Kelompok Abu Sayyaf pernah coba rekrut sandera Indonesia

Syarifah Fitriani

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kelompok Abu Sayyaf pernah coba rekrut sandera Indonesia

ANTARA FOTO

Rinaldi menolak tawaran untuk bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf dengan alasan keluarga di Indonesia telah menanti kepulangannya.

MAKASSAR, Indonesia – Salah satu anak buah kapal (ABK) tunda Brahma 12 dan tongkang Anand 12, Rinaldi mengaku sempat ditawari oleh Abu Sayyaf untuk bergabung dengan kelompok tersebut saat ditawan di Filipina selatan. Namun, ajakan itu ditolak secara santun oleh Rinaldi dengan alasan ada keluarganya yang sudah menanti di Indonesia.

Dia mengaku tidak tahu alasan kelompok milisi bersenjata itu mengajaknya turut bergabung. Selama 35 hari disekap oleh Abu Sayyaf, Rinaldi dan 9 ABK lainnya menuruti kalimat para penyandera dan bersikap sopan.

“Saya juga sempat beberapa kali ditunjuk menjadi imam ketika melakukan ibadah salat. Saat itu perasaan saya campur aduk, kaget dan takut. Tetapi, saya memasrahkan diri saja kepada Tuhan,” ujar pria asal Luwu timur itu yang ditemui Rappler pada Rabu, 4 Mei.

Dia mengaku khawatir jika melakukan kesalahan saat menjadi imam, maka akan dihukum.

Lalu, bagaimana perlakuan Abu Sayyaf kepada Rinaldi dan 9 ABK lainnya saat disekap? Dia mengatakan kelompok tersebut tidak pernah memperlakukan para sandera dengan kasar. Bahkan, Rinaldi dan rekannya menyantap makanan yang sama dengan yang dikonsumsi oleh para penculik.

“Kami memang tidak pernah dikasari. Mata kami juga tidak pernah ditutup. Saat berada di darat, tangan kami juga tidak diikat atau diborgol. Namun, mereka memang sangat tegas, apa pun yang diucapkan harus dilakukan,” tutur Rinaldi.

Sandera yang salah sasaran

DIREKRUT ABU SAYYAF. Salah satu ABK tunda Anand 12 dan Brahma 12, Rinaldi asal Sulawesi Selatan mengaku sempat ditawari oleh kelompok Abu Sayyaf untuk bergabung. Foto oleh Syarifah Fitriani/Rappler

Rinaldi juga menyebut kelompok Abu Sayyaf salah sasaran ketika membajak kapal Anand 12 dan Brahma 12 yang tengah mengangkut ribuan ton batu bara ke Filipina Selatan. Saat penyergapan terjadi, dia dan kapten kapal sedang asyik menonton televisi.

6 ABK sudah terlelap tidur, sedangkan 2 kru kapal lainnya sedang berada di anjungan kapal tunda milik PT Patria Maritime Lines itu. Usai magrib berlalu, Rinaldi dan rekannya terkejut dengan kedatangan puluhan orang tak dikenal di atas kapal. Mereka mengenakan topeng.

Rinaldi dan 9 ABK lainnya kemudian diikat dan diancam agar tak melakukan perlawanan. Salah satu penyandera kemudian bertanya mereka warga negara mana dalam Bahasa Inggris. Saat dijawab berasal dari Indonesia, para penyandera terkejut dan terlihat berdiskusi.

Akhirnya mereka diminta untuk mengikuti kelompok Abu Sayyaf. Saat berada di darat, ikatan tangan para sandera dibuka walau mereka mengancam agar tidak melawan.

Beberapa hari disandera oleh Abu Sayyaf, Rinaldi mengaku sudah berulang kali pindah tempat dari satu hutan ke hutan lainnya. Dia kemudian memberanikan diri untuk ngobrol dengan salah satu anak buah kelompok milisi tersebut.

“Katanya kami itu korban salah sasaran. Kami dikira warga Malaysia. Katanya lagi, mereka tidak pernah bermaksud menyandera warga Indonesia,” kata dia.

Abu Sayyaf mengaku sangat menghormati Indonesia dan warganya. Tetapi, karena sudah terlanjut mengepung kapal pembawa batu bara itu, mereka tetap menyandera ke-10 ABK.

Hal itu juga dibenarkan oleh ayah ABK lainnya asal Klaten, Sutomo. Dia mendengar pembajak sebenarnya mengincar kapal milik warga asing berkulit putih. Tetapi tidak jadi karena kapalnya dikawal aparat dengan persenjataan yang lengkap.

“Akhirnya mereka membajak kapal yang lain,” ujar Ayah dari ABK bernama Bayu Oktaviyanto itu yang ditemui pada Selasa, 3 Mei.

Kompensasi perusahaan

Bayu mengatakan hingga kini masih mengalami trauma pasca disandera oleh kelompok Abu Sayyaf selama 35 hari. Kendati begitu, kejadian itu tak membuat nyalinya ciut untuk melaut dan bekerja di PT Patria Maritime Lines.

“Saya memang trauma. Tetapi, itu kan bagian dari risiko profesi,” ujar Bayu.

Dia juga menjelaskan pihak perusahaan cukup bertanggung jawab terhadap para ABK dan akan memberikan kompensasi atau santunan atas kecelakaan kerja yang dialami bersama 9 ABK lainnya. Tetapi, mengenai nominalnya, Bayu mengaku belum tahu.

“Iya, memang ada (kompensasi). Tetapi masih dibicarakan (besarnya),” tutur dia.

Untuk membuang sial, Bayu dan keluarga melakukan ritual menceburkan diri dan membasuh badan di sungai. Dia juga melarung sepasang pakaian yang dia pakai saat disandera di Filipina selatan.

 

Ke-10 ABK itu akhirnya dilepaskan oleh kelompok Abu Sayyaf pada Minggu, 1 Mei siang. Mereka diarahkan oleh orang tak dikenal ke kediaman Gubernur Sulu. Usai dimintai keterangan, ke-10 ABK diterbangkan ke Indonesia dan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma pada pukul 23:30 WIB. – dengan laporan Ari Susanto/Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!