Indonesia

Hari ini 18 tahun lalu, Menteri Abdul Latief mundur

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Hari ini 18 tahun lalu, Menteri Abdul Latief mundur
Sehari sebelumnya, beredar kabar Presiden Soeharto akan melakukan ‘reshuffle’ kabinet. Desakan kepada presiden untuk mundur menguat.

JAKARTA, Indonesia — Hari ini 18 tahun lalu, Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Abdul Latief mengirimkan surat pengunduran diri dari jabatannya di kabinet dengan menggunakan kop perusahaannya.  

Surat itu berbunyi: 

Jakarta, 17 Mei 1998 

Hal: Permohonan pengunduran diri dari jabatan menteri pada Kabinet Pembangunan VII

 

Kepada Yth 

Bapak Presiden RI

 

Dengan hormat,

Bersama ini dengan hormat, kami terlebih dahulu menyampaikan ucapan penghargaan dan terima kasih atas kepercayaan dan kesempatan yang telah Bapak berikan kepada kami untuk membantu Bapak sebagai salah seorang menteri pada Kabinet Pembangunan VI dan Kabinet Pembangunan VII pada saat ini.

Dalam menjalankan tugas sebagai menteri tersebut kami telah berupaya dengan segala pemikiran, waktu dan tenaga dengan memberikan yang terbaik pada diri kami untuk melaksanakan segala tugas melalui petunjuk-petunjuk yang Bapak berikan demi suksesnya tugas yang Bapak emban sebagai Presiden/Mandataris dalam melaksanakan GBHN.

Dengan permohonan maaf kami sampaikan bahwa kami tidak dapat menolak desakan dari anak-anak kami yang tercinta yang sejak lama menghendaki agar kami dapat mencurahkan waktu dan pikiran bagi mereka.

Oleh karena itu, perkenankanlah kami menyampaikan ke hadapan Bapak, permohonan pengunduran diri sebagai Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya pada Kabinet Pembangunan VII.

Kami menyadari tugas berat yang Bapak emban dewasa ini terutama dalam menghadapi berbagai aspirasi, tuntutan, dan harapan yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang pada intinya menghendaki reformasi di segala bidang.

Kami juga sepenuhnya mendukung reformasi tersebut dalam rangka mewujudkan kehidupan yang adil, demokratis, dan sejahtera sesuai dengan cita-cita nasional bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, kami mengharap agar Bapak dapat langsung memimpin reformasi dengan senantiasa memperhatikan secara sungguh-sungguh aspirasi masyarakat melalui langkah-langkah yang terarah dan konsisten secara konstitusional, demokratis, dan berdasarkan hukum sesuai tekad Orde Baru.

Kami turut mendoakan ke hadirat Allah SWT, semoga Bapak senantiasa diberi kekuatan, bimbingan, dan kesehatan dalam mengemban tugas yang diamanatkan oleh rakyat Indonesia.

Perkenankan pula kami menyampaikan permohonan maaf lahir dan batin bila mana kami dalam menjalankan tugas membantu Bapak selama ini ada hal-hal yang tidak berkenan di hati Bapak.

 

Hormat kami,

Abdul Latief

 

Tembusan disampaikan kepada:

Yth. Bapak Wakil Presiden RI

Yth. Sdr. Mensesneg

 

Keberadaan surat itu dibenarkan Menteri Sekretaris Negara Saadillah Mursjid.  

Sehari sebelumnya, pada 16 Mei 1998, berembus kabar bahwa Presiden Soeharto akan melakukan reshuffle kabinet. Apakah Abdul Latief mundur karena merasa dirinya bakal jadi target reshuffle?  Pengusaha pemilik Pasar Raya, pertokoan ritel di kawasan Jakarta Selatan itu, menggunakan alasan keluarga untuk mundur.

Sabtu, 16 Mei 1998, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan konsultasi dengan pimpinan DPR yang dipimpin Harmoko. Pimpinan DPR menyampaikan aspirasi yang masuk ke DPR, baik secara langsung maupun melalui surat.  

Tiga aspirasi mengemuka: Reformasi segera, Presiden mengundurkan diri, dan dilakukan sidang istimewa MPR. 

Menurut Harmoko usai pertemuan konsultasi itu, Presiden akan melakukan reshuffle kabinet dan rela mundur asal ada permintaan dari fraksi-fraksi di DPR.

Surat Abdul Latief ini tak menarik perhatian saat itu, tertutup oleh berita demo mahasiswa yang berkobar sejak 12 Mei 1998.

Soeharto tidak menanggapi surat Latief. Tanggal 20 Mei, masuk surat pengunduran diri 14 menteri Kabinet Pembangunan VII. Ini mempercepat lengsernya Soeharto.

Ketika pengganti Soeharto, Presiden B.J. Habibie, mengumumkan susunan kabinet Reformasi, nama Abdul Latief tidak ada. Namun beberapa nama  dari 14 menteri yang mundur pada 20 Mei 1998, ada di sana. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!