Abu Sayyaf keluarkan ancaman akan kembali eksekusi sandera warga asing

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Abu Sayyaf keluarkan ancaman akan kembali eksekusi sandera warga asing
Masing-masing sandera meminta agar pemerintah negara asal memenuhi tuntutan kelompok Abu Sayyaf.

JAKARTA, Indonesia – Kelompok milisi Abu Sayyaf mengeluarkan ancaman terbaru pada Selasa, 3 Mei melalui sebuah video yang berisi akan mengeksekusi 3 orang sandera. Sandera yang diancam akan dieksekusi berasal dari Kanada, Norwegia dan Filipina.

Ketiganya meminta kepada pemerintah masing-masing negara agar segera memenuhi tuntutan kelompok Abu Sayyaf.

“Kepada Pemerintah Filipina: tolong berhenti menembaki dan mencoba membuat kami terbunuh. Orang-orang ini juga akan melakukan hal tersebut kepada kami,” ujar sandera asal Kanada, Robert Hall dalam sebuah video yang diunggah ke YouTube pada Selasa, 3 Mei dan dilaporkan oleh kelompok intelijen SITE.

Hall tidak menyebutkan apa tuntutan Abu Sayyaf yang harus dipenuhi oleh masing-masing pemerintahnya. Namun, diduga salah satunya menyangkut uang tebusan yang harus dibayarkan.

Sementara, sandera asal Norwegia Kjartan Sekkingstad dan kekasihnya seorang warga Filipina, Marites Flor juga memohon hal serupa. Sekkingstad mengatakan jika tuntutan Abu Sayyaf tidak dipenuhi, maka nasibnya akan berakhir seperti John Ridsdel yang dieksekusi pada Senin, 25 April. 

Salah satu pria bersenjata di dalam video itu memperingatkan Manila agar belajar dari kejadian terbunuhnya Ridsdel dan tidak lagi menunda proses negosiasi. Jika dilihat dari videonya, lokasi pengambilan gambar diambil di balik pepohonan kelapa. Enam pria bersenjata berdiri di belakang mereka.

Sementara, Presiden Filipina, Benigno Aquino III telah berjanji akan menetralisir kelompok pria bersenjata yang berbasis di Filipina selatan. Aquino juga mengatakan tidak akan bersedia untuk bernegosiasi dengan sebuah kelompok yang dianggap sebagai organisasi teroris.

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau. Pasca terbunuhnya Ridsdel, Trudeau mengatakan pemerintahannya tidak akan bersedia untuk bernegosiasi dengan para penculik.

Ketiga sandera itu diduga ditawan di markas Abu Sayyaf di Pulau Jolo yang berjarak lebih dari 1.000 kilometer dari Manila.

Nasib 4 sandera Indonesia

Selain tiga sandera itu, Abu Sayyaf juga masih menawan 4 warga Indonesia, 4 warga Malaysia dan 1 warga Belanda. Lalu, bagaimana nasib ke-4 WNI tersebut.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pemerintah sudah mengetahui lokasi 4 WNI itu ditawan dan pelaku penculikan. Mantan Duta Besar Indonesia untuk Belanda itu mengatakan cara negosiasi dengan penculik ke-4 WNI ini berbeda dengan pelaku yang menawan 10 WNI.

“Masing-masing kasus ada karakter yang berbeda. Jadi, kami tidak bisa bekerja dengan satu template, melainkan untuk setiap kasus berbeda. Kondisi di lapangan juga sangat dinamis sehingga tidak mungkin bisa menggunakan satu template (model negosiasi) yang sama,” ujar Retno yang ditemui di Istana Negara pada Selasa, 3 Mei.

Dia mengatakan telah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk membebaskan ke-4 sandera yang merupakan ABK tuna TB Henry dan tongkang Cristi.

Sementara, untuk mencegah terulang kembali aksi pembajakan di wilayah perairan utara Pulau Kalimantan, Indonesia menggelar pertemuan tiga negara di Yogyakarta pada Kamis, 5 Mei. Lokasi pertemuan yang semula digelar di Jakarta tiba-tiba digeser ke Yogyakarta. Selain Menlu dari Malaysia, Filipina dan Indonesia, turut hadir panglima angkatan bersenjata dari ketiga negara. – dengan laporan AFP/Rappler.com

BACA JUGA:

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!