Tim Thomas: Kalah, tetapi masa depan cerah

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tim Thomas: Kalah, tetapi masa depan cerah
Mungkinkah Indonesia akan menemukan kembali sosok ikonik bulutangkis yang dinanti-nantikan?

JAKARTA, Indonesia—Bulutangkis pernah jadi kebanggaan masyarakat Indonesia. Nama-nama seperti Susi Susanti, Alan Budi Kusuma, Rexy Mainaki—yang kini jadi manajer Tim Thomas dan Uber Indonesia—, Ricky Subagja, hingga Taufik Hidayat pernah menjadi atlet bulutangkis terbaik dunia yang berkali-kali mengibarkan bendera merah putih di kancah dunia di era masing-masing.

Namun kini, sepertinya Indonesia masih kesulitan menemukan sosok ikonik bulutangkis seperti mereka, apalagi setelah 14 tahun kekeringan gelar dunia dalam ajang bulutangkis.

Atlet bulutangkis putri Indonesia yang bertarung dalam Uber Cup 2016 harus terhenti di babak perempat final setelah ditaklukkan tim Korea Selatan dengan skor 3-0.

Sedangkan atlet bulutangkis putra Indonesia kalah 3-2 dari tim Denmark dalam final Thomas Cup 2016 yang berlangsung pada Minggu, 22 Mei kemarin. Kekalahan tersebut diperoleh setelah tiga pemain tunggal putra Indonesia kalah, sementara dua pasangan ganda putra berhasil unggul.

Jika dilihat dari peringkat dunia, hasil tersebut memang sesuai. Mari kita lihat grafis di bawah ini.

Terlihat jelas bahwa seluruh atlet yang kalah dalam babak final Thomas Cup memang berada di peringkat yang lebih rendah dari para atlet bulutangkis Denmark. Sebaliknya, dua pasangan ganda yang unggul, di atas kertas memang memiliki peringkat yang lebih baik.

Lihat saja perbandingan atlet tunggal putra Indonesia dan Denmark. Dua atlet Indonesia, Anthony Ginting dan Ihsan Maulana Mustofa bahkan tidak masuk ke peringkat 20 besar dunia. Sedangkan atlet tunggal putra Denmark berada di peringkat 4, 5, dan 13 dunia. Hanya Tommy Sugiarto yang mampu menembus 10 besar dunia, dan ia adalah atlet tunggal putra terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini.

Faktor pengalaman menjadi kunci kemenangan tim Denmark yang diakui oleh pelatih tunggal putra Denmark Kenneth Jonassen.

“Mereka memang kurang pengalaman dibanding pemain kami dan itu menjadi perbedaan besar,” kata Jonassen dalam jumpa pers setelah babak final usai.

“Mereka (tim Denmark) lebih tenang melawan permainan net pemain kita, mereka sudah mempelajari permainan tunggal putra Indonesia,” kata Rexy Mainaki seperti dilansir di Twitter resmi tim bulutangkis Indonesia.

Selain itu, permainan tunggal putra memang masih harus diperkuat, yang diakui langsung oleh Chef de Mission Tim Thomas dan Uber Indonesia Budiharto.

“Memang PR (pekerjaan rumah) kami memperkuat tim tunggal, di ganda sudah cukup solid. Para pemain muda masih kurang jam terbang,” tutur Budiharto di Hotel Swissotel Kunshan, Tiongkok.

Ditambah lagi, Denmark datang ke Kunshan, Tiongkok, dengan ambisi besar merebut piala Thomas setelah delapan kali menjadi runner-up. Tentunya semangat tim Denmark tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata.

Selain pengalaman, mental juga merupakan salah satu faktor kekalahan tim Indonesia di final Thomas Cup. Hal ini telah ditekankan oleh pelatih tunggal putra pelatnas Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Hendri Saputra, bahkan sebelum partai final berlangsung.

“Pemain harus lebih tangguh dalam pertandingan dan tidak mudah membuat kesalahan sendiri,” kata Hendri. 

Meskipun begitu, kekalahan di final Thomas Cup hari Minggu lalu merupakan pelajaran yang amat berharga bagi tim bulutangkis Indonesia.

“Saya yakin dua tahun lagi pemain-pemain muda akan lebih siap dan kita bisa merebut Piala Thomas,” ujar kapten sekaligus anggota senior Tim Thomas Indonesia.

Hal serupa juga diungkapkan oleh manajer tim Rexy Mainaki yang mengaku optimis bahwa para pemain akan semakin matang di tahun-tahun mendatang.

We will comeback stronger in next Thomas Cup,” katanya di Kunshan.

Mungkin saja, kekuatan bulutangkis Indonesia dapat muncul dalam turnamen Indonesia Open  yang akan dimulai satu pekan lagi, mulai tanggal 30 Mei hingga 5 Juni mendatang.

Mungkinkah Indonesia akan menemukan kembali sosok ikonik bulutangkis yang dinanti-nantikan? Masih perlu waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!