5 hal tentang film ‘Prenjak’

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 hal tentang film ‘Prenjak’
Film Prenjak keluar sebagai pemenang film pendek terbaik di Festival Film Cannes 2016, Perancis.

 

JAKARTA, Indonesia (UPDATED) — Film pendek Prenjak karya sutradara muda Indonesia, Wregas Bhanutedja, berhasil memenangkan Leica Cine Discovery Prize di Festival Film Cannes, Perancis.

Ia mengalahkan 10 film lain dari berbagai negara yang diputar dalam kompetisi ini.

Sepulang dari Cannes, Perancis, sutradara Wregas Bhanuteja, aktor dan aktris Yohanes Budyambara dan Rosa Sinegar, serta tim produksi Henricus Priya dan Ersya Ruswandono, menyempatkan diri menghadiri screening di Kinosaurus, Kemang, Jakarta Selatan, pada Jumat, 27 Mei.

Simak sesi tanya jawab dengan para penikmat film tentang Cannes dan potret seksualitas dalam film Prenjak berikut ini.

Berikut 5 hal yang kamu harus tahu tentang film ini:

1. Mengangkat kebudayaan seks lama

Di sini, tokoh utama perempuan, Diah (Rosa Sinegar), tengah kesulitan mendapat uang. Gadis desa ini akhirnya menawarkan kepada Jarwo (Yohanes Budyambara) untuk membeli korek api seharga Rp 10 ribu per batang.

Awalnya, Jarwo menolak karena kemahalan. Namun, Diah mengatakan Jarwo bisa mengintip vaginanya selama korek itu menyala.

Wregas mengatakan terinspirasi dari kultur lama Yogyakarta yang populer sekitar tahun 1980an.

“Sekarang memang tak ada perempuan yang akan melakukan ini lagi, dan saya mau mengimplementasikannya ke era sekarang. Tentu dengan konteks berbeda di mana Diah sangat butuh uang hingga ia melakukan ini,” kata dia. 

2. Serba mepet

Film berdurasi 12 menit ini dibuat serba mendadak. Wregas mengatakan kalau ia hanya membutuhkan waktu dua hari untuk syuting pada bulan Februari lalu. Keputusan untuk mengirim Prenjak ke Cannes juga baru muncul tiga hari sebelum pendaftaran ditutup.

Dengan segala kemepetannya, Prenjak justru menyabet penghargaan.

3. Film ketiga Wregas

Prenjak adalah film ketiga Wregas yang berlaga di festival internasional. Sebelumnya, ia pernah mengirimkan ‘Lembusura’ ke Festival Film Berlin 2015 dan ‘Floating Chopin’ di Hong Kong film Festival 2016.

Film ini juga merupakan karya dari Indonesia ketiga yang ditampilkan dalam La Semaine de La Critique, setelah Tjut Nja’ Dhien (Eros Djarot, 1989) dan Fox Exploits Tigers Might (Lucky Kuswandy, 2014).

4.  Kru kecil


Wregas mengumpulkan kawan-kawan SMA-nya untuk menggarap film pendek ini. Ada Henricus Pria sebagai line director; kedua tokoh utama yakni Rosa Winenggar dan Yohanes Budyambara, juga Ersya Ruswandono -pembuat film yang juga kekasih Wregas -sebagai pengarah fotografi.

Semuanya ikut diboyong ke Perancis untuk menghadiri Cannes.

Setelah kemenangan ini, dengan bercanda Wregas mengatakan kalau mereka akan kembali Yogya dan merayakan bersama-sama sambil makan kambing guling.

5. Menuai pujian juri

Direktur Artistik, Charles Tesson, sangat menyukai Prenjak sejak pertama melihatnya. “Sebuah film dengan kedalaman puitik yang mengejutkan. Prenjak karya Wregas Bhanuteja, adalah film yang kelam dan bengal, tentang bagaimana mencari nafkah itu sama harganya dengan sekadar permainan korek api,” pujinya.

Demikian juga salah satu anggota dewan juri, Marie-Paulline Molaret. Ia menganggap Prenjak berhasil mengubah tindakan ‘mengintip’ menjadi sesuatu yang lain. “Bhanuteja menghilangkan kesan buruk dari mengintip dan membuatnya menjadi suatu puisi yang lembut dan menghibur,” kata dia.-Rappler.com

BACA JUGA: 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!