Sirkus keliling di Malang sebabkan lumba-lumba stres dan malnutrisi

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Sirkus keliling di Malang sebabkan lumba-lumba stres dan malnutrisi
Lumba-lumba stres dan berperilaku menyimpang, aliansi mahasiswa Malang laporkan sirkus keliling

MALANG, Indonesia – Sekelompok mahasiswa di Malang, Jawa Timur, melaporkan sirkus lumba-lumba keliling atas tuduhan eksploitasi kepada hewan, pada Kamis, 31 Maret.

Aliansi Mahasiswa Peduli Satwa melakukan aksi teatrikal menolak sirkus lumba-lumba keliling yang sedang bermain di Lapangan Rampal, Malang. Aksi yang berlangsung di depan Balai Kota Malang itu menyusul laporan tertulis yang telah dilayangkan pada Pemerintah Kota Malang, Komando Daerah Militer V Brawijaya Kota Malang, dan Dinas Pendidikan Kota Malang. 

Mereka melaporkan sirkus lumba-lumba keliling yang dituding telah melakukan eksploitasi pada satwa dan menyebabkan satwa stres, malnutrisi, hingga berperilaku menyimpang.

Koordinator aksi, Algriawan Bayu, mengatakan temuan itu berasal dari investigasi yang dilakukan oleh anggota Aliansi Mahasiswa Peduli Satwa sejak bulan lalu. Ketika sirkus lumba-lumba bermain di Malang pada awal Maret, Aliansi Mahasiswa Peduli Satwa melakukan investigasi dengan melihat langsung pertunjukan sebagai penonton dan berbicara dengan petugas di dalam pertunjukan. 

Mereka kemudian mengambil foto dan video sebagai bukti temuan mereka. “Lumba-lumba mengalami stres, berperilaku menyimpang, dan malnutrisi,” kaya Algriawan, pada Kamis.

Kolam lumba-lumba berdiameter 10 meter dan kedalaman 4 meter itu berisi air tawar yang sudah dicampur garam dan kaporit. Kolam tersebut itu, menurut Algriawan, sudah bercampur dengan kotoran lumba-lumba. 

Pada habitat alamnya, lumba-lumba hidup berkelompok dengan daya jelajah 100 km/hari. Lumba-lumba melakukan pertunjukan antara empat hingga 6 kali per hari dengan metode reward and punishment

Satwa yang peka dengan bunyi-bunyian itu juga terpapar suara bising tepuk tangan penonton dan pengeras suara lain. Ditambah tenda dan kolam yang sempit, membuat lumba-lumba stres dan ketakutan. 

Aliansi Mahasiswa Peduli Satwa juga melihat adanya perilaku yang menyimpang berupa gerak refleks naik ke panggung dan mengelilingi kandang beberapa kali meskipun tanpa diperintah. 

“Rusuk lumba-lumba juga terlihat dari jarak yang tidak cukup dekat menandakan terjadi malnutrisi,” katanya. 

Selain lumba-lumba, Aliansi Mahasiswa Peduli Satwa menemukan satwa langka lain yang juga digunakan sebagai hiburan di sirkus tersebut, antara lain beruang madu, kakatua jambul kuning, dan otter. 

Menurut Algriawan, satwa-satwa ini dilindungi sesuai UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam.

Berbekal temuan itu, gabungan mahasiswa dengan berbagai latar belakang studi yang berbeda itu kemudian membuat laporan kepada tiga instansi berbeda di kota Malang, yaitu Kodam V Brawijaya sebagai pemilik aset Lapangan Rampal, Pemkot Malang sebagai pemilik otoritas wilayah, dan Dinas Penddikan Kota Malang. 

“Kami berharap Kodam V akan mengusir pemilik sirkus sehingga mereka tidak memiliki tempat, dan Pemerintah Kota Malang mencabut berbagai perizinannya dan segera mengeluarkan Perda anti-sirkus keliling,” kata Algriawan. 

“Sedangkan Dindik kami minta untuk mengeluarkan larangan pada guru dan pelajar untuk berkunjung ke sirkus lumba-lumba, karena sebagian besar penontonnya adalah pelajar,” ujarnya.

Sementara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah Malang-Batu mengatakan pemilik sirkus telah mengantongi izin lengkap untuk melakukan pertunjukan itu. 

“PT Wersut Seguni Indonesia (WSI) memiliki izin peragaan dan juga izin sebagai lembaga konservasi dengan taman konservasi satwa berlokasi di Jawa Tengah,” kata seorang petugas BKSDA Malang-Batu bernama Iman, pada Kamis.

Menurutnya, WSI tak bermasalah lantaran telah mengantongi perizinan yang dibutuhkan untuk pertunjukan itu. Namun jika ada informasi tentang lumba-lumba yang mengalami malnutrisi, stre,s dan berperilaku menyimpang, pihaknya akan melaporkan temuan pada atasan. 

“Informasi ini akan kami lanjutkan pada atasan kami untuk menentukan langkah selanjutnya,” katanya. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!