Mudik lebaran dibayangi ancaman banjir dan longsor

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mudik lebaran dibayangi ancaman banjir dan longsor

ANTARA FOTO

Iklim selama Ramadan dan Lebaran tergolong kemarau basah. Oleh sebab itu, pemerintah perlu menyiapkan langkah antisipasi yang serius.

 

JAKARTA, Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan kondisi cuaca selama lebaran diprediksi akan buruk. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus mengantisipasi hal ini untuk menghindari korban berjatuhan selama perjalanan mudik.

“Iklim selama Ramadan dan lebaran ini istimewa, yaitu kemarau basah,” kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya di Jakarta pada Rabu, 22 Juni. Maksudnya, saat ini seharusnya sudah memasuki musim kemarau; namun sebagian besar wilayah Indonesia masih mengalami hujan rutin.

Cuaca ini bisa berdampak pada perubahan peta arus mudik karena berpotensi longsor ataupun tergenang banjir. Terutama, di daerah Jawa bagian selatan juga jalur Pantura yang dekat dengan laut.

Banjir Semarang

BANJIR INDONESIA. Peta yang menggambarkan potensi banjir di wilayah di seluruh Indonesia. Terlihat hampir seluruh area berpotensi tinggi banjir. Ilustrasi oleh Adinda Maya/Rappler

Eka mengatakan kalau anomali tahun ini banyak dipengaruhi oleh Maden Julian Oscillation (MJO), yang merupakan variasi interaksi antara laut dan atmosfer yang terjadi selama periode 30-90 harian. Biasanya berakibat pada anomali angin, suhu muka laut, dan intensitas hujan.

“Saat ini sudah aktif di fase ke-4 (maritim), dan akan terus berlanjut hingga seminggu ke depan,” kata Eka. Curah hujan selama periode ini diperkirakan 75-150 milimeter per dasarian, atau masuk kategori menengah.

Pantauan ini terbukti dengan hujan yang terus melanda Jawa, bahkan mengakibatkan banjir dan longsor seperti di daerah Purworejo, Jawa Tengah. Korban meninggal dan hilang mencapai puluhan orang; sementara ribuan lainnya harus mengungsi.

Hal ini tentu aneh, mengingat bulan Juni sebenarnya sudah memasuki kemarau. Namun, menurut Eka, baru 50 persen wilayah yang masuk. “Sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi masuh hujan,” kata dia.

Bahkan, pada kuartal ke-3 bulan Juni hingga kuartal II Juli 2016, curah hujan diperkirakan masih sama, dengan intensitas di atas 100 mm/dasarian.

Puncaknya untuk Jawa diperkirakan akan terjadi pada 6 Juli mendatang, saat gelombang tinggi menyapu Semarang. “Diprediksi akan banjir, maka hati-hati,” kata dia.

Antisipasi pemerintah

Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Imam Prasodjo, mengatakan pemerintah harus mengantisipasi betul prediksi cuaca lebaran ini. “Perlu kesiapan lebih serius dan langkah yang sistematis di seluruh jajaran pemerintah baik pusat maupun daerah,” kata dia.

Pengalaman dari lebaran selama ini, pemerintah baru beraksi pada menit terakhir atau bahkan setelah ada kejadian. Bila tidak, bisa-bisa lebaran ini jumlah korban kecelakaan mudik bisa melonjak jauh dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Presiden Joko “Jokowi” Widodo harus turun tangan langsung, terutama dalam waktu dua pekan jelang lebaran ini.

“Ada koordinasi dan langkah nyata,” kata dia.

BMKG sendiri sudah mulai menyebarkan informasi prediksi cuaca, dan sistem peringatan dini. Data yang ada akan dikirimkan ke institusi berwenang, pejabat daerah, dan pihak Kementerian Lingkungan.

“Supaya bisa merancang proses evakuasi, mobilisasi, dan persiapan lainnya,” kata Eka.

Ia menyayangkan peristiwa bencana longsor di Jawa Tengah. Menurutnya, 3 hari sebelum kejadian, BMKG sudah menmperingatkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. “Tapi tetap saja demikian,” kata dia.

Kesiapan masyarakat Indonesia masih sangat rendah dalam hal mengatasi bencana. Sistem peringatan dini (EWS) kebanyakan tidak aktif bahkan rusak; kemudian masyarakat juga tak mengetahui harus melakukan apa bila ada bencana. “Setelah keluar rumah mereka bingung mau ngapain. Lari ke mana, tidak tahu,” kata dia.

Antisipasi dan literasi bencana harus menjadi salah satu fokus perhatian pemerintah ke depannya. Mengingat Indonesia terletak pada area ring of fire dengan 128 gunung berapi; juga pada lintasan patahan dan lempeng yang berpotensi gempa bumi hingga tsunami.

Secara terpisah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan membagikan peta jalur mudik di daerah rawan bencana kepada masyarakat. Dalam peta tersebut juga terdapat kontak dan alamat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang dapat dihubungi pemudik. -Rappler.com

BACA JUGA: 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!