PH collegiate sports

Obyek wisata dengan satwa liar diwajibkan memiliki senapan bius

Ari Susanto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Obyek wisata dengan satwa liar diwajibkan memiliki senapan bius
'Meski satwa di obyek wisata itu jinak, mereka tetap memiliki naluri alamiah sebagai binatang liar yang bisa muncul setiap saat'

SOLO, Indonesia – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah mewajibkan obyek wisata yang memiliki koleksi satwa untuk menyediakan senapan bius sebagai peralatan darurat jika ada satwa yang tiba-tiba mengamuk dan membahayakan keselamatan manusia.

Kejadian seekor gajah mengamuk yang menyerang dan menewaskan seorang dokter hewan di obyek wisata Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri pekan lalu menjadi alasan mengapa alat perlindungan semacam senapan bius diperlukan.

“Meski satwa di obyek wisata itu jinak, mereka tetap memiliki naluri alamiah sebagai binatang liar yang bisa muncul setiap saat,” kata Kepala Seksi Wilayah I BKSDA Jawa Tengah Titik Sudaryanti di Solo, Senin, 16 Mei.

Para dokter dan pawang juga diharuskan berhati-hati dalam menangani satwa, misalnya, dalam melakukan perawatan sehari-hari atau pengobatan satwa yang sakit. 

“Jangan sampai menyakiti atau menelantarkan satwa liar,” lanjut Titik.

Obyek wisata WGM sampai saat ini belum memiliki senapan bius meskipun beberapa koleksinya merupakan satwa liar, termasuk gajah jantan Panamtu dan gajah betina Panamsari yang merupakan favorit pengunjung. Pihak pengelola baru mengajukan pengadaan senapan bius kepada Pemerintah Kabupaten Wonogiri.

Gajah Panamtu yang menyerang drh Oktavia Esthi Wara Hapsari (25 tahun) dikenal memiliki perangai galak sejak sebelum dipindahkan dari obyek wisata Guci di Tegal, Jawa Tengah. Ia pernah menyerang pawang dan menewaskan pawang gajah pada 2013.

Selama ini, di WGM gajah Panamtu dirawat sesuai prosedur dan tidak pernah menggunakan cara yang kasar atau menyakiti. Bahkan dokter hewan tidak pernah memberi pengobatan dengan cara menyuntik karena khawatir satwa berbobot 5,5 ton itu akan bersikap agresif karena terkejut oleh jarum suntik.

“Selama ini kami mengganti pengobatan injeksi dengan obat oral, termasuk pemberian vitamin dan suplemen,” ujar drh Christy Pionera.

Menurut dia, gajah Sumatera yang kini sedang dikarantina itu, sering agresif dan berperilaku meledak-ledak saat birahinya tinggi. Bahkan ketika memuncak, ia berubah menjadi buas dan bisa menyerang siapa saja, manusia maupun gajah lain yang ada di WGM. – Rappler.com

 BACA JUGA: 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!