Italia vs Spanyol: Tiga bek yang selalu bikin repot

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Italia mengusung balas dendam final Euro 2012.

Dari kiri, Alesandro Florenzi, Graziano Pelle, dan Ciro Immobile saat berkunjung ke Stade de Lyon, lokasi tempat mereka akan bertanding melawan Belgia. EPA/SERGEY DOLZHENKO

JAKARTA, Indonesia – Sepanjang turnamen besar, Italia selalu inferior di depan Spanyol. Tim berjuluk Gli Azzurri tersebut keok di perempatfinal Euro 2008, semifinal Piala Konfederasi 2013, dan yang paling menyakitkan, kalah 4-0 dari Spanyol di final Euro 2012.

Namun, empat tahun berselang banyak hal berubah. Italia dan Spanyol bernasib sama di Piala Dunia 2014. Sama-sama tak bisa keluar dari fase grup.

Italia juga kini tak lagi bersama allenatore (pelatih) Cesare Prandelli. Sosoknya sudah digantikan Antonio Conte.

Karena itu, kekalahan telak 4-0 di laga puncak Euro 2012 kemungkinan besar tak bakal terulang. Apalagi, sejak final yang menguras emosi jutaan fans Italia itu, pasukan Conte sudah pernah menahan seri Spanyol 1-1 dalam laga persahabatan di Udine, 24 Maret lalu.

Karena itu, pertarungan kedua tim yang kali ini digelar di Stade de France, Saint-Denis, Senin, 27 Juni, pukul 23.00 WIB bakal sangat ketat.

Italia sudah memahami gaya bermain pasukan Vicente del Bosque. Mereka bakal bermain taktis. Mereka tak akan meladeni permainan penguasaan bola khas La Furia Roja—julukan Spanyol.

Pasukan Antonio Conte bakal lebih banyak menunggu di belakang untuk kemudian menyerang balik.

Bersama mantan pelatih Juventus tersebut, skema 3-5-2 Italia memang berbeda. Sebelumnya, ketika masih ada Andrea Pirlo, pemain yang kini merumput di Major League Soccer, Amerika Serikat itu bertugas sebagai otak serangan. Empat pemain di sekitarnya bertugas untuk mengawal dan menjaganya dari tekanan lawan.

Pirlo bakal mundur untuk berada sangat jauh dari tekanan lawan dan melepas umpan lambung akurat ke para sayap dan penyerang.

Di tangan Conte, skema yang dikembangkan sejak era Prandelli itu berbeda. Pirlo sudah tak lagi bersama Gli Azzurri. Pilihan di lini tengah untuk mengemban misi yang sama tinggal berada di tangan Daniele De Rossi.

Namun, gelandang AS Roma itu tidak mengulangi yang dilakukan Pirlo. Italia saat ini bermain dengan memanfaatkan semua lini untuk mendukung serangan.

Serangan tak harus dimulai dari De Rossi. Bahkan, umpan kunci bisa langsung tercipta dari lini belakang. Gol Emanuele Giaccherini ke gawang Belgia di fase grup adalah buah dari umpan Leonardo Bonucci.

Bersama Conte, kesadaran untuk mencetak gol tidak hanya untuk para penyerang. Tapi semua pemain. Karena itu, setiap kali seorang pemain membawa bola, apapun posisinya, mereka langsung berpikir untuk menciptakan umpan kunci atau bahkan assist.

Tak heran, Giaccherini yang posisinya sejatinya di belakang duo penyerang bisa tiba-tiba merangsek ke depan kotak penalti lawan saat bek-bek Belgia lengah.

Spanyol kesulitan menghadapi tiga bek

“Ada masa di mana Spanyol memenangkan semua gelar. Tapi setiap kali menghadapi Italia, mereka selalu harus bekerja sangat keras,” kata kapten sekaligus kiper utama Italia Gianluigi Buffon seperti dikutip Football Italia.

Ya, selain final Euro 2012, Italia memang selalu merepotkan Spanyol. Permainan umpan-umpan pendek mereka kerap membentur tembok pertahanan Italia yang terkenal tangguh dengan catenaccio.

Mereka juga tak pernah mau meladeni permainan bola-bola pendek khas Spanyol. Italia lebih banyak menunggu di belakang untuk menyerang balik cepat.

Apalagi, trio bek Juventus, Giorgio Chiellini, Leonardo Bonucci, dan Andrea Barzagli adalah trio bek paling solid di Italia. Setiap kali tim diserang, dua sayap akan turun. Itu membuat lini belakang dikawal lima pemain bertahan.

Sementara itu, 3 pemain tengah akan lebih banyak menekan lawan yang sedang berusaha membangun serangan.

Saat serangan tim gagal, dua bek sayap tersebut tak lantas mundur. Mereka harus segera menghentikan bola yang baru saja dibangun lawan. Karena itu, formasi 3-5-2 Italia terlihat tidak dominan tapi efektif meredam lawan.

Laga melawan Belgia yang berakhir 2-0 menjadi contoh sempurna penerapan sistem tersebut.

Situasi itu sudah diwaspadai Vicente Del Bosque. “Kami menghadapi tim dengan pertahanan solid dan serangan yang hebat. Mereka mampu bekerja sangat baik di dua kotak penalti,” kata Del Bosque.

Posisi Italia sedikit lebih unggul karena Spanyol kerap kerepotan melawan tim dengan 3 pemain bertahan. Itu seperti yang terjadi saat mereka bermain melawan Chile di fase grup Piala Dunia 2014.

Saat itu, Spanyol yang datang berstatus juara bertahan kalah 0-2 dari La Roja—julukan Chile.

Namun, Del Bosque menegaskan bahwa situasi itu tak akan terulang. “Kami sudah mengubah beberapa hal. Semua orang kini tahu apa yang harus dilakukan. Italia bermain dengan cara yang sama di Udine dan kami cukup kesulitan,” katanya.

Mantan pelatih Real Madrid itu menegaskan bahwa tim tidak akan mengubah cara bermain demi agar bisa menang. Dia masih percaya sepak bola Spanyol tetap sistem yang terbaik.

“Sistem 3 bek memang menyulitkan kami. Tapi kami tetap akan menampilkan permainan kami. Italia yang akan kerepotan karena mereka yang harus beradaptasi,” katanya.—Rappler.com

BACA JUGA: 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!