Kapal Tongkang Anand 12 yang dibajak Abu Sayyaf ditemukan di Malaysia

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kapal Tongkang Anand 12 yang dibajak Abu Sayyaf ditemukan di Malaysia

ANTARA FOTO

Kapal Anand 12 yang membawa 7.000 ton batu bara ditemukan otoritas Malaysia dalam keadaan utuh. Sementara, kapal tunda Brahma 12 telah diamankan oleh otoritas Filipina

JAKARTA, Indonesia – Kapal tongkang Anand 12 yang memuat 7.000 ton batu bara dari Indonesia ditemukan di perairan Lahat Datu, Sabah Malaysia oleh otoritas Negeri Jiran tersebut sekitar dua hari yang lalu.

“Fisik kapal dalam keadaan utuh. Batu baranya masih ada,” kata Konsul Indonesia di Sabah Abdul Fatah Zainal yang dihubungi Rappler melalui telepon pada Selasa, 5 April.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan otoritas Malaysia akan mengadakan uji forensik terhadap kapal tersebut selama 7 sampai 10 hari 

Namun demikian, Retno tidak menjelaskan di mana keberadaan 10 kru Indonesia saat ini yang masih disandera oleh kelompok militan Abu Sayyaf.

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Belanda itu hanya mengatakan turut menjalin komunikasi dengan Pemerintah Malaysia.

“Saya berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Malaysia pada tanggal 31 Maret 2016 dan meminta agar bekerjasama jika sewaktu-waktu diperlukan. Pemerintah Malaysia juga menyatakan siap untuk bekerjasama jika ada perubahan situasi,” ujar Retno ketika memberikan keterangan pers di kantor Kemlu pada Selasa, 5 April.

Komunikasi dengan Menlu Anifah Aman, kata Retno, bermanfaat untuk menindaklanjuti ditemukannya kapal Tongkang Anand 12.

Saat ini Kemlu juga masih melakukan komunikasi intensif dengan Pemerintah Filipina. Hal itu ditandai dengan adanya kunjungan Retno ke Filipina pada tanggal 1-2 April.

“Selama berada di sana, saya diterima secara langsung oleh Presiden Filipina Benigno Aquino, Menlu Filipina dan panglima angkatan bersenjata Filipina,” kata Retno.

Dalam pertemuan tersebut, Retno menyampaikan apresiasi atas kerjasama yang sejauh ini diberikan oleh otoritas Filipina. Dia juga kembali menekankan pentingnya keselamatan 10 kru kapal Indonesia.

“Dalam pertemuan dengan Pemerintah Filipina, terlihat komitmen kuat untuk melakukan yang terbaik dalam upaya pelepasan sandera WNI. Hasil pertemuan itu kemudian dilaporkan kepada Presiden dan dirapatkan dengan Menkopolhukam pada Senin, 4 April,” tutur Retno.

Selain dengan Pemerintah Filipina, komunikasi juga dijalin dengan keluarga 10 kru kapal di Tanah Air. Untuk mempermudah komunikasi, Kemlu sudah menunjuk dua pejabat penghubung (LO) agar bisa berhubungan dengan keluarga.

“Sejauh ini, komunikasi sudah terjalin dua kali dengan keluarga 10 kru kapal yaitu pada Rabu, 30 Maret, dan Senin, 4 April. Pihak keluarga juga bisa menghubungi pejabat LO itu secara aktif,” kata dia.

Pemerintah Indonesia masih terus mengupayakan pembebasan ke-10 kru kapal. Berbagai opsi sudah disiapkan, termasuk pengerahan personel militer ke Filipina selatan.

Pasukan reaksi cepat juga sudah disiagakan di Tarakan, Kalimantan Utara. Namun, menurut Presiden Joko “Jokowi” Widodo, militer Indonesia tidak bisa begitu saja masuk ke negara lain.

“Harus ada izin dan izinnya dari parlemen mereka. Nah, ini yang masih belum,” ujar Jokowi di stadion Gelora Bung Karno pada Minggu, 3 Maret.

Kelompok ekstrimis Abu Sayyaf memberikan tenggat waktu hingga tanggal 8 April agar Indonesia menyediakan uang tebusan sebesar 50 juta Peso atau setara Rp 14,2 miliar. Kapal tongkang Anand 12 yang bermuatan 7.000 ton batu bara yang ditarik kapal tunda Brahma 12. Kapal Brahma 12 telah diserahkan ke otoritas Filipina.

Kedua kapal dibajak kelompok Abu Sayyaf ketika tengah berlayar dari Sungai Puting, Kalimantan Selatan menuju  Batangas, Filipina tengah. – Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!