Pengamat: Video diduga anak Indonesia berlatih perang di Suriah dibuat awal tahun 2015

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pengamat: Video diduga anak Indonesia berlatih perang di Suriah dibuat awal tahun 2015
Di dalam video itu, beberapa anak dan seorang pria dewasa terlihat fasih berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia. Anak-anak diajari kemampuan berperang, salah satunya menembak.

JAKARTA, Indonesia – (UPDATED) Pihak kepolisian Indonesia mengaku sudah berhasil mengidentifikasi video berjudul “Generasi Petempur” yang berisi anak-anak berlatih perang dengan anggota Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) atau ISIS. Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Boy Rafli Amar, polisi berhasil memperoleh informasi awal terkait dengan pelaku pembawa pesan dalam tayangan video tersebut. 

“Pria yang menyampaikan pesan di dalam rekaman video adalah seorang warga Malaysia,” ujar Boy kepada media, Minggu, 22 Mei sambil menjelaskan lokasi syuting berada di Provinsi Al Barakah, timur laut Suriah. 

Sementara, pengamat terorisme dari organisasi International Crisis Group (ICG), Sidney Jones mengatakan video tersebut direkam pada awal tahun 2015 lalu. Dia bahkan menyebut salah satu orang yang terekam di video merupakan sosok yang dekat dengan jaringan radikal Maman Abdurahman, salah satu napi teroris yang ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Nusa Kambangan. Ayah dari orang tersebut juga pernah ikut terlibat dalam aksi pemboman di Semanggi pada tahun 2004 lalu. 

Beberapa orang dewasa di dalam video itu, kata Sidney juga sudah tewas dalam pertempuran.

Dalam video yang berdurasi sekitar 20 menit itu, tampak banyak anak tengah duduk berkerumun. Rentang usia mereka sekitar delapan hingga belasan tahun.

Seperti video lain yang sudah dirilis ISIS sebelumnya, anak-anak ini diajari cara untuk berperang. Salah satunya kemampuan menembak.

Tetapi, video ini menjadi perbincangan di Tanah Air, karena anak-anak di dalam video itu diduga berasal dari Indonesia. Hal tersebut terlihat dari Bahasa Indonesia yang fasih mereka tuturkan.

Meski tak disebutkan jelas, namun pelatih anak-anak tersebut, dengan menggunakan bahasa Indonesia mengatakan kalau anak-anak ini akan ‘tumbuh besar di negeri khilafah.’ Maka, kemungkinan besar mereka semua sudah berada di Suriah.

Sidney menilai anak-anak itu bisa berada di sana, karena diajak oleh orang tua mereka. Biasanya mereka dibawa ke Suriah, karena di sana dianggap sebagai tempat yang lebih cocok untuk membesarkan anak. Tetapi, Sidney mengaku tidak tahu apakah dari puluhan anak tersebut ada yang telah kembali ke Indonesia. 

Respons Kementerian Luar Negeri

Pejabat Bidang Konsuler KBRI Damaskus, A. M. Sidqi mengaku telah menonton video tersebut. Tetapi, menurutnya ada hal yang aneh dalam video itu. Sempat tampak adegan seorang anak kecil membakar dan menembak puluhan paspor Indonesia. Di video itu sebagian kecil paspor Malaysia ikut dibakar.

“Kalau mereka telah membakar paspor secara sengaja, maka artinya mereka bukan lagi Warga Negara Indonesia (WNI),” kata Sidqi ketika dihubungi Rappler melalui pesan pendek pada Kamis, 19 Mei. 

GABUNG ISIS. Belasan anak memegang paspor berwarna hijau, diduga paspor Indonesia. Sementara, paspor berwarna merah diduga dari Malaysia. Paspor itu kemudian dibakar. Foto: screen picture dari Youtube/Tribunnews

Dengan demikian, mereka bukan lagi menjadi tanggung jawab Pemerintah Indonesia. Meski demikian, bila suatu saat anak-anak ini mencoba kembali ke tanah air, diperlukan antisipasi khusus.

Berdasarkan data yang dimiliki Sidney Jones ada sekitar 100 anak usia 15 tahun yang telah berada di Suriah. Sementara, data dari Kemlu yang dikutip Sidney, ada sekitar 220 WNI yang tertangkap otoritas berwenang di Turki ketika akan menyeberang ke Suriah. 

Sidney berpendapat, pemerintah bisa menggali informasi dari 220 orang yang sudah tertangkap ini. 

“Pemerintah jangan hanya mewawancarai laki-laki dan perempuan saja, tetapi juga anak remaja yang ikut bersama mereka. Beberapa pertanyaan yang bisa ditanyakan antara lain apakah mereka sudah kembali ke Indonesia, kemudian apa yang mereka lakukan di Tanah Air dan juga sumber dana,” tutur Sidney ketika dihubungi Rappler melalui telepon pada Jumat, 20 Mei. 

Dia menyarankan agar pemerintah tidak langsung mencap bahwa mereka adalah teroris. 

Tak masuk lewat Damaskus

Dalam kesempatan itu, Sidqi juga mengatakan kalau anak-anak dapat dipastikan masuk ke Suriah melalui jalur ilegal. “Prosedur visa dan screening Pemerintah Suriah sangat ketat, sehingga jika diketahui niatnya datang untuk bergabung dengan kelompok tertentu, maka tidak akan diizinkan masuk,” kata dia.

Lalu, dari mana mereka masuk ke Suriah? Kemungkinan besar, ujar Sidqi, mereka masuk lewat negara ketiga atau negara lain yang berbatasan langsung dengan Suriah. Dalam beberapa kasus, WNI tertangkap ketika akan memasuki Suriah melalui Turki.

Hal ini dibenarkan Sidney. Dia mengaku belum pernah mendengar WNI menyeberang ke Suriah dari Yordania. 

“Jika mereka menyeberang dari Turki, sudah ada jaringan dan safe house di area perbatasan. Calon pejuang asing yang ingin bergabung tinggal menanti di sana dan akan ada petunjuk cara masuk dan diantar hingga bertemu dengan ISIS,” kata dia.

Sementara, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Imigrasi Heru Santoso mengatakan tidak bisa mencegah begitu saja seseorang untuk bepergian.

“Kami hanya tahu rute perjalanan seseorang kalau ada cap di paspornya,” kata dia saat dihubungi Rappler.

Menurut Heru, imigrasi tak bisa mengetahui tujuan akhir perjalanan seseorang kecuali yang tertera di tiket penerbangan.

Terkait kelanjutan nasib anak-anak ini, Heru mengatakan pemerintah tak bisa melakukan apa-apa. “Kan itu tidak dilakukan di negara ini,” kata dia.

Namun, upaya deteksi bisa dilakukan dengan menggandeng KBRI di wilayah lain yang lokasinya berdekatan dengan Suriah. Namun tak menjamin akan ada perubahan.

“Kami juga masih belum tahu apa benar mereka warga Indonesia. Kalau suara kan bisa di-dubbing,” kata dia. dengan laporan Santi Dewi/Rappler.com

BACA JUGA: 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!