Shinta Wahid buka puasa dengan umat lintas agama

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Shinta Wahid buka puasa dengan umat lintas agama
Indonesia tak hanya diisi oleh satu agama tetapi berbagai macam agama mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khonghucu

SEMARANG, Indonesia – Shinta Nuriyah, istri mendiang mantan Presiden Abdurahman Wahid, menggelar buka puasa bersama umat Muslim dan umat dari agama lain di Pudak Payung, Semarang, Jawa Tengah pada Kamis petang, 16 Juni.

Perempuan yang selalu menyebarkan nilai-nilai pluralisme itu sebenarnya ingin berbuka puasa di Gereja Santo Yakobus Zebedeus. Namun, rencana tersebut terpaksa diurungkan lantaran dihalang-halangi oleh massa Front Pembela Islam (FPI). Ormas radikal ini melarang Shinta dan rombongannya berbuka puasa di halaman gereja.

Bahkan, massa FPI sempat mencegat warga yang hendak ikut buka bersama di gereja. Perwakilan FPI kemudian hanya mengizinkan Shinta berbicara di gereja selama 15 menit, tapi setelah itu acara buka puasanya digeser ke balai kelurahan Pudak Payung.

“Saya sudah biasa buka bersama di beberapa tempat seperti terminal, halaman klenteng, dekat jembatan. Sampai tahun lalu saya buka puasa dengan warga Kebondalem Semarang di pinggir kali,” kata Shinta saat membuka acara tersebut pukul 16:00 WIB.

“Kegiatan saya sudah diadakan 16 kali sejak saya mendampingi Gus Dur jadi Presiden keempat. Saya memang rutin sahur bareng kaum termajinalkan mulai pemulung, penderas gula, penambang pasir tukang becak sebab di Indonesia masih banyak yang kaum duafa,” sambungnya.

Istri Gus Dur tersebut juga mengatakan bahwa Indonesia tak hanya diisi oleh satu agama, melainkan berbagai macam agama mulai Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khonghucu hingga agama baru yang ia sebut sebagai aliran Baha’i.

“Baha’i juga agama. Terlepas apa yang umatnya anut saat beribadah, kita wajib menghormatinya,” ujar Shinta lagi.

Ia mengatakan bangsa Indonesia dikenal sebagai negara majemuk. Negeri yang punya bentang alam dari Sabang hingga Merauke ini terdiri dari banyak suku yang seharusnya tidak saling bertengkar satu sama lain.

“Suku Madura adakah di sini? Batak ada? Lalu mana orang Minang? Kalau tetangganya orang Padang? Orang Dayak? Orang Papua pasti ada ya?,” sapanya kepada peserta buka bersama yang hadir di gereja.

Ia menekankan bila semua suku itu saudara sebangsa dan setanah air, sehingga rakyat Indonesia tidak pantas saling bertengkar dan melakukan kekerasan hingga saling membunuh. Warga harus hidup rukun, damai serta saling menghargai satu sama lain.

“Itu semua di umat Islam tidak ada bedanya. Karena itu ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang disampaikan lewat piagam Madinah untuk mengajarkan umat manusia agar saling menolong juga selalu welas asih (berbelas kasih),” sambungnya.

Karena itulah, ia akan terus-menerus mendatangi kaum terpinggirkan di seluruh daerah sebagai ungkapan rasa kasih sayang sekaligus membantu sesama umat manusia.

Sedangkan bagi Anis, warga Ngaliyan yang datang ke acara itu mengaku tak takut meski telah dilarang oleh massa FPI. “Kita anak Tuhan tidak boleh takut oleh siapapun. Kalau mereka berlaku seperti itu, biarkan sajalah, pasti dibalas sama Yang Maha Kuasa. Apa mereka tidak mikir bagaimana perasaannya jika keluarganya digituin,” ujarnya kepada Rappler.

Anis berpendapat aksi penolakan hanya sebuah riak-riak kecil akibat belum terselesaikannya perumusan Pancasila pada masa lampau. Padahal, menurutnya umat manusia tak perlu dibedakan sesuai agamanya. “Beribadah pake cara apapun ya tujuannya tetap sama,” ungkapnya.

Warga lainnya yang menolak dikutip namanya menambahkan jika ia sering ikut buka bersama dengan Shinta Nuriyah. “Terakhir saya ikut waktu di Kebondalem. Saya suka sama beliau karena orangnya begitu mengayomi,” akunya.

Ditolak FPI dan 10 ormas

Sementara itu, Ketua Advokasi FPI Jawa Tengah Zaenal Abidin Petir, berdalih tindakan penolakan atas acara buka bersama lintas agama tersebut, sudah seusai kesepakatan dengan 10 ormas di Semarang. Ormas yang menolak di antaranya Pemuda Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) Pudak Payung, Hiztbur Tahrir, MUI dan Kesbangpolinmas.

“Kita tolak acara itu karena keberatan kalau Bu Shinta berdoa bersama umat lain di gereja. Kita cuma mau Bu Shinta datang ke gereja lalu acaranya dipindah di balai desa Pudak Payung,” kilahnya.

Usai acara, Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang Aloys Budi Purnomo mengaku bersyukur masih bisa mengadakan buka bersama dengan rombongan Shinta Nuriyah.

“Walaupun digelar di dua tempat, yaitu di balai kelurahan dan gereja, namun syukurlah acaranya tetap berjalan dengan baik dan lancar,” katanya.

Ia menganggap Shinta merupakan perempuan pluralis yang patut diteladani oleh masyarakat Indonesia. Kehadirannya di Pudak Payung menjadi bukti bila istri Gus Dur tersebut tetap meluangkan waktunya untuk menyapa anak-anak bangsa.

“Dengan suasana rukun dan damai, saya menyambut kerawuhan beliau di Pudak Payung. Sungguh-sungguh penuh barokah buat kita di sini,” terangnya. – Rappler.com 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!