Fonda Solikhin, anak buah Santoso yang diduga kuat tertembak di Poso

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Fonda Solikhin, anak buah Santoso yang diduga kuat tertembak di Poso
Beredar foto jenazah mirip Dodo, warga Solo.

 

JAKARTA, Indonesia— (UPDATED)Teka-teki mengenai terduga teroris dari kelompok Santoso yang ditembak polisi pada Senin, 29 Februari, di pegunungan Desa Torireh, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah mulai menemui titik terang. 

The Islamic Study and Action Center (ISAC) mendapatkan informasi bahwa orang yang tewas adalah warga Solo bernama Fonda Amar Solikhin, 22 tahun.  

Fonda alias Ponda alias Dodo digrebek setelah pengembangan operasi pasca kontak senjata pada Selasa, 9 Februari lalu. 

Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Pol Agus Rianto mengatakan, kontak senjata terjadi ketika Satuan Tugas Operasi Tinombala 2016 Gabungan Polri dan TNI melaksanakan penegakan hukum.

Bersama Dodo ditemukan 1 pucuk pistol, 7 tenda dan 20 karung beras. Polisi menguntit Dodo dan jaringan Santoso lainnya selama 20 hari berturut-turut. 

Benarkah jenazah terduga teroris yang dimaksud adalah Dodo? 

Ketua ISAC Kurniawan BW menyebut kemungkinan jenazah tersebut adalah Dodo. Karena ia mendapatkan foto mirip Dodo yang beredar secara berantai. 

Tapi ISAC belum mendapat konfirmasi dari kepolisian. ”ISAC berharap Polri bisa menjelaskan secara resmi tentang insiden di Poso dan beredarnya foto secara beruntun dan liar di Solo,” ujar Kurniawan. 

“Kepada Bapak Kapolri dimohon segera umumkan identitasnya, jangan sampai foto yang beredar justru meresahkan warga Solo,” ujarnya lagi.   

Apa kata Kapolri? Kepada Rappler, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengaku belum bisa memastikan jenazah tersebut adalah Dodo. 

“Saya belum tahu. Saya belum deteksi namanya,” ujarnya, Kamis, 3 Maret. 

Namun informasi yang diperoleh Rappler polisi sudah mengetahui identitas jenazah terduga teroris tersebut. Yakni Fonda Amar Solikhin bin Joko Tri Priyanto. 

Setelah identifikasi tersebut, polisi meningkatkan pengamanan markas komando untuk mengantisipasi aksi balas dendam dari jaringan Santoso. 

Siapa Dodo? 

Sekretaris ISAC, Endro Sudarsono, mengatakan Fonda lahir di Solo pada 22 Mei 1994 dari pasangan Joko Tri Priyanto dan Dewi. Ia memiliki empat saudara. 

Informasi yang dikumpulkan Rappler menyebut Joko sendiri ditangkap Densus 88 pada 23 September 2013 lalu di rumahnya di Kampung Mondokan, Kelurahan Purwasari, Kota Solo.

Joko juga dikenal sebagai kakak Eko Joko Supriyanto, seorang terduga teroris yang tewas dalam penggerebekan oleh aparat di Jatiasih, Bekasi pada 2010 lalu. 

Jika Dodo ikut jaringan Santoso, maka Joko diduga terkait dengan jaringan Noordin Mohammad Top.  

Atas keterlibataannya dalam kegiatan terorisme ini, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan hukuman 3 tahun penjara. 

Hakim memutuskan Joko bersalah karena membantu seorang tersangka yang juga sedang dalam proses pengadilan, Ahmad Rofiq Ridho.

Joko saat itu meminjamkan motor dan laptop kepada Ridho. Motor itu kemudian digunakan Ridho untuk menjemput Noordin M. Top. 

Noordin M Top dan rekannya Azahari Husin merupakan anggota kunci jaringan Jemaah Islamiyah (JI) yang terkait dengan Al-Qaeda yang berada di balik aksi pengeboman di Bali pada 2002. 

Namun kiprah Dodo tak sementereng ayahnya. “Ia itu orang baru, dan sudah lama tidak di Solo,” ujar Endro. Tapi Dodo masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Densus 88.

Keluarga pastikan jenazah terduga teroris adalah Fonda

Setelah hampir sepekan, keluarga Fonda akhirnya memastikan bahwa jenazah tersebut adalah Fonda Amar Solokhin. 

Kepastian itu diperoleh setelah orang tua kandung Fonda, Umi Widayati memeriksa jenazah anaknya di Rumah Sakit Bhayangkara Palu bersama Eko, juru bicara keluarga pada 3 Maret kemarin. 

Menurut Eko, jenazah Fonda masih berkeringat di dahi dan ada darah di hidungnya. Eko menambahkan, ada luka yang sudah dijahit di bagian dada sebelah kiri dan sebelah kanan. 

Keluarga Fonda tiba di RS Bhayangkara sekitar pukul 15:00 WITA, kemudian keluarga menjalani tes DNA, pemeriksaan dokumen, baru diperbolehkan melihat jenazah.—Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!