Indonesia

Kisah WNI di Belgia saat terjadi insiden bom bunuh diri

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah WNI di Belgia saat terjadi insiden bom bunuh diri

EPA

Sejak terjadi ledakan bom di dalam kereta bawah tanah, Rini menjadi trauma dan lebih memilih mengantar putrinya dengan mobil pribadi.

JAKARTA, Indonesia – Asmayani Kusrini pada Selasa, 22 Maret menjalani aktivitasnya seperti biasa. Pukul 08:00 waktu setempat dia sudah tiba di sekolah untuk mengantar putrinya yang baru berusia enam tahun bersekolah.

Kebetulan SD tempat putrinya menuntut ilmu di area Etterbeek tidak jauh dari Stasiun Maalbeek yang menjadi lokasi bom bunuh diri. Belasan orang tewas di dalam gerbong kereta akibat ulah pelaku yang meledakan bom.

Usai berpamitan dengan putrinya, wanita yang biasa disapa Rini itu, lalu melanjutkan perjalanan menuju ke Université Libre de Bruxelles (ULB) untuk berkuliah. Di sana, Rini tengah mengambil persiapan pra doktor di Fakultas Sastra dan Filosofi ULB.

Dia tidak menduga hari itu telah terjadi serangan teror bom di dua tempat berbeda yakni Bandara Zaventem dan Stasiun Maalbeek.

“Begitu tiba di kampus dan membuka pesan WhatsApp saya baru ngeh kalau terjadi pemboman di bandara dan stasiun. Karena tahu stasiun itu tidak jauh dari sekolah putri saya, saya langsung menghubungi sekolah. Tapi sayangnya tidak diangkat,” ujar Rini kepada Rappler Selasa, 22 Maret melalui telepon.

Ketika jam baru menunjukkan pukul 09:00, pihak universitas mengumumkan agenda perkuliahan hari itu dibatalkan. Semua mahasiswa diminta untuk pulang.

Merasa khawatir, Rini langsung kembali menuju ke sekolah untuk memastikan putrinya baik-baik saja.

“Setelah itu ada pengumuman semua stasiun kereta bawah tanah dihentikan untuk sementara waktu. Begitu juga transportasi lainnya. Keadaan saat itu cukup menegangkan karena di beberapa tempat umum yang saya lewati dijaga ketat oleh aparat keamanan dengan senapan laras panjang,” kata Rini.

Beberapa ambulans dengan sirene terlihat berseliweran di jalan. Begitu juga dengan helikopter yang beberapa kali terlihat terbang di atas kepalanya.

“Sambil jalan menuju sekolah anak saya, saya sempat mendengar warga Brussel berkomunikasi melalui telepon sambil bertanya keberadaan orang yang diajak berkomunikasi. Ada yang menjawab di telepon keluarganya sudah ada yang di pesawat atau masih di bandara,” kata Rini yang sudah bermukim di Belgia sejak tahun 2008.

Dia mengaku cukup lega, karena putrinya tidak mengalami hal buruk. Bahkan, pihak sekolah langsung memberlakukan pengamanan tingkat tinggi. Mereka tidak akan mengizinkan para siswa dijemput selain oleh orang tua.

Dia sempat duduk di sebuah kafe tak jauh dari lokasi sekolah putrinya sambil menunggu waktu jam sekolah berakhir. Walikota Brussel, Ivan Mayeur, terlihat memberikan pernyataan di televisi.

“Dia mengaku terkejut dengan adanya dua serangan bom dan menyebut akan menghadapi masalah ini dengan serius,” tutur Rini.

Selain melihat penjagaan keamanan yang ketat, Rini juga sempat menyaksikan beberapa mobil polisi berhenti di depan gedung apartemen di area Etterbeek. Dia menduga polisi melakukan penggeledahan di apartemen tersebut.

Beberapa mobil polisi berhenti di depan gedung apartemen di area Etteerbeek, Belgia. Diduga mereka melakukan penggeledahan di apartemen tersebut pada Selasa, 22 Maret. Foto istimewa

“Polisi juga melakukan penggeledahan di apartemen lain yang ada di Jalan Max Roos, Schaerbeek. Di sana, ternyata mereka menemukan beberapa benda seperti bendera kelompok Islamic State of Iraq and al Sham (ISIS), alat peledak, dan alat kimia,” papar Rini.

Ledakan bom itu juga membuat suami Rini yang berprofesi sebagai dokter harus berjaga di rumah sakit. Sebab, rumah sakit tempat suaminya bekerja juga imerawat korban luka akibat bom.

Antre masuk stasiun

Sehari pasca tiga ledakan bom, pengamanan di kota Brussel semakin diperketat. Dari sebuah gambar yang diterima Rini dari Persatuan Pusat Mahasiswa Indonesia (PPI) di Brussel, warga harus antre untuk bisa masuk ke dalam stasiun metro.

Pemandangan ketika warga Brussel harus antre masuk ke dalam stasiun metro pada Rabu, 23 Maret pasca terjadi insiden bom bunuh diri. Foto oleh PPI Belgia

Petugas keamanan lebih ketat mengawasi penumpang. Mereka bahkan ikut memeriksa barang bawaan penumpang kereta, karena khawatir akan kecolongan seperti hari Selasa kemarin.

“Sampai hari ini antrean di stasiun metro masih terjadi. Kemarin semua tram telat. Sementara, saat ini tram dan bus hanya beroperasi sampai jam 19:00 malam. Suami saya saja semalam pulang jalan kaki ke rumah,” kata dia.

Namun, sejak terjadi ledakan bom di dalam kereta bawah tanah, Rini mengaku khawatir dengan keamanan di dalam transportasi umum. Oleh sebab itu, sejak kemarin dia memilih menggunakan mobil untuk mengantar dan menjemput putrinya.

“Padahal hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya, karena saya sebenarnya pengguna setia transportasi umum,” tutur Rini.

WNI ikut jadi korban

Dalam insiden bom bunuh diri itu, Pemerintah Indonesia menyebut ada tiga WNI yang ikut menjadi korban luka. Mereka diketahui bernama Meilissa Aster Ilona dan dua anaknya, Lucie Vansilliette dan Philippe Vansilliette.

“Yang saya tahu Meilissa dan Lucie masih dalam keadaan kritis di ruang ICU. Mereka belum boleh dijenguk hingga dua pekan mendatang. Sedangkan, Philippe kondisinya sudah lebih stabil. Dia sudah boleh dijenguk,” kata Rini yang memperoleh informasi tersebut dari KBRI Brussel.

Kementerian Luar Negeri mengatakan Meilissa yang menikah dengan pria Belgia itu tengah berada di bandara bersama dua anaknya untuk menanti penerbangan ke Indonesia.

“Ketiganya ingin berlibur ke Tanah Air,” ujar Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal, melalui pesan pendek pada Rabu, 23 Maret.

Situasi Belanda kondusif

Lalu, bagaimana situasi Belanda yang menjadi negara tetangga terdekat usai insiden tiga ledakan bom di Belgia? Duta Besar Indonesia di Belanda, I Gusti Wesaka Puja, mengatakan usai insiden tersebut, pengamanan di beberapa titik tempat publik memang diperketat. Namun, secara umum kondisi di Belanda normal dan kondusif.

“Pagi tadi saya baru saja dari Bandara Schipool. Saya lihat situasi di sana normal. Memang keberadaan petugas keamanan lebih banyak, tetapi tidak mencolok,” ujar Puja yang dihubungi Rappler melalui telepon pada Kamis, 24 Maret.

Dia mengakui memang ada pemeriksaan barang yang lebih ketat bagi calon penumpang ketika akan memasuki bandara. Sehingga, memakan waktu lebih lama.

Pemeriksaan yang lebih ketat juga terjadi di area perbatasan Belanda ke Belgia dan sebaliknya. Pintu pemeriksaan dibuat lebih sedikit, sehingga sempat mengakibatkan antrean.

Tetapi, dia kembali menegaskan, secara umum insiden yang terjadi di negara tetangganya itu tidak membuat perubahan signifikan di Belanda.

“Mereka memang terkejut dengan adanya serangan teror itu. Tetapi, hal tersebut tidak mengubah semua kegiatan yang telah direncanakan. Misalnya, pasca terjadi ledakan Raja Belanda tetap melakukan kegiatan untuk mengunjungi wilayah imigran. Di sana, Beliau mengatakan, agar rakyat turut serta untuk melawan aksi terorisme,” papar Puja.

Untuk menyuarakan tak takut terhadap aksi teror, komunitas Muslim di Belanda rencananya pada Jumat esok akan melakukan aksi demonstrasi damai di Dam Square, Amsterdam.

“Mereka rencananya akan menyampaikan pernyataan anti terhadap aksi teror dan juga simpati kepada para korban,” tutur mantan Direktur Jenderal ASEAN Kemlu itu.

Pemerintah Indonesia pun, kata Puja tidak mengeluarkan larangan bagi WNI berkunjung ke Belgia. Mereka hanya mengimbau agar warga tetap berhati-hati, menghindari tempat umum dan menyampaikan keberadaan kepada keluarga. – Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!