FPI hentikan kegiatan Sekolah Marx di ISBI Bandung

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

FPI hentikan kegiatan Sekolah Marx di ISBI Bandung
Pihak ISBI Bandung menyayangkan sikap aparat kepolisian yang tidak bisa mencegah dan mengamankan kampus dari kedatangan ormas.

BANDUNG, Indonesia – Puluhan anggota Front Pembela Islam (FPI) mendatangi Kampus Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung di Jalan Buah Batu pada Selasa, 10 Mei, Mereka memprotes kegiatan Sekolah Marx dan meminta kegiatan tersebut dihentikan.

“Intinya kita peduli jangan sampai mahasiswa, kader bangsa ini dicekoki olah paham-paham yang dilarang seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 27 tahun 1999 dan TAP MPRS Nomor 25 tahun 1966. Di aturan itu  paham Marxisme, Leninisme dan komunis kan dilarang. Sampai sekarang aturan itu belum dicabut,” kata Dedi Subuh, perwakilan FPI Jawa Barat, saat dihubungi Rappler.

Dedi mengaku diterima dengan baik oleh pihak kampus yang akhirnya mengeluarkan surat pernyataan untuk menghentikan kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Daunjati. Surat tersebut ditandatangani oleh Wakil Rektor 3 Bidang Perencanan Sistem informasi dan Kerjasama, Suhendi Afrianto.

Namun suasana sempat ricuh ketika terjadi adu mulut dan saling dorong antara massa FPI dan mahasiswa.  Pemimpin Umum LPM Daunjati ISBI Bandung, Mohamad Chandra Irfan menceritakan, massa FPI menuding mahasiswa PKI dan anti Pancasila. Para mahasiswa tentu saja tidak menerima tudingan tersebut.

“‘Saya balas berteriak, siapa yang PKI? Anda jangan menuduh orang seenaknya! Saya Islam!’” tutur Chandra kepada Rappler.

Chandra mencoba menjelaskan kepada massa FPI bahwa kegiatan Sekolah Marx sama sekali tidak mengorder gerakan politik, tapi betul-betul sebagai sebuah gerakan mengorder ilmu pengetahuan.

“Tapi mereka tetap keukeuh bahwa yang dilakukan kita ini adalah gerakan komunis,” katanya.

Chandra menyayangkan sikap aparat kepolisian yang tidak bisa mencegah dan mengamankan kampus dari kedatangan ormas. Sebagai wilayah otonom, menurutnya, kampus semestinya dilindungi.  Polisi malah terkesan berada di pihak FPI.

“Polisi seharusnya berpihak di mana? Seharusnya polisi menjaga kesterilan kampus dari hal seperti ini. Yang terjadi, polisi bukannya membubarkan ormas, malah menyuruh mahasiswa yang keluar dari kampus. Polisinya sudah kacau,” kata Chandra.

Intimidasi dari pihak keamanan juga sudah dirasakan panitia sejak kegiatan tersebut dimulai pada Februari 2016 lalu. Panitia beberapa kali didatangi oleh pihak yang mengaku anggota intelijen dari kepolisian dan TNI.

“Maret polisi yang mengaku dari Polsek Lengkong datang, kemudian intel dari Polrestabes Bandung di bulan April, tanggal 20 April intel dari kodim,” tutur Chandra.

Meski berlaku sopan dan hanya bertanya tentang kegiatan Sekolah Marx, namun menurut Chandra, kedatangan aparat keamanan tersebut dinilainya sebagai tindakan intimidasi.

“Bagi kami, walaupun mereka datang dengan sopan dan berniat silaturahmi, kami terima itu sebagai bentuk intimidasi dan tindakan represif, walaupun tidak secara langsung membubarkan,” katanya.

Tak hanya dari aparat, panitia juga mendapat intimidasi melalu sms dan telefon yang diduga dari FPI.

Kedatangan ormas ke kampus ISBI Bandung dinilai Chandra sebagai puncak dari intimidasi yang berakhir dengan diberhentikannya Sekolah Marx dengan tema ‘Memahami Seni Lewat Pemikiran Karl Marx’.

“Meski pihak kampus sudah menyatakan kegiatan ini dihentikan, tapi secara sikap, LPM Daunjati tidak membubarkan atau memberhentikan kegitan Sekolah Marx. Kami tidak akan mengeluarkan pernyataan bahwa kegiatan Sekolah Marx dibubarkan,” tegas Chandra.

Atas tindakan intimidasi tersebut, LPM Daunjati menyampaikan pernyataan sikap :

1.Mengutuk keras tindakan represi yang dilakukan oleh ormas FPI
2.Menyayangkan sikap lembaga ISBI Bandung yang tidak bisa memertahankan kebebasan Mimbar Akademik di dalam kampus itu sendiri
3.Menyayangkan tindakan Polisi yang tidak bisa mencegah terjadinya aksi represi yang dilakukan oleh Ormas FPI yang datang dari luar kampus

Kegiatan Sekolah Marx digelar mulai  Februari 2016 sampai dengan bulan Mei 2016 atas persetujuan pihak lembaga ISBI Bandung di bawah Wakil Rektor I, Benny Yohannes. Materi yang mengupas tentang pemikiran Karl Marx ini diberikan sebanyak 10 sesi dengan menghadirkan para pengajar yang  bergelar doktor.

Berdasarkan jadwal, sesi terakhir berlangsung, Selasa 10 Mei 2016, saat massa FPI datang. Namun sebetulnya jadwal tersebut diundur menjadi 18 Mei.

LPM Daunjati ISBI Bandung adalah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) ISBI Bandung yang bergerak di bidang jurnalistik, sastra, filsafat, dan budaya. Berdiri sejak 2008, LPM Daunjati kerap melakukan kegiatan yang berhubungan dengan diskusi, workshop, seminar dan pemutaran film.  – Rappler.com

BACA JUGA:

 

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!