Kisah Najaq, Badak Sumatera yang mati di Kutai Barat

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah Najaq, Badak Sumatera yang mati di Kutai Barat
Badak Sumatera berstatus ‘critically endangered’ dengan perkiraan jumlah populasi kurang dari 100 di seluruh dunia

JAKARTA, Indonesia—Seekor Badak Sumatera mati pada Selasa dini hari, 5 April, setelah mendapatkan perawatan intensif selama dua pekan pasca ditemukan di Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Ketika ditemukan, kondisi Najaq memang sudah terluka parah pada kaki kirinya akibat terjerat tali. Namun saat ini tim dokter masih melakukan otopsi untuk mengetahui sebab pasti kematian Najaq.

Penemuan Najaq merupakan yang pertama kalinya di Kalimantan dalam 40 tahun terakhir. Badak Sumatera berstatus critical endagered dengan perkiraan jumlah populasi kurang dari 100 di seluruh dunia.

Kondisi Najaq sempat membaik saat dirawat tim dokter di kandang sementara (boma), namun akhirnya ia dinyatakan mati pada pukul 2:50 WIB, Selasa, 5 April lalu.

Saat ini diketahui masih ada 14 Badak Sumatera yang terletak di dua kantong populasi di wilayah Kabupaten Kutai Barat, dua di antaranya, diperkirakan berada tidak jauh dari lokasi ditemukannya Najaq, namun keduanya masih dalam keadaan sehat.

Upaya penyelamatan Najaq

Keberadaan badak di Kabupaten Kutai Barat mulai teridentifikasi lewat jejak tapak pada tahun 2015 oleh Tim Survei WWF Indonesia. Namun, keberadaan Najaq baru terekam lewat camera trap pada 20 Oktober 2015.

Kondisi Najaq yang tertangkap di kamera terlihat luka parah karena terjerat tali. Oleh karena itu, pada Desember 2015 segera dibuat tim penyelamatan yang terdiri dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Yayasan Badak Indonesia (YABI), WWF Indonesia, Taman Safari Indonesia (TSI), serta tim dokter dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

“Coba bayangkan, kalau ini tidak kita selamatkan dan sewaktu-waktu tali ini melilit di pohon, akan menyiksa sekali,” ujar Sumatera-Kalimantan Director WWF Indonesia Anwar Purwoto dalam konferensi pers di Museum Kementrian LHK di Jakarta, Rabu, 6 April, sambil menunjukkan video badak yang terekam lewat camera trap.

Penyelamatan pun butuh proses panjang. Baru pada 20 Maret 2016, dengan metode pit trap, Najaq berhasil dievakuasi untuk mendapatkan perawatan intensif.

“Kondisi Najaq sedang sakit. Kondisi lapangan juga tidak memungkinkan untuk dibius karena jika dibius tidak akan langsung pingsan tapi akan jalan kesana kemari. Maka waktu itu diputuskan untuk menggunakan pit trap,” ujar Direktur Eksekutif YABI Widodo Ramono dalam kesempatan yang sama.

Keputusan tersebut diambil setelah rapat yang dilakukan Kementrian LHK bersama lembaga masyarakat serta para pakar yang terkait.

Setelah Najaq tertangkap di pit trap, ia langsung dipindahkan ke kandang sementara (boma) untuk mendapatkan perawatan intensif dari dokter. Boma dapat menampung badak selama sekitar dua bulan, untuk kemudian dipindahkan ke sanctuary jika keadaannya sudah lebih baik.

Namun beberapa hari terakhir kondisinya menurun dan akhirnya tak tertolong lagi.

Hal ini sangat disayangkan, mengingat Najaq yang berusia 10 tahun tersebut sedang dalam masa subur dan kemungkinan besar dapat bereproduksi untuk meningkatkan jumlah populasi Badak Sumatera.

Hingga saat ini, tim dokter belum dapat memastikan penyebab pasti kematian Najaq karena masih menunggu hasil otopsi. Rencananya, jenazah Najaq akan diawetkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan objek wisata.

Untuk menyelamatkan empat belas ekor Badak Sumatera tersisa yang tersebar di Kabupaten Kutai Barat, pemerintah berencana untuk membuat setidaknya 10 Rhino Protection Unit (RPU).

“Saat ini sudah ada 2 yang di-SK (Surat Keputusan) kan. Namun melihat lokasinya sangat luas, dan terpencar di beberapa lokasi, 14 (badak) ini harus dibangun RPU paling minimal 10 unit, jadi tambah delapan lagi,” ujar Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementrian LHK Bambang Dahono Adji dalam konferensi pers yang sama.

Dengan jumlah populasi kurang dari 100 ekor, Badak Sumatera merupakan satu-satunya badak bercula dua di Asia.—Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!