Aktivis perempuan nyalakan 1.000 lilin solidaritas bagi korban kejahatan seksual

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Aktivis perempuan nyalakan 1.000 lilin solidaritas bagi korban kejahatan seksual
'Dalam pergaulan sehari-hari sekarang kudu hati-hati banget dan saya lebih selektif pilih teman main'

SEMARANG, Indonesia – Tangan Dyah Ayu menggenggam erat lilin kecil saat berada di Bundaran Tugu Muda, Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa malam, 24 Mei. Jemari tangannya kemudian meraih korek api dari dalam saku celananya.

Ia melirik ke teman-temannya yang ikut memegang lilin. Ia dan puluhan perempuan lainnya lalu menyalakan lilin. Sebuah pelita tampak menari-nari tertiup angin malam.

Dyah mengatakan lilin yang ia nyalakan itu merupakan bentuk solidaritas bagi korban kekerasan seksual yang banyak bermunculan di Indonesia.

“Saya prihatin kepada korban kejahatan seksual. Kok bisa trennya makin meningkat, apalagi pelakunya masih anak-anak,” katanya kepada Rappler.

Deretan nama korban kekerasan seksual yang muncul di publik memang membuatnya bergidik. Mulai dari gadis asal Bengkulu berinisial YY, Eno Fahira di Tangerang, Banten hingga nama korban tewas lainnya terus berputar-putar dalam pikirannya.

Atas rentetan kejadian kekerasan seksual yang berujung pada kematian tragis itu, Dyah mengaku semakin takut saat berjalan sendirian keluar rumah.

“Terus terang, saya jadi takut jalan sendiri karena di daerah Kaligawe Semarang juga terdapat seorang wanita yang jadi korban pemerkosaan,” kata gadis berusia 22 tahun ini.

Ia menilai pemerkosaan kini jadi momok menakutkan. Untuk mencegah hal serupa menimpa dirinya, ia terpaksa membatasi pergaulan dengan teman prianya.

“Dalam pergaulan sehari-hari sekarang kudu hati-hati banget dan saya lebih selektif pilih teman main,” ujarnya. 

Sembari membawa spanduk yang mengutuk aksi kekerasan seksual terhadap anak-anak dan perempuan, Nurlita, seorang aktivis lainnya, mengungkapkan apa yang telah dilakukan para pelaku merupakan tindakan yang biadab.

Pemerintah diminta merehab korban kekerasan seksual

Berdasarkan data aktivis solidaritas sahabat korban, jumlah aksi kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah mencapai 2.630 kasus pada 2015. Dari total itu, ada 846 kasus kekerasan seksual, 823 kasus kekerasan fisik, serta 768 kasus teror psikis.

Nyala lilin sebagai solidaritas terhadap korban kekerasan seksual tak hanya dilakukan oleh kedua perempuan itu. Di Tugu Muda pada Sabtu malam, juga terlihat puluhan orang menyalakan lilin.

Dwi Yunanto, koordinator aksi ‘Nyala 1.000 Lilin untuk Korban Kekerasan’ mengatakan mereka berasal dari lima ormas perlindungan perempuan serta 10 lembaga kemahasiswaan dari Undip, Unnes, Udinus serta UIN Walisongo.

Ia pun mengajak peserta aksi yang berasal dari umat lintas agama itu memanjatkan doa bersama bagi para korban yang meninggal dunia.

Ia mendesak pemerintah meningkatkan upaya perlindungan keamanan bagi anak-anak perempuan.

“Satu-satunya cara harus mengesahkan UU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) sekaligus mengoptimalkan peran kepala daerah agar korban dan pelaku kekerasan seksual d ibawah umur dapat rehabilitasi secara menyeluruh dan komprehensif,” jelasnya.

Ia mengungkapkan maraknya pemerkosaan terhadap perempuan dipicu adanya sistem patriarki yang masih menganggap kaum lelaki lebih superior terhadap perempuan.

“Ini yang patut diubah. Kami rasa, korban di bawah umur wajib direhabilitasi biar psikologisnya kembali pulih,” papar Dwi.

Meski begitu, ia tak setuju bila para pelaku dijatuhi hukuman kebiri dan hukuman mati. Pasalnya, dua hukuman itu justru melanggar hak hidup warga negara Indonesia (WNI).

“Dan kami lihat hukuman kebiri mengingkari HAM, lantaran merenggut organ reproduksi laki-laki,” katanya.

“Hukuman yang layak bagi pelakunya lebih baik memaksimalkan kurungan penjara yang hanya 10 tahun, menjadi 15 tahun. Sebab, secara kualias bentuk kejahatannya makin sadis dan berkelompok dengan pelaku yang masih dibawah 18 tahun,” terangnya. – Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!