Yang diharapkan pembaca novel ‘Sabtu Bersama Bapak’ dari filmnya

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Yang diharapkan pembaca novel ‘Sabtu Bersama Bapak’ dari filmnya
Film ‘Sabtu Bersama Bapak’ dapat disaksikan mulai 5 Juli

JAKARTA, indonesia — Novel bestseller karya Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak, sudah dirilis dalam bentuk film layar lebar, mulai hari ini, Selasa, 5 Juli.

Produksi film yang digarap Monty Tiwa ini menyusul kesuksesan yang diraih buku Sabtu Bersama Bapak. Novel yang dirilis pada 10 Juni 2014 ini telah memasuki cetakan ke-21 pada pertengahan Maret, dan berhasil mendapatkan rating 4,29 dari 5 dalam situs Goodreads.com.

Setelah sebelumnya meluncurkan poster resmi pada 28 Februari, teaser film pun telah dirilis pada 23 Maret dan mendapatkan sambutan hangat para penggemar yang telah menunggu sehingga #SabtuBersamaBapak sempat menjadi trending topic di Twitter pada 24 Maret lalu.

Penulis buku sekaligus penulis skenario film Sabtu Bersama Bapak, Adhitya Mulya, mengatakan bahwa film ini akan menampilkan jalur cerita yang sedikit berbeda dari bukunya.

“Penonton dapat mengharapkan cerita yang sedikit berbeda (saya enggak bisa bilang apa) dan dapat melihat, menurut saya, performa directing terbaik dalam karir Monty Tiwa,” kata Adhitya pada Rappler.

Selain disutradarai Monty Tiwa, film ini akan diisi wajah-wajah aktor dan aktris penuh talenta, mulai dari Ira Wibowo, Abimana Aryasatya, Acha Septriasa, Arifin Putra, hingga wajah baru dalam layar lebar Indonesia, seperti Deva Mahendra dan Sheila Dara Aisha.

Adhitya mengaku puas dengan film yang diproduksi oleh Maxima Pictures tersebut.

Harapan pembaca

Saya membaca novel Sabtu Bersama Bapak pada saat cetakan pertama 2014 lalu. Selain karena memang selalu penasaran dengan karya Adhitya Mulya sejak buku Travellers’ Tale pada 2007 lalu, saya juga tertarik dengan sinopsis di belakang sampul.

“Ini adalah sebuah cerita. Tentang seorang pemuda yang belajar mencari cinta. Tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan mereka dengan penuh kasih. Dan…, tentang seorang bapak yang meninggalkan pesan dan berjanji selalu ada bersama mereka.”

Saya hanya perlu satu hari untuk menghabiskan buku setebal 278 halaman itu. Kesan saya setelah membaca buku ini: heartwarming.

Buat saya yang memang bukan pembaca novel sastra seperti karya-karya Pramoedya Ananta Toer atau novel fiksi ilmiah seperti serial Supernova-nya Dee Lestari, Sabtu Bersama Bapak termasuk novel Indonesia favorit saya sepanjang masa.

Alasan utamanya, karena everybody loves a love story. Semua orang suka membaca kisah cinta, dan cerita dalam novel ini menawarkan hal tersebut dalam bentuk yang berbeda.

Selain menceritakan usaha Cakra mencari jodohnya, juga dikisahkan cara mempertahankan cinta pasangan yang sudah berkeluarga, hingga cerita tentang unconditional love orangtua kepada anaknya. Dengan kata lain, lengkap.

Di samping itu, saya merasa mendapatkan banyak sekali pelajaran setelah membaca novel ini, baik pelajaran mengenai diri sendiri, maupun cara menghargai orang lain, termasuk pasangan atau keluarga kita. Saya sangat berharap hal tersebut tidak akan hilang di filmnya.

Saya sangat menantikan dirilisnya film ini sejak lama. Pertama kali melihat pilihan casting, saya sebagai pembaca langsung merasa klop. Saya sangat berharap karakter-karakter yang telah melekat di pikiran pembaca dapat divisualisasikan dengan baik lewat film adaptasinya.

Setelah berbincang dengan Adhitya Mulya, saya jadi semakin berharap banyak dari film ini. Katanya, ia puas dengan hasil akhirnya.

Apakah saya, atau kamu, yang sudah tahu kisah Satya dan Cakra sebelumnya juga akan puas? —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!