Mengintip keseharian TMC Polda Metro Jaya

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengintip keseharian TMC Polda Metro Jaya
Bagaimana rumitnya mengatur lalu lintas padat Ibu Kota

JAKARTA, Indonesia – Ledakan bom yang mengguncang salah satu pusat perbelanjaan di area Thamrin, Jakarta Pusat terlihat jelas di salah satu layar pemantau Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya pada pertengahn Januari lalu. Operator yang bertugas saat itu langsung mengarahkan polisi lalu lintas di lapangan untuk menutup akses kendaraan ke area tersebut.

“Detik itu juga, polisi di lapangan langsung menghentikan kendaraan dan mengalihkan arus lalu lintas,” kata Perwira Regu A TMC Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Polisi Heri Priyatno kepada Rappler di ruangannya pada Selasa, 5 April 2016. Ruangan tersebut memiliki 9 layar, yang menampilkan kondisi jalanan Ibu Kota dari pantauan kamera CCTV.

Mata sepuluh orang anggota regu A yang saat itu tengah bertugas memang jarang lepas dari layar. Maklum, tim mereka harus sigap mengantisipasi pengaturan lalu lintas saat kondisi jalan berubah.

“Kalau ada unjuk rasa, kecelakaan, macet, atau terror seperti Thamrin kemarin, kami harus siap,” kata Heri.

Sistem terintegrasi

Sehari-hari, TMC Polda memiliki tiga regu yang bekerja bergantian setiap 12 jam. Setiap anggotanya memiliki tugas berbeda.

Pertama-tama, ada petugas operator yang bertugas memberikan instruksi berdasarkan kondisi jalan. Saat Rappler berkunjung, operator yang tengah bertugas adalah Kasno.

“Kalau macet, saya harus memberi tahu arus jalan mana yang ditutup, mana yang dibuka. Nanti kawan di lapangan langsung mengeksekusi,” kata dia. Di atas mejanya, ada sebuah HT yang tak henti-hentinya berbunyi melaporkan kondisi lalu lintas dari seluruh penjuru Ibu Kota. Ia memiliki dua rekan lain yang bertugas sama.

Setelah itu, ada juga petugas yang memberikan informasi ke masyarakat. Tentu masyarakat Jakarta sudah akrab dengan akun Twitter @TMCPoldaMetro. Akun dengan pengikut 5,3 juta user ini mengabarkan situasi jalanan Jakarta dengan detil waktu.

Ada dua orang petugas yang menyebarkan informasi ini ke masyarakat. “Kami ambil dari laporan masyarakat, pantauan CCTV, sampai laporan petugas lapangan. Biasanya lewat HT, atau via WhatsApp,” kata Indra, petugas saat itu.

Informasi yang akan disebar dipilih berdasarkan kualitas foto dan relevansi waktu. Mereka memilih foto dengan kualitas gambar jernih dan menampilkan kondisi jalan secara jelas, menambahkan waktu pengiriman, dan mengedit bahasa laporan. Tak hanya foto, sesekali ada juga video yang dikirimkan.

Selain Twitter, TMC Polda juga dapat ditemukan di Path dan Instagram. Heri mengatakan mereka sengaja memanfaatkan animo masyarakat Indonesia yang sangat fasih bermain media sosial. Penyebaran informasi dinilai lebih efektif dengan cara demikian.

Bila ada kecelakaan atau pencurian kendaraan, petugas yang berjaga juga akan turut menyebarkan laporan masyarakat. Tak jarang laporan orang hilang pun turut di-posting. Indra bercerita, pernah ada kasus anak hilang yang tuntas berkat informasi dari TMC Polda.

“Jadi ibunya siaran di radio El Shinta, anaknya melapor ke TMC Polda. Akhirnya mereka bertemu kembali. Persis kayak di film-film,” kata dia sembari tertawa.

Untuk kasus kriminal dan kecelakaan, TMC Polda Metro Jaya juga bisa membantu menyediakan informasi kendaraan yang terlibat. Bagian informasi dapat mencarikan biodata pengemudi dan pemilik SIM, cukup dengan memasukkan nomor polisi mobil.

“Ini penting, misalkan ada kecelakaan, perampokan yang menggunakan kendaraan bermotor. Bisa dilacak pelakunya,” kata Heri. Namun, informasi baru akan diberikan setelah ada izin dari Kepolisian Sektor atau Kepolisian Resor setempat.

Selain itu, ada juga bagian informasi yang bertugas menerima laporan dari masyarakat. TMC Polda menerima laporan masyarakat via pesan pendek, call center, faximile, hingga media sosial. Terdapat lima jalur telepon yang aktif 24 jam.

Petugas kemudian wajib meneruskan informasi sesuai dengan kebutuhan. “Biasanya kalau ada yang sengaja mengacau, kami acuhkan saja,” kata Indra, menanggapi followers @TMCPoldaMetro yang kerap melontarkan pertanyaan hingga pernyataan aneh.

Refreshing ala TMC Polda

Berhadapan dengan layar komputer setiap hari tentu membuat mata dan pikiran jenuh. Heri mengatakan, setiap anggota perwira memiliki cara sendiri untuk menjernihkan pikiran mereka.

“Ada yang membaca Al Qur’an, atau main game,” kata dia. Asal tak berlebihan dan mengganggu waktu kerja. Heri sendiri mengaku gemar melukis. Namun, karena tak mungkin membawa peralatan ke kantor, ia memilih untuk mengobrol dan bersenda gurau dengan rekanannya.

Jakarta kurang CCTV

Mengawasi kendaraan dan peristiwa yang terjadi di jalanan Ibu Kota bukanlah hal mudah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta memiliki 16.350.381 kendaraan bermotor yang terdaftar. Ruas jalan seluruhnya ada sepanjang 6.955,8 kilo meter.

Sementara itu, CCTV yang memantau hanya ada 87 unit; beberapa pun sudah mulai tak berfungsi. Heri mengakui, angka tersebut kurang untuk melingkupi Jakarta.

Keberadaan kamera pengawas ini sangat penting, terutama di daerah-daerah yang masih sepi. “Kecelakaan dan kriminalitas justru banyak terjadi di area seperti itu,” kata dia.

Dengan adanya rekaman CCTV, polisi dapat dipermudah untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan. Kamera yang saat ini digunakan dapat memperbesar gambar hingga 300 kali. Nomor polisi kendaraan dapat terlihat dengan jelas, namun wajah orang memang akan terlihat pecah. Data gambar ini, kata Heri, akan tersimpan selama 7 hari.

Karena itu, penting untuk terus menambah jumlah kamera pengawas. Meski enggan menyebut angka pasti, Heri memperkirkan Jakarta butuh ribuan kamera pengawas. “Saya ikut kata Pak Gubernur saja, yang mau menambahkan 3 ribu unit CCTV untuk Jakarta,” kata dia.

Kebanyakan kamera memang didapat dari hibah pelbagai pihak. Bila berharap dari anggaran Polda sendiri, membutuhkan waktu yang lama. Heri mengaku tak tahu menahu tentang anggaran tersebut. Ia meminta Rappler menanyakan langsung ke bagian Korlantas atau Penegakan Hukum. Namun, satu unit kamera ini memang cukup mahal, sekitar Rp 300 juta per unit.

Demikian pula dengan perawatan CCTV. Banyak kamera yang mulai tak berfungsi karena pengaruh usia, cuaca, ataupun komponen rusak. Masalah anggaran, sekali lagi, yang menjadi kendala mengapa alat-alat ini tak kunjung dibetulkan.

Ia mengatakan, ke depannya sudah direncanakan penambahan jumlah CCTV, mengikuti perkembangan daerah-daerah di Jakarta. Area seperti jalan kecil hingga ruang terbuka yang mulai ramai akan dipasangi kamera pengawas untuk menghindari hal tak diinginkan. “Seperti di Waduk Ria-Rio dan Pluit sana,” kata dia.

Di luar jumlah kamera, Heri mengatakan sistem TMC Polda sudah cukup baik. Secara kualitas peralatan, ia mengakui kalah jauh dibandingkan negara lain. “Kalau di luar sana, sepert Jerman, kameranya bisa melihat sampai tembus badan mobil. Tapi ya wajar, mereka kan yang punya teknologinya,” kata dia.

Keunggulan TMC terletak pada integrasi sistem pelacakan nomor polisi. Menurut Heri, tak ada negara lain yang mengadopsi sistem serupa. “Kalau di sana, mereka menghargai privasi dan menjaga informasi pribadi,” kata Heri. -Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!