Badrodin: Polri sudah deteksi adanya serangan di Bulan Ramadan

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Badrodin: Polri sudah deteksi adanya serangan di Bulan Ramadan

ANTARA FOTO

Polisi mengaku telah mengurangi risiko serangan dengan menangkap 4 terduga teroris di Surabaya bulan Juni lalu.

JAKARTA, Indonesia – Jajaran kepolisian telah mengaktifkan status peringatan jauh sebelum serangan bom bunuh diri di Mapolresta Solo, Jawa Tengah pada Selasa pagi 5 Juli, kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. 

Menurut Badrodin, polisi mengaktifkan status warning sejak adanya pesan teror dari Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) setelah melakukan analisa dan memetakan jaringan teroris yang dianggap berpotensi melakukan serangan di Indonesia.

“Sudah saya sampaikan sudah ada perintah (teror dari) ISIS. Juru bicara ISIS Abu Muhammad memberi pesan (kepada) semua anggota ISIS untuk melakukan aksi di bulan Ramadan,” ujar Badrodin usai menunaikan salat Idul Fitri di Mabes Polri pada Rabu, 6 Juli.

Badrodin tidak menyebutkan kapan polisi mengetahui instruksi teror dari Abu Muhammad tersebut. Namun, kepolisian sudah berusaha mencegah aksi teror dengan menangkap empat terduga teroris dengan inisial PHP, BR alias F, FN, dan S di beberapa lokasi terpisah di Surabaya, Jawa Timur. Penangkapan dilakukan oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror pada Rabu, 8 Juni, lalu.

Densus, kata Badrodin, menyita beberapa senjata api dan 3 bom high explosive yang sudah dimodifikasi menjadi rompi dari tangan keempat terduga teroris itu.

‎”Kami sudah mengurangi risiko itu dengan melakukan penangkapan di Surabaya. Mereka merencanakan serangan yang lebih besar dibandingkan di Solo. Itu (teroris Surabaya) rencananya akan dilaksanakan pada 17 Ramadan (22 Juni),” kata Badrodin.

Badrodin mengklaim, dari 4 teroris yang ditangkap di Surabaya itu, polisi langsung melakukan pengembangan dan berharap hasil penyelidikan bisa menemukan benang merah jaringan teroris yang hendak melancarkan aksi di Indonesia. Oleh sebab itu, dia menolak anggapan beberapa pihak yang menyebut polisi kecolongan terkait serangan bom bunuh diri di Mapolresta Solo. Karena, mereka sudah mengerahkan segala kemampuan untuk mendeteksi jaringan teroris.

“Namanya bom bunuh diri tidak bisa diantisipasi. Anda mau tangkap di rumah, diledakkan di rumah. Anda mau tangkap di jalan, diledakkan di jalan. Ditangkap di penjagaan, diledakkan di penjagaan. Antisipasi mujarab tak ada,” kata Badrodin. 

Sebuah bom bunuh diri meledak di Markas Kepolisian Resor Kota Besar (Mapolresta) Solo, Jawa Tengah, pada Selasa pagi, 5 Juli sekitar pukul 07:45 WIB. Pelaku tewas di tempat, sedangkan seorang anggota kepolisian yang berusaha mencegahnya mengalami luka-luka di bagian wajah.

 Badrodin mengatakan pelaku bom bunuh diri kemungkinan besar Nur Rahman, pria berumur 31 tahun asal Solo. Dia merupakan salah satu anggota jaringan Aman Abdurrahman yang belum tertangkap saat penangkapan oleh Densus 88 di Solo pada 29 Desember 2015 lalu. Dua terduga teroris yang tertangkap saat itu adalah Nur Hamzah dan Andika.

“Kemungkinan besar iya (pelaku adalah Nur Rahman),” kata Badrodin kepada Rappler melalui telepon pada Selasa. “Tentu untuk pastinya kita menunggu hasil uji DNA forensik.”

Kelompok Nur Rahman pernah melakukan kegiatan bongkar pasang senjata tajam jenis m16 di Masjid Al Wustho Mangkunegaran, di sebelah utara Polsek Banjarsari, Solo. Nur Rahman sendiri merupakan kelompok hisbah Solo, jaringan ISIS yang juga masih satu sel putus dengan Syamsudin Uba kelompok Bekasi.

“Benar, ini kelompok Bekasi,” kata Badrodin. – Rappler.com.

BACA JUGA:

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!