Filipino bands

Mengenal ketupat, satu makanan beragam makna

Anang Zakaria

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengenal ketupat, satu makanan beragam makna
Tradisi pembuatan ketupat digunakan oleh Wali Songo dalam menyebaran agama Islam di Tanah Jawa.

YOGYAKARTA, Indonesia – Ketupat identik dengan sajian khas ketika Lebaran tiba. Dibuat dari anyaman daun kelapa dan diisi beras, makanan ini biasanya disantap bersama opor ayam. 

Namun, di balik rasanya yang lezat, ketupat ternyata juga menyimpang filosofi khusus. Lain bentuk ketupat, maka memiliki makna berbeda pula. 

“Sementara, jumlah (bentuk ketupat) mencapai puluhan,” kata seniman asal Yogyakarta, Asep Maulana Hakim yang ditemui Rappler pada pertengahan bulan Juni. 

Selama bertahun-tahun, pria lulusan ISI Yogyakarta tahun 2012 itu, mempelajari beragam jenis ketupat. Sebagai pemula, Asep menyarankan bisa dari belajar membuat ketupat Lebaran. 

Ketupat Lebaran berbentuk jajaran genjang. Biasanya ada 6 sudut pada jenis ketupat jenis ini. Uniknya, saat Lebaran banyak masyarakat yang menyajikan Ketupat Bawang. Disebut demikian karena bagian bawah memiliki bentuk yang lebih besar dibandingkan bagian atas. 

Ketupat bawang memiliki 7 sudut. Masing-masing di kanan-kiri-bawah dua sudut dan satu sudut di bagian atas. 

Asep mengkategorikan kedua jenis ketupat ini sebagai ketupat khas upacara atau perayaan. Acara tersebut tidak terbatas hanya bagi hari besar umat Muslim, tetapi juga kebudayaan yang berkembang di masyarakat. 

Selain ketupat Lebaran dan bawang, masih ada 5 jenis ketupat lainnya yakni ketupat luar 1 dan 2, sinto, salamet, dan kepel. 

Ketupat Luar 1, Luar 2 dan Sinto berasal dari Jawa. Ketupat luar bentuknya memanjang. Bedanya ketupat Luar 1 berukuran lebih besar dibanding Luar 2. Ketupat ini biasanya digantung di depan pintu rumah untuk orang yang bernazar. 

Ketupat Sinto juga biasa digantung di depan pintu rumah, tetapi sebagai penanda si pemilik rumah baru saja melahirkan bayi. 

Sementara, ketupat Salamet dan Kepel memiliki fungsi yang sama. Ketupat ini juga digantung di depan rumah. Salamet berarti memohon keselamatan, sedangkan Kepel penanda nazar si empu rumah. 

Yang berbeda, kedua jenis ketupat yang berkembang di kalangan masyarakat Sunda ini hanya menggunakan selembar daun kelapa. 

Dari mana Asep menguasai ilmu pembuatan ketupat ini? Dia mengaku mendapat pengetahuan ketika bekerja sebagai tukang pijat, pekerjaan sambilannya saat kuliah. 

Sambil memijat pelanggannya, dia kemudian mengajak untuk ngobrol dan menggali kisah tentang ketupat tersebut. 

“Kalau orang-orang tua biasanya bisa buat satu atau dua jenis ketupat,” kata dia. 

Kini, dia sudah terampil membuat beragam jenis ketupat. Selain ketujuh ketupat upacara dan perayaan, dia juga menguasai puluhan jenis ketupat variasi. Dari yang berbentuk mirip kodok, kepala kerbau, merpati, kolibri, jantung, angsa hingga mirip Candi Borobudur. 

Jenis dan varian ketupat terbanyak, katanya berasal dari Bali. 

“Ada 40-an jenis anyaman ketupat di sana,” kata dia. 

Bukan makanan biasa

Lalu, bagaimana bagi mereka yang juga ingin belajar membuat ketupat? Asep kemudian menyarankan ikut salah satu workshop pembuatan ketupat di Tirana House Yogyakarta. Workshop itu dimulai sejak tanggal 18 Juni hingga 18 Juli. 

BELAJAR BUAT KETUPAT. Sebuah sesi belajar membuat ketupat di Tirana House Yogyakarta. Sesi workshop dimulai dari 18 Juni hingga 18 Juli. Foto oleh Anang Zakaria/Rappler

“Kami ingin mengenalkan kembali sejarah ketupat dan beragam jenisnya,” ujar pengelola Tirana Nouse Yogyakarta, Nunuk Ambarwati. 

Berikut video mengenai cara membuat ketupat: 

Dia menyebut secara umum ketupat memang merupakan budaya bangsa di Asia Tenggara. Selain di Indonesia, orang Malaysia, Singapura dan Brunei juga mengenal makanan ini. Di Filipina, orang bugnoy, mirip ketupat tetapi pola anyamannya berbeda. 

Di Indonesia, ketupat dikenal dalam sajian beragam makanan. Kupat tahu di Sunda, ketupat kandangan di Banjar, lotek dan gado-gado di Jawa, hingga coto Makassar. Sementara di Bali, ketupat disebut dengan nama tipat. 

Di Indonesia ketupa dikenal jauh sebelum Islam masuk Nusantara. Saat itu, masyarakat di Pulau Jawa telah mahir membuat seni menganyam daun kelapa untuk keperluan sehari-hari. 

Tradisi itu terlihat dari adanya kembang mayang, rangkaian bunga dan anyaman daun kelapa yang menghiasi acara pernikahan. Tradisi tersebut masih bisa ditemui hingga kini. 

KEMBANG MAYANG. Tradisi rangkaian kembang dan daun kelapa yang sering ditemui di upacara pernikahan di Indonesia. Foto oleh Anang Zakaria/Rappler

Namun, tradisi pembuatan ketupat ini digunakan oleh Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Mereka percaya bisa mengajarkan nilai agama melalui akulturasi budaya. 

Sunan Kalijaga lah yang disebut semula menggunaan ketupat untuk syiar Islam. Rumitnya menganyam ketupat justru dimaknai sebagai sulitnya meminta maaf. Warna putih saat ketupat dibelah menggambarkan bersihnya hati setelah saling bermaafan. Sedangkan, butiran beras yang terbungkus anyaman daun kelapa memiliki simbol kebersamaan – Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!