Pesawat Batik Air menabrak maskapai Trans Nusa saat hendak take off

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pesawat Batik Air menabrak maskapai Trans Nusa saat hendak take off
Bandara Halim Perdanakusuma sempat ditutup hingga pukul 24:00. Dalam kecelakaan itu, tidak ada penumpang dan kru dari maskapai Batik Air yang menjadi korban.

 

JAKARTA, Indonesia – [UPDATED] Maskapai Batik Air mengalami kecelakaan dengan pesawat Trans Nusa ketika hendak take off di Bandara Halim Perdanakusuma pada Senin malam, 4 April. Batik Air yang menggunakan pesawat Boeing 737-800 menabrak Trans Nusa jenis ATR yang tengah ditarik atau towing menuju ke hanggar

“Saya telah diinformasikan oleh pihak bandara Halim, tidak ada penumpang yang menjadi korban jiwa. Semua penumpang dan kru pesawat telah dievakuasi,” ujar Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Perhubungan, JA Barata ketika dihubungi Rappler melalui telepon pada Senin, 4 April.

Barata mengatakan kecelakaan terjadi pada pukul 19:55 WIB. Pesawat Batik Air saat itu akan lepas landas menuju ke Ujung Pandang. Kerusakan yang dialami oleh Trans Nusa, kata Barata, antara lain di bagian sayap kiri dan ekor pesawat. 

“Sedangkan Batik Air mengalami kerusakan pada ujung sayap sebelah kiri,” tutur Barata yang memberikan penjelasan melalui pesan pendek.

Akibat kecelakaan itu, bandara Halim tutup mulai pukul 20:37 hingga pukul 24:00 WIB. Waktu penutupan bandara diperpanjang, karena proses evakuasi maskapai Batik Air. Lalu, bagaimana nasib penerbangan lain yang mendarat di Halim? Barata menjelaskan kemungkinan penerbangan akan dialihkan ke bandara lain yang terdekat.

Respons Grup Lion Air

Presiden Direktur Grup Lion Air, Edward Sirait, turut membenarkan salah satu armada milik Batik Air dengan rute Halim Perdanakusuma menuju ke Ujung Pandang mengalami kecelakaan pada Senin malam, 4 April. Namun, Edward menjelaskan petugas menara pengawas sudah menyetujui pesawat dengan nomor penerbangan ID 7703 itu lepas landas. 

“Karena mengetahui ada pesawat Trans Nusa yang ketika itu sedang ditarik traktor (dalam proses pemindahan) maka pilot yang bertugas memutuskan batal terbang demi keselamatan penumpang,” ujar Edward melalui pesan pendek yang diterima Rappler pada Senin malam, 4 April. 

Sebanyak 49 penumpang dan 7 kru di dalam maskapai Batik Air, kata Edward, dalam keadaan selamat dan akan diterbangkan dengan menggunakan pesawat berbeda. Mereka diberikan pilihan untuk melanjutkan penerbangan pada hari Selasa. 

“Terkait dengan apa yang terjadi, kami akan menunggu hasil dari lembaga yang berwenang,” kata Edward. 

Keteledoran yang serius

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, turut mendesak agar tabrakan yang terjadi antara maskapai Batik Air dengan Trans Nusa diusut secara serius oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Sebab, kecelakaan itu menandakan tidak adanya koordinasi antara petugas menara pengawas dengan petugas darat yang tengah menarik pesawat Trans Nusa ke hanggar. 

“Ini juga menjadi bukti tingkat keselamatan penerbangan di Indonesia masih rendah. Kementerian Perhubungan harus memberikan sanksi kepada petugas yang terlibat dalam insiden ini, termasuk kepada manajemen Bandara Halim Perdanakusuma,” ujar Tulus melalui pesan pendek. 

Tidak heran terjadi kecelakaan

Sementara, Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Chappy Hakim mengaku tak heran jika terjadi kecelakaan di Bandara Halim Perdanakusuma. Bahkan, menurutnya sejak dimanfaatkan juga sebagai tempat untuk mendaratnya pesawat sipil, peristiwa kecelakaan hanya tinggal menunggu waktu. 

“Semua orang yang bekerja di industri penerbangan maklum dan tahu betul bahwa penerbangan di Bandara Halim Perdanakusuma itu berbahaya!: tulis Chappy dalam akun resmi Twitternya pada Senin malam, 4 April. 

Bahkan, dia telah menganalisa hal tersebut dalam sebuah tulisan di blognya sejak tahun 2010 lalu. 

Chappy berpendapat sejak pemerintah memindahkan sebagian rute penerbangan komersial ke Bandara Halim Perdanakusuma, itu sebuah perencanaan di bidang penerbangan sipil nasional yang sangat keliru. Sebab, Bandara Halim Perdanakusuma sudah sangat sesak. 

Penggunaan satu pangkalan udara militer tidak bisa diukur dengan parameter operasional dari penerbangan sipil.  Saat ini saja sektor pengamanan Pangkalan Udara Halim sebagai pangkalan militer sudah cukup terganggu dengan keberadaan “general aviation” dan penerbangan carter di Halim,” tulis Chappy di blognya tahun 2010 lalu

Dia menilai Bandara Halim Perdanakusuma sudah cukup untuk penerbangan militer sebagai “general aviation” dan penerbangan VVIP/VIP tamu kenegaraan. Sebaiknya tidak ditambah lagi dengan penerbangan domestik komersial. -dengan laporan Ursula Florene/Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!