Menyelamatkan lutung-lutung kecil dari perburuan liar

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menyelamatkan lutung-lutung kecil dari perburuan liar
Lutung kecil untuk dipelihara dihargai lebih mahal dari lutung dewasa, Rp 700 ribu per ekornya


MALANG, Indonesia – Seekor lutung Jawa (Trachypithecus Auratus) berusia 10 bulan terancam setelah terpisah dari induknya, pada Sabtu, 25 Juni.

Saat ini, lutung bernama Banyu tersebut sedang menjalani pemeriksaan kesehatan di Javan Lungur Center, Kota Batu, Malang, Jawa Timur. 

Banyu diserahkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Surabaya untuk menjalani karantina dan akan kembali dilepasliarkan setelahnya. Selain Banyu, terdapat tiga lutung lain yang diserahkan oleh BKSDA ke pusat konservasi tersebut pada pekan ini. 

Satwa endemik Jawa itu kini semakin banyak diburu. Selain untuk diperdagangkan, daging Lutung juga dikonsumsi oleh sebagian masyarakat.

“ Ada empat lutung yang menjalani pemeriksaan kesehatan, dua berusia anak-anak, dua sudah dewasa. Semuanya berasal dari BKSDA,” kata Project Manajer Pusat Rehabilitasi Javan Lungur Center (JLC), Iwan Kurniawan, kepada Rappler, Sabtu. 

Selain Banyu, tiga lutung lainnya adalah Rinda (betina berusia 3,5 tahun), Bagong (betina, 10 tahun), dan Ulfa (betina, 15 tahun).

Banyu adalah lutung sitaan dari pemburu, sementara Bagong dan Ulfa berasal dari satwa peliharaan milik warga di Surabaya. Sedangkan Rinda ditemukan penduduk di Pakis, Kabupaten Malang. Saat ditemukan, ia sedang berkeliaran di perumahan. 

“Rinda ini diduga milik orang perumahan setempat yang lepas,” kata Iwan.

Keempat lutung itu kemudian menjalani pemeriksaan kesehatan. Dokter hewan setempat mengambil sampel darah dan liur mereka untuk memeriksa potensi penyakit yang bisa ditularkan dari manusia, seperti hepatitis A,B dan C, herpes, serta Simian Immunodeficiency virus (SIV). 

Menurut Iwan, lutung yang berasal dari peliharaan manusia memiliki kemungkinan besar tertular penyakit pemiliknya akibat sering berinteraksi. 

“Beberapa tahun lalu ada lutung tua diserahkan pemiliknya masuk kemari hanya bertahan dua minggu. Dia meninggal karena TB yang bisa jadi tertular dari pemiliknya,” kata Iwan.

Banyu, lutung paling kecil di antara keempatnya, memiliki jari yang bengkak dan daun telinga yang robek.

Lutung hasil buruan seperti Banyu, menurut Iwan, sebagian besar ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan karena proses yang tidak mengindahkan kesejahteraan hewan selama di tangan pemburu. 

“Dari 10 ekor lutung yang ditangkap, misalnya, karena berbagai proses distribusi dan transportasi bisa tersisa dua ekor saja yang hidup,” kata Iwan. 

“Sisanya mati karena penanganan yang buruk. Banyu ini juga dipisahkan dari induknya sejak bayi,” katanya.

Diburu untuk dijual dan dimakan

Banyu dirawat di ruang penghangat akibat menggigil selama menjalani pemeriksaan kesehatan. Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

Lutung kecil biasanya dihargai lebih mahal dibandingkan lutung besar untuk peliharaan. 

Lutung endemik Jawa memilki warna pirang ketika bayi dan akan menjadi hitam saat dewasa. Warna pirang membuat bayi lutung banyak diminati untuk hewan peliharaan. 

Tabiat Lutung anakan yang diam dan tak membahayakan juga membuat satwa terancam punah itu banyak diperjualbelikan. Namun setelah dewasa, lutung banyak ditelantarkan karena tingkahnya yang liar. 

“Pedagangan online masih marak, harganya bisa Rp 700 ribu seekor untuk lutung anakan. Itu banyak ditemukan di daerah Tapal Kuda,” kata Iwan.

Sedangkan lutung dewasa dihargai antara Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu.

Selain diperjualbelikan, perburuan lutung juga dipicu maraknya gaya hidup memakan daging lutung. 

“Berdasarkan pengakuan pemburu Lutung, banyak orang yang memesan Lutung untuk dimakan dagingnya karena dipercaya baik untuk kejantanan dan obat penyakit tertentu. Lutung dimakan hati, jeoran, dan dagingnya,” ucap Iwan. 

Lutung juga diburu untuk diambil dagingnya sebagai campuran obat kuat, atau kudapan seperti bakso. Banyak juga yang mengonsumsi daging lutung sebagai makanan pelengkap saat meminum minuman keras.

Lutung tercatat dalam CITES Appendix II dengan status vulnerable (rentan) karena rentan dengan eksploitasi dan jumlahnya mendekati kisaran threathened (terancam).

Sepanjang Januari hingga Juni tahun ini saja, JLC telah menerima Lutung sitaan dari BKSDA sebanyak 8 ekor. Sementara sepanjang tahun lalu, terdapat 15 ekor lutung yang diserahkan ke JLC.

Total terdapat 19 individu lutung yang kini menghuni JLC di Batu. 

Para lutung ini akan dilepasliarkan dalam kelompok setelah menjalani masa karantina, adaptasi pada pakan alam, dan sosialisasi dengan kelompok di JLC. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!