Dialog antar agama: Perempuan bangun persaudaraan tanpa sekat
Ratusan perempuan lintas agama melakukan dialog di Gereja Kristu Raja, Ungaran, Jawa Tengah pada Rabu, 9 Maret. Foto oleh Fariz Ferdianto
SEMARANG, Indonesia – Santi Dewi, seorang perempuan Muslim asal Solo, menatap lurus ke arah panggung. Matanya tertuju pada sekelompok biarawati Katolik yang bernyanyi diiringi tarian sufi khas Timur Tengah.Sesekali Santi Dewi ikut bernyanyi dengan perempuan berkerudung yang ada di depannya. Raut mukanya terlihat lega ketika menyaksikan banyak perempuan berkerudung seperti dirinya bernyanyi bersama-sama, bahkan sesekali bergandengan tangan.
"Awalnya, saya merasa agak aneh. Tapi setelah berkenalan satu per satu saya jadi tahu kalau acaranya sangat istimewa," ujar Santi kepada Rappler.
Acara dialog perempuan Muslim-Katolik yang dihelat di Paroki Kristus Raja Ungaran, Semarang, Jawa Tengah ini memang baru diadakan pertama kali pada Rabu, 9 Maret.
Acara dialog diikuti oleh ratusan perempuan Muslim, Kristen, dan Katolik. Selain bernyanyi bersama, peserta dialog juga mengunjungi Masjid Jami Ungaran.
Santi mengaku rela datang jauh-jauh dari Solo bersama lima rekannya untuk menghadiri dialog perempuan Muslim-Katolik itu agar mendapat banyak teman.
"Apalagi banyak juga wanita dari lintas agama yang mengikuti acara ini," katanya.
Wanita yang aktif di ormas Nasyiatul Aisyiyah Muhammadiyah ini berkata bila kerukunan antarumat beragama yang terlihat dalam acara dialog lintas agama di Ungaran terjalin begitu erat. Tanpa sekat dan tanpa batas.
"Saya takjub melihat para biarawati meresapi lantunan lagu-lagu rohani sementara saya sebagai orang Muslim begitu khidmat berdoa tatkala menunaikan salat lima waktu," katanya.
Sementara itu, seorang biarawati dari Gereja Santo Yusuf Ambarawa, Suster Amanda, juga senang bisa menghadiri dialog bersama ratusan perempuan Muslim. Ia berpendapat, dialog lintas agama mampu menciptakan situasi damai dan tenteram.
"Sangat bersyukur. Karena dengan begini, hidup kita jadi rukun dan bisa bersama-sama membangun bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi," kata Amanda.
Memperkenalkan kerudung 'Mantilan' khas Katolik
Cristina Suyati, peserta lainnya yang datang dari Kampung Kenanga, Kecamatan Ungaran Barat, cukup antusias hadir dalam dialog yang diinisiasi Komisi Hubungan Antaragama Keuskupan Agung Semarang tersebut.
Selain menjalin keakraban dengan wanita Muslim yang datang dari berbagai penjuru daerah, ia memperkenalkan kerudung 'Mantilan' khas Katolik yang nyaris punah.
"Responnya sangat luar biasa. Apalagi, saya seumur hidup baru pertama kali ikut dialog lintas agama dengan teman-teman ormas islam," terang perempuan 67 tahun ini.
Peserta dialog antar agama bernyanyi bersama di atas panggung. Foto oleh Fariz Ferdianto
"Kita mengapresiasi Romo Budi sebagai Ketua FKUB Semarang yang berani menggelar dialog dengan wanita Muslim. Karena melalui acaranya, kita bisa menunjukan kepada teman dari Muslimat NU jika kita juga punya kerudung sendiri. Sungguh acara yang luar biasa," tambahnya.Menurut pengasuh Ponpes Al Ishlah Tembalang Semarang, KH Amin Maulana Budi Harjono, dialog yang melibatkan perempuan dari segala unsur agama hari ini berjalan dengan aman.
Ia lantas mengibaratkan perempuan sebagai seberkas sinar Tuhan, adalah sosok makhluk yang memiliki peranan penting di segala sendi kehidupan. "Kalau lelaki itu ibaratnya langit, sedangkan perempuan itu seperti bumi yang memberikan kehidupan bagi manusia," tutur Kyai Budi
Kyai Budi lantas mendorong kepada panitia guna menggelar acara serupa pada tahun depan untuk menumbuhkan sikap toleransi dalam umat beragama. Sebab, dialog kerukunan umat beragama bisa menumbuhkan kebaikan sesama umat manusia.
"Saya sendiri enjoy menghadiri acara ini karena bisa menumbuhkan kebaikan bagi kita semua," katanya.
Seusai acara, Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang Aloysius Budi Purnomo mengatakan dialog perempuan Muslim-Katolik baru pertama kali diadakan di Ungaran, bahkan di dunia.
"Kami senang para ibu dari gereja Katolik dan Kristen untuk hadir jumpa hati bersama kami. Ini merupakan perwujudan dialog perempuan lintas agama pertama kali di dunia," katanya.
Ia ingin kaum hawa ke depan mampu mengeksplorasi diri, mengingat secara kuantitas keberadaan mereka selama ini cukup mendominasi di segala elemen kehidupan.
"Dunia ini sebagian besar diisi oleh perempuan. Mereka punya semangat untuk mewujudkan perdamaian di tiap keluarga, komunitas maupun saat mengurus rumah tangga," kata Romo Budi.
Ia berharap dialog perempuan mampu menginspirasi masyarakat dunia untuk mewujudkan perdamaian abadi. Ia ingin masyarakat jangan sampai terpecah belah. Meski berbeda tapi harus memperkaya dunia.
"Jika dua tahun lalu kita menggelar kongres persaudaraan sejati di Muntilan Magelang, tahun ini kami mengambil langkah dengan mempertemukan wanita lintas agama untuk mewujudkan persaudaran sejati bagi dunia," katanya. – Rappler.com
BACA JUGA
Ayo langganan Indonesia wRap