 

Selama ini kemana saja?  – Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!