#Simposium65: Bagaimana netizen melihat Tragedi 1965?

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

#Simposium65: Bagaimana netizen melihat Tragedi 1965?
Kami bertanya pada netizen mengenai perspektif mereka tentang Tragedi 1965.

Dalam Sesi I Simposium Nasional 1965 hari kedua, 19 April 2016, Direktur Center for Southeast Asian Studies-Indonesia (CSEAS-Indonesia) Yosef Djakababa mengutarakan perspektif umum masyarakat Indonesia mengenai Tragedi 1965. Menurutnya, ingatan soal tragedi tersebut diarahkan kepada peristiwa berdarah 1 Oktober, dengan tujuan menjaga keberlangsungan rezim.

Menurut Yosef,  ada 4 macam perspektif umum pasca orde baru, yakni:

  1. Yang masih percaya pada narasi bentukan Orde Baru
  2. Yang melihat Tragedi 1965 dari perspektif korban
  3. Yang masih bingung harus percaya pada narasi Orba atau ingatan bersumber penyintas
  4. Yang tidak peduli dan abai

Pada era Orde Baru, diskursus mengenai peristiwa berdarah tersebut seolah dibungkamkan. Generasi yang tumbuh saat itu banyak yang tidak mengetahui tentang pelanggaran hak asasi manusia hak yang terjadi.

Rappler Indonesia mengadakan polling di Twitter untuk mengetahui bagaimana pengguna Twitter menyikapi Tragedi 1965. Hasilnya, banyak yang melihat dari perspektif korban. Ini menandakan bahwa netizen semakin kritis mempertanyakan kebenaran sejarah.


Namun, ada juga yang mempercayai narasi Orba.


Video pembacaan puisi oleh Taufiq Ismail banyak mendapatkan respons.


Netizen terbagi dua: ada yang iba dengan penyintai:




Namun banyak juga yang mendukung penyair yang ikut merintis Manifes Kebudayaan (Manikebu) tersebut.




Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!