Pekerjaan rumah yang ganjal langkah Ridwan Kamil ke Jakarta

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pekerjaan rumah yang ganjal langkah Ridwan Kamil ke Jakarta
Ridwan Kamil ingin prioritaskan atasi kemacetan dan cegah banjir di Bandung sebelum lengser

 

BANDUNG, Indonesia — Ridwan Kamil menolak berbagai dukungan untuk menyalonkan diri sebagai calon gubernur DKI Jakarta dalam pemilihan kepala daerah 2017. Alasannya, Ridwan ingin menuntaskan pekerjaan sebagai Wali Kota Bandung hingga jabatannya berakhir pada 2018. Ia ingin semua program-program yang telah dirancangnya terwujudkan sebelum ia lengser.

“Kesimpulannya adalah saya maju ke Jakarta tapi tidak sekarang, alias saya tidak akan maju menjadi calon gubernur DKI 2017. Pertimbangan terbesarnya hanya satu, tugas saya belum selesai di periode pertama (sebagai Wali Kota Bandung),” kata pria yang akrab dipanggil Kang Emil itu saat jumpa pers di Balai Kota Bandung, pada Senin, 29 Februari.

Selama dua tahun menjabat, Ridwan mengungkapkan, banyak prestasi yang telah diraih Kota Bandung. Di antaranya, kinerja birokrasi yang pada 2013 ada di ranking ratusan, saat ini berada di ragking satu nasional untuk akuntabilitas kinerja.

 
//

Ke Jakarta ? Tidak Ke Jakarta?

Posted by Ridwan Kamil on Sunday, February 28, 2016

Selain itu, transparansi publik dari ranking 17 menjadi ranking 2, pelayanan publik yang pada 2013 diganjar rapor merah oleh Ombudsman saat ini menduduki peringkat 4, dan pengangguran turun dari 10 persen ke 6 persen. Piala Adipura pun kembali diraih setelah 17 tahun puasa gelar.

“Tetapi Bandung itu belum sempurna. Kalau ada yang bilang Bandung itu sudah beres, itu lebay. Tapi kalau dibilang Bandung itu tidak ada kemajuan, itu bohong,” ujarnya.

Ridwan menyadari masih banyak pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan. Dua pekerjaan yang saat ini menjadi prioritasnya adalah menangani kemacetan dan banjir. 

“Saya masih banyak hal yang mesti diselesaikan, mengurangi banjir dan kemacetan masih prioritas. Mudah-mudahan di sisa 2,5 tahun ini bisa selesai,” katanya.

(BACA: Pernyataan lengkap Ridwan Kamil tidak jadi ke Jakarta)

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung, Kamalia Purbani, membenarkan bahwa salah satu prioritas pembangunan di Kota Bandung adalah mengatasi permasalahan kemacetan dan banjir.

Untuk mengatasi kemacetan, Pemerintah Kota Bandung sudah memiliki sejumlah program pembangunan infrastruktur dan moda transportasi massal. Namun Kamalia mengakui program belum terlaksana karena menghadapi sejumlah kendala.

“Beberapa kegiatan masih terkendala pembiayaan. Untuk solusinya, Pemkot Bandung sudah membentuk unit khusus yang menangani kerjasama pemerintah dengan swasta,” kata Kamalia kepada Rappler, pada Selasa, 1 Maret.

Berikut beberapa program prioritas Ridwan Kamil yang belum selesai;

Mengatasi Kemacetan

Memasuki akhir pekan, kendaraan yang masuk ke Kota Bandung mengalami peningkatan kedatangan yang didominasi oleh plat B atau daerah Jakarta dan sekitarnya, untuk berwisata maupun berbelanja saat akhir pekan. Foto oleh Fahrul Jayadiputra/Antara

1. Trans Metro Bandung (TMB)

Moda transportasi bus ini mulai beroperasi pada 22 Desember 2004 dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kemacetan di Kota Bandung. 

Trans Metro Bandung (TMB) telah mengoperasikan koridor pertama, yaitu Cibeureum-Cibiru sejauh 16 km yang dilengkapi dengan 16 halte. TMB ini menjadi proyek patungan antara Pemerintah Kota Bandung dengan Perum II DAMRI Bandung dalam memberikan layanan transportasi massal yang murah, nyaman, dan aman. 

Pada 2016, Pemkot Bandung telah mengalokasikan dana sebesar Rp 2 miliar dari  Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung untuk operasional jasa transportasi TMB koridor Cicaheum-Cibereum dan Cicaheum-Sarijadi yang dikucurkan melalui tahap lelang dengan masa operasi satu tahun. Rencananya, Pemkot Bandung akan membangun hingga 11 koridor TMB.

Namun sayangnya, proyek ini dinilai tidak berjalan sesuai rencana yang membuat Ridwan memecat Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung, Ricky Gustiadi, di awal tahun ini. 

2. Kereta Gantung (Cable Car)

Pemkot Bandung juga berencana membangun cable car atau kereta gantung untuk mengatasi kemacetan. Moda transportasi ini diharapkan bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen. 

Rencana pembangunan kereta gantung, yang juga dikenal dengan istilah skylift ini, sebetulnya sempat digulirkan Wali Kota Bandung periode sebelumnya, Dada Rosada. Bahkan, Dada sempat meresmikan peletakan batu pertama atau groundbreaking di Kawasan Pasteur, pada 12 Juni 2014. 

Rutenya melintasi gerbang tol Pasteur menuju pool Cipaganti Travel dan berakhir di Mall Paris van Java di Jalan Sukajadi. Namun, proyek ini tak jelas juntrungannya seiring dengan dipenjaranya Dada Rosada karena tersangkut kasus korupsi.

Proyek kereta gantung ini dihidupkan kembali oleh Ridwan dengan konsep yang berbeda. Rute yang akan dilewati sepanjang 800 meter mulai dari Stasiun Dago menuju Cihampelas melewati lembah Babakan Siliwangi.  

Proyek senilai 8 juta euro itu akan menyediakan sekitar 60 kabin yang mampu menampung 2.400 penumpang tiap jam. Proyek kereta gantung saat ini telah selesai proses feasibility study dan akan dilanjutkan dengan proses lelang. Namun, realisasi proyek ini masih terganjal regulasi.

“Untuk cable car masih dalam proses pembahasan regulasinya karena jalurnya harus mendapat rekomendasi dari Pemprov Jabar sebelum ditetapkan oleh Kemenhub,” kata Kamalia.

3. Light Railway Transit (LRT)

Kereta cepat atau light railway transit (LRT) diharapkan menjadi alternatif solusi bagi kemacetan di Kota Bandung. Rencana pembangunan transportasi massal modern ini terus bergulir dengan terjalinnya kerja sama dengan perusahaan asal Singapura, Singapore Mass Rapid Transit (SMRT) yang berpeluang mengerjakan pembangunan LRT koridor I (Babakan Siliwangi-Leuwipanjang). Pemerintah Kota Bandung menargetkan proyek tersebut mulai dikerjakan tahun ini. 

Pembangunan LRT koridor I ini diharapkan bisa selesai bersamaan dengan proyek LRT koridor II (Gedebage-Cimindi) yang dikerjakan konsorsium Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC). Untuk mewujudkan proyek bernilai investasi 260 juta dolar Amerika Serikat ini, Pemkot Bandung menggandeng pihak swasta atau public private partnership (PPP) dengan durasi 20 tahun. 
“LRT saat ini sedang persiapan lelang investasi,” ungkap Kamalia.
 

4. Bandung Skywalk

Proyek jembatan pedestrian di atas udara atau Bandung Skywalk sempat tertunda selama kurang lebih satu tahun. Di tahun ini, proyek tersebut kembali digulirkan Pemkot Bandung. Rencananya, proyek pembangunan Bandung Skywalk tahap pertama akan dikerjakan April tahun ini.

Pembangunan jembatan bagi para pejalan kaki ini akan dibangun melayang di atas atau di sisi jalan. Tahap pertama akan dibangun jembatan dengan panjang kurang lebih 500 meter yang akan dibangun di Jalan Cihampelas, mulai dari RS Advent  hingga Hotel Promenade Bandung. Jalan Cihampelas ini memang salah satu titik kemacetan karena menjadi tempat tujuan wisata. 

Pembangunan proyek Bandung Skywalk tahap pertama ini, seharusnya telah dibangun Pemkot Bandung pada 2014. 

5. Pembangunan ‘underpass’ dan ‘flyover’

Selain penyediaan moda transportasi massal, Pemkot Bandung akan membangun sejumlah jalan layang dan terowongan untuk mengatasi kemacetan. Pada tahun ini, Pemkot Bandung menargetkan membangun 5 proyek jalan underpass dan flyover.  

Proyek yang pertama adalah Bandung intra Urban Tol Road (BUTR) dengan rute Pasteur-Cileunyi, diikuti pembangunan flyover Antapani,  flyover Soekarno-Hatta yang menghubungkan Kopo-Buahbatu, dan underpass Cibiru. Prouek tersebut akan dimulai pada April tahun ini.

Menangani banjir 

Warga membersihkan sejumlah barang barang di rumah yang rusak akibat banjir bandang di Bandung, Jawa Barat, pada 10 Februari 2016. Foto oleh Novrian Arbi/Antara

1. Sumur resapan

Untuk mengatasi Banjir Cileuncang, Pemkot Bandung telah menggulirkan program Gerakan 1 juta Lubang Biopori yang dimulai pada 2013 lalu. Namun program tersebut dinilai sejumlah pihak tidak berhasil. Upaya tersebut dilanjutkan dengan program 10 ribu sumur resapan di beberapa lokasi Banjir Cileuncang. 

Untuk tahap awal, Pemkot Bandung telah membuat 222 sumur resapan yang dimulai pada November 2015. Sumur resapan dengan diameter 60 sentimeter dan kedalaman empat meter ini akan menyerap air berlebih ketika hujan deras datang. Pembuatan sumur resapan difokuskan di titik-titik banjir, yakni Pagarsih, Gedebage, Pasteur, Surapati, Cinambo, Panyileukan, dan beberapa ruas lain. Untuk membuat sumur resapan, Pemkot Bandung menyiapkan dana Rp 900 juta yang bersumber dari APBD 2015.  

2. Danau retensi

Upaya lain yang dilakukan Pemkot Bandung untuk mengatasi banjir adalah pembuatan danau retensi (penampung). Salah satunya akan dibuat di kawasan Jalan Sersan Bajuri atau sekitar 1 kilometer dari Terminal Ledeng di Jalan Setiabudi. Danau ini nantinya akan mencegah banjir di kawasan Bandung Utara.

Di lokasi tersebut ada lahan seluas 3 hektar yang merupakan aset Pemkot Bandung. Saat ini, kondisi lahan terbengkalai dan berupa rawa-rawa. Pemkot Bandung berencana mengucurkan dana sekitar Rp 10 miliar yang sumbernya dari APBD Kota Bandung. Uang sebesar itu akan digunakan untuk membangun danau dan fasilitas penunjang lainnya. Diharapkan, danau buatan tersebut bisa menjadi tempat wisata. 

Selain di Sersan Bajuri, danau retensi juga akan dibuat di Kawasan Gedebage untuk mengatasi Banjir Cileuncang, terutama di aliran sungai Cinambo. Pembuatan danau seluas 10-30 hektar itu melibatkan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU Pera), serta Pemprov Jabar. 

Selain mengatasi banjir, danau tersebut akan menjadi kolam tampungan, konservasi, dan pendayaangunaan air. Rencananya, akan dibangun juga masjid terapung di tengah-tengah danau.

Pembuatan danau raksasa ini telah muncul sejak 2014, namun hingga saat ini belum terealisasi. —Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!