Berkaca dari Isyana Sarasvati: Seberapa pentingkah peran ‘brand ambassador’?

Steffi Teowira

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Berkaca dari Isyana Sarasvati: Seberapa pentingkah peran ‘brand ambassador’?
Belajar dari insiden Isyana, ternyata memilih 'brand ambassador' tidak sesimpel hanya mencomot bintang terpopuler saat ini

Beberapa waktu lalu, penyanyi Isyana Sarasvati muncul di salah satu koran nasional dan berbagi pendapatnya tentang belanja online. Ia bertutur kalau ia tidak terlalu menggemari aktivitas belanja daring karena takut tertipu.

Padahal, saat ini Isyana didapuk sebagai brand ambassador Tokopedia, salah satu situs belanja online terbesar di Indonesia. Dia sering muncul sebagai bintang kampanye iklan untuk situs ini di berbagai media.

Blunder Isyana ditambah lagi saat dia mencoba mengonfirmasi mengenai aktivitas belanjanya, dengan sebuah tweet dari iPhone. Padahal dia juga adalah bintang iklan ponsel Oppo.

 

(BACA: Isyana Sarasvati tidak pernah belanja online, apa kata Tokopedia?)

Respons terhadap pernyataan Isyana pun mengalir sejak berita ini beredar di dunia maya. Banyak yang mempertanyakan komitmen Isyana terhadap posisinya sebagai brand ambassador

Di tengah-tengah perbincangan ini, istilah brand ambassador pun turut muncul menjadi topik hangat: Apa saja tanggung jawabnya? Mengapa dianggap penting oleh perusahaan?

Brand ambassador di mata perusahaan

Seberapa pentingkah identitas kuat bagi sebuah produk? Sebuah perusahaan dengan brand image yang kuat dapat “menggiring” pelanggan untuk mengasosiasikan merek mereka sebagai pilihan terbaik untuk sebuah produk. Misalnya, jika menyebut “pasta gigi” atau “mie instan”, tentu di benak Anda akan muncul beberapa merek tertentu yang Anda anggap superior.

Selain meningkatkan keuntungan dari penjualan, citra yang kuat ini juga menciptakan loyalitas pelanggan. Citra ini juga dapat menarik perhatian talenta terbaik untuk bekerja di perusahaan tersebut, dan meningkatkan peluang menjalin rekanan dengan nama-nama besar di industri lain. 
Salah satu cara untuk menciptakan identitas kuat ini adalah dengan mempekerjakan brand ambassador.

Pertama-tama, brand ambassador memberi sentuhan pribadi pada sebuah merek, sehingga pelanggan merasa lebih akrab dan mudah membayangkan kehadiran produk tersebut di kehidupannya sehari-hari.

Selain itu, keberadaan brand ambassador sering dipandang konsumer sebagai rekomendasi pribadi dan riset menunjukkan kalau rekomendasi pribadi kadang lebih ampuh dari bujukan iklan.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Crowdtap, perusahaan yang bergerak di bidang branding di Amerika, bahkan menunjukkan bahwa 70% konsumer cenderung akan lebih yakin membeli sebuah produk jika produk tersebut direkomendasikan oleh orang terdekat atau individu yang ia percayai.

Brand ambassador internal

Brand ambassador bisa datang dari kalangan apa saja, tidak hanya seorang selebritis atau tokoh ternama. 

Pegawai perusahaan itu sendiri juga bisa menjadi brand ambassador jika mereka dapat mengomunikasikan kekuatan dan nilai-nilai budaya perusahaan mereka kepada konsumen di luar maupun di dalam lingkungan kerja. Mereka tentu perlu terlebih dulu punya pemahaman terhadap posisi perusahaan di pasar dan tujuan yang ingin dicapai.

Perusahaan tidak perlu sampai “mencuci otak” pegawainya jika para pegawai tersebut memiliki kepuasan kerja yang tinggi dan merespon positif terhadap budaya kerja perusahaan. Secara alami, pegawai yang merasa kesejahteraannya diperhatikan akan bangga bekerja dengan perusahaan tempat ia bekerja dan berusaha membesarkan perusahaan tersebut.

Salah satunya dengan memposisikan diri sebagai brand ambassador yang membantu membangun dan menyebarkan identitas produk kepada konsumer dan individu di sekelilingnya.

Menjadi brand ambassador ideal

Belajar dari insiden Isyana, ternyata memilih brand ambassador tidak sesimpel hanya mencomot bintang terpopuler saat ini dan bagi sang brand ambassador. Tidak cukup hanya menganggapnya sebagai sekadar titel atau sering membicarakan tentang produk tertentu di depan umum.

Sebagai wakil perusahaan, di muka publik seorang brand ambassador perlu mewujudkan citra perusahaan dalam penampilan, sikap, perbuatan, hingga tutur katanya. Setidaknya, sang brand ambassador sebaiknya tidak melakukan hal-hal yang menjatuhkan kredibilitas brand tersebut. Larangan ini kadang juga muncul secara eksplisit di dalam kontrak kerja.

Karenanya, ucapan Isyana ramai dianggap sebagai kesalahan besar. Brand ambassador situs belanja online kok malah takut belanja online

Memang penting bagi perusahaan untuk memilih brand ambassador yang memiliki image atau gaya hidup yang sejalan dengan gaya hidup audiens yang dibidik. Namun selain itu, generasi konsumer yang semakin informatif juga menuntut brand untuk lebih cermat dengan pilihan ambassador

Brand ambassador yang baik perlu memahami dan percaya pada kekuatan produk dan perusahaan yang mereka representasikan agar dapat meyakinkan konsumer. —Rappler.com

Artikel ini sebelumnya diterbitkan di Qerja.com, sebuah komunitas untuk berbagi informasi mengenai tempat kerja dan gaji di Indonesia.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!