Paraguay vs Brasil: Saatnya menghentikan ganjalan Los Guaranies

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Paraguay vs Brasil: Saatnya menghentikan ganjalan Los Guaranies

EPA

Tujuh tahun lamanya Brasil tak pernah mengalahkan Paraguay. Saatnya Selecao mengakhiri kutukan itu.

JAKARTA, Indonesia – Meski sudah masuk dalam tiga besar klasemen sementara kualifikasi Piala Dunia Rusia 2018 zona CONMEBOL, posisi Brasil masih tidak aman. Mereka dikuntit Paraguay yang mengoleksi angka yang sama dengan tim berjuluk Selecao itu: 8 poin.

Brasil berada di posisi ketiga karena produktivitas gol yang lebih baik dibanding Los Guaranies—julukan Paraguay. Tapi, hitung-hitungan gol itu tidak menunjukkan dominasi jawara lima kali Piala Dunia tersebut di kualifikasi ajang empat tahunan tersebut.

Klasemen sementara kualifikasi Piala Dunia 2018  Zona CONMEBOL. Sumber: Whoscored.com

Neymar dan kawan-kawan harus bersusah payah masuk dalam tiga besar. Dalam lima pertandingan, mereka hanya meraih dua kemenangan. Itupun diraih dari tim-tim yang secara tradisi memang bukan peserta Piala Dunia. Yakni, Peru—yang mereka kalahkan 3-0—dan Venezuela (3-1).

Melawan tim-tim lima besar, Brasil tak berkutik. Mereka keok 0-2 dari Chile dan seri 1-1 melawan Argentina. Empat hari lalu, mereka hampir saja menggasak Uruguay 2-0. Tapi, dua gol balasan tim berjuluk La Celeste itu membuyarkan kemenangan di depan mata. Brasil kembali seri melawan tim-tim besar.

Kali ini, tantangan yang sama kembali dihadapi negeri penghasil talenta sepak bola terbesar itu: melawan Paraguay pada laga keenam kualifikasi Piala Dunia pada Rabu, 30 Maret pukul 7.45 WIB.

Pasukan Ramon Diaz siap kembali memberi mimpi buruk bagi Brasil dan mengklaim posisi ketiga klasemen sementara.

Roque Santa Cruz dan kawan-kawan memang berada di atas angin. Selain karena pertandingan dihelat di depan rakyat Paraguay di Estadio Defensores del Chaco, Asuncion, Paraguay memiliki rekor yang superior tiap kali melawan Brasil.

Sejak mengalahkan Paraguay 2-1 pada 2009, Brasil belum mampu mengulanginya lagi. Mereka dua kali bermain seri dan sekali kalah adu penalti. Itu berarti sudah tujuh tahun lamanya Brasil tidak pernah mengalahkan Paraguay.

Upaya Brasil untuk meraih kemenangan semakin sulit karena pemain andalan, Neymar, tidak bisa tampil karena akumulasi kartu. Kartu kuning yang dia terima di laga melawan Uruguay membuat dia harus absen di pertandingan selanjutnya.

“Kartu kuning untuk Neymar sangat tidak layak. Itu hanya pelanggaran biasa. Tapi karena Neymar yang melakukannya wasit jadi sangat sensitif,” kata Dunga mengekspresikan kekecewaannya.

Ketiadaan Neymar membuat Dunga harus memutar otak. Pasalnya, stok pemain dengan level setara dengan winger Barcelona itu jelas minim. Meski masih ada Douglas Costa (Bayern Munich), Philippe Coutinho (Liverpool) dan Willian (Chelsea), peran Neymar jelas berbeda.

Masalahnya, peran Neymar di Brasil bukan sebagai penyerang sayap. Pemain 24 tahun itu mampu menambal kebutuhan Brasil terhadap penyerang utama. Dalam laga melawan Uruguay, pemain kelahiran Sao Paulo itu dipasang Dunga di ujung tombak.

Pengganti Neymar bukan nama besar

Jika tidak ada Neymar, siapa yang akan menggantikannya? Dunga sudah memanggil penyerang Santos Ricardo Oliveira.

Oliveira bukan nama besar di Selecao. Usianya sudah 35 tahun. Sepanjang karirnya di timnas, dia hanya mengoleksi caps sebanyak 14 kali. Sejak memperkuat timnas kali pertama pada 2004, Oliveira hanya sebagai striker “tambal sulam”. Dia hanya dipanggil untuk melapis bomber Brasil top di masa lalu seperti Adriano, Robinho, dan Ronaldo.

Bahkan, dia belum pernah tampil di Piala Dunia sekalipun. Pada Piala Dunia Jerman 2006, Oliveira sempat masuk dalam skuat Brasil. Namun karena cedera, namanya terpaksa dicoret Carlos Alberto Parreira, pelatih Brasil saat itu.

Situasi itu jelas membuat kepercayaan diri Paraguay semakin melambung. Ramon Diaz yakin anak asuhnya bisa kembali menjadi ganjalan Brasil.

Apalagi, catatan mereka di kualifikasi juga lumayan. Mereka meraih dua kemenangan, dua kali seri, dan sekali kalah. Salah satu dari hasil seri tersebut bahkan saat melawan tim peringkat kedua Ekuador dengan skor 2-2.

“Kami sudah menunjukkan bahwa kami adalah tim kompetitif. Kami bisa mengalahkan siapapun. Saya terus berharap bahwa tim ini akan terus berkembang,” katanya.—Rappler.com

BACA JUGA:

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!