Keluarga ABK desak perusahaan segera bayar uang tebusan ke Abu Sayyaf

Ari Susanto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Perusahaan mengabarkan keluarga tidak pernah ada tenggat waktu seperti yang selama ini diberitakan media.

JAKARTA, Indonesia – Di hari yang ditetapkan sebagai batas akhir pemberian uang tebusan oleh kelompok Abu Sayyaf, nasib 10 kru kapal Brahma 12 asal Indonesia, justru masih tak jelas. Keluarga salah satu kru kapal kemudian mendesak PT Patria Maritim Lines, perusahaan pemilik kapal agar segera membayar uang tebusan senilai 50 juta Peso atau setara Rp 14,2 miliar ke kelompok Abu Sayyaf.

Hal itu diungkap oleh ayah Bayu Oktaviyanto, salah satu kru kapal Brahma 12. Pihak keluarga sudah menyampaikan permohonan kepada Presiden Joko “Jokowi” Widodo melalui Bupati Klaten, Sri Hartini agar segera membebaskan Bayu.

Bupati Sri Hartini tiga hari lalu berkunjung ke rumah keluarga di Desa Mendak, Delanggu, Klaten.

“Kami ingin agar anak saya segera bebas. Kami sudah berbicara lewat telepon dengan perwakilan pihak perusahaan tadi siang dan mendesak mereka agar segera ada keputusan untuk menebus para sandera,” ujar Ayah Bayu, Sutomo yang ditemui di kediamannya pada Jumat malam, 8 April.

Dia mengatakan pihak perusahaan seharusnya bertanggung jawab atas risiko pelayaran tersebut. Kabar terakhir yang diterima Sutomo dari Banjarmasin pada Jumat sore, perusahaan masih terus mengupayakan negosiasi atas nilai tebusan yang diminta oleh kelompok militan tersebut.

Sementara, kondisi 10 kru kapal dilaporkan dalam keadaan sehat.

“Kami meminta foto atau video kondisi terakhir para sandera, setidaknya agar kami merasa sedikit lega,” kata dia.

Kedua orang tua Bayu hampir kehilangan asa menjelang hari terakhir batas waktu penebusan sandera pada Jumat kemarin. Tetapi, mereka merasa sedikit tenang setelah mengetahui kabar dari perusahaan bahwa penculik sebenarnya tidak menetapkan tenggat waktu seperti yang selama ini diberitakan di media.

Kendati mengetahui kondisi putranya dalam keadaan baik, tetapi Sutomo dan keluarga selalu menggelar dzikir dan doa bersama untuk keselamatan semua kru kapal sejak satu pekan lalu. Doa bersama itu dihadiri tetangga dan keluarga.

“Hanya ini yang bisa saya lakukan untuk mengharapkan pembebasan putra saya,” tutur ayah empat anak itu.

Bayu diketahui sudah tiga tahun bekerja di perusahaan itu. Sudah dua kali pula, Bayu bersama kru kapal lainnya melakukan pelayaran serupa ke Filipina.

Sebelum berlayar pada Rabu, 23 Maret, Bayu sempat memberi kabar terakhir kepada kedua orang tua dan calon istrinya, Santi Puspita Sari, untuk meminta doa.

“Saya berharap agar pemerintah segera membebaskan Mas Bayu. Kami sudah merencanakan untuk menikah tahun depan,” ujar Santi dengan mata berkaca-kaca kedpa media yang berkunjung ke kediaman Sutomo.

Hingga saat ini, belum diperoleh kepastian opsi apakah yang akan dilakukan Pemerintah Indonesia. Pemerintah sudah menyiapkan beberapa opsi mulai dari menyiagakan personel militer hingga uang tebusan.

Namun, Pemerintah Filipina sudah tegas menolak adanya personel militer negara asing masuk ke dalam negaranya, karena tidak sesuai dengan konstitusi yang mereka anut.

“Kami akan mengusahakan dengan cara kemanusiaan,” ujar Wakil Presiden Jusuf “JK” Kalla usai menerima laporan keadaan dan perkembangan para sandera di kantor Wapres pada Jumat, 8 April.

JK kemarin menerima laporan mengenai perkembangan dan laporan keadaan 10 WNI dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Tetapi, dalam pertemuan tersebut, tidak dibahas sama sekali mengenai rencana membayar uang tebusan sebesar Rp 14,2 miliar kepada para penculik.

“Pemerintah tidak akan bicara mengenai uang tebusan. Pemerintah juga tidak akan membayar sama sekali uang tebusan itu,” kata JK yang memiliki pengalaman sebagai juru runding dalam perdamaian antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Finlandia pada 2005 lalu.

Sementara, Panglima TNI, Gatot Nurmantyo mengatakan upaya pembebasan ke-10 WNI akan ditangani angkatan bersenjata Filipina sesuai Undang-Undang mereka.

“Kalau personel TNI masuk ke Filipina sama seperti yang terjadi di Bandara Don Mueang, Thailand butuh persetujuan kongres mereka,” ujar Gatot kepada Rappler melalui pesan pendek pada Jumat, 8 April.

Satu warga Italia dibebaskan

Pada Jumat malam, 8 April, satu warga Italia, Rolando del Torchio dibebaskan oleh kelompok Abu Sayyaf setelah membayar uang tebusan. Pria yang sebelumnya bertugas sebagai misionaris tetapi kemudian beralih menjadi pengusaha itu, diculik pada 7 Oktober 2015.

Saat itu dia tengah berada di restoran pizza miliknya, UrChoice di kota Dipolog. Menurut sumber intelijen yang dimiliki Rappler, polisi menemukan pria berusia 57 tahun itu di Pelabuhan Jolo sekitar pukul 19:30 waktu setempat.

Selama enam bulan, del Torchio ditawan Abu Sayyaf di Pulau Sulu. Polisi dan penjaga perbatasan pantai kemudian mendampingi del Torchio ke kota Zamboanga. – dengan laporan ANTARA, Uni Lubis/Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!