#PHVote

Nyekar, tradisi mendoakan sanak saudara saat lebaran tiba

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Nyekar, tradisi mendoakan sanak saudara saat lebaran tiba
'Biar ibu tenteram saat beristirahat di sana'

 

SEMARANG, Indonesia – Sri Bekti bersimpuh di pinggir makam orangtuanya di komplek pemakaman Bergota, Semarang, Jawa Tengah, pada Kamis pagi, 7 Juli. Telapak tangannya lalu dibuka lebar-lebar untuk mendoakan arwah orangtuanya.

Lantunan surat Yassin terdengar lamat-lamat dari bibirnya. Ia membacakan doa tersebut hingga tuntas agar orangtuanya tenang di sisi-Nya.

Bunga tujuh rupa pun disebar di tengah kuburan. Ia percaya kembang yang ditabur itu bisa menjadi selimut yang menghangatkan orangtuanya di alam baka.

“Biar ibu saya tenteram saat beristirahat di sana,” kata Bekti, begitu ia akrab disapa, kepada Rappler.

Ia mengaku nyekar saat lebaran merupakan ritual wajib yang harus dilakukannya. Tak cuma datang dan mendoakan keluarganya yang telah wafat. Namun, nyekar di kuburan bisa menjadi introspeksi dirinya terutama bagaimana ia bertingkah laku dalam kehidupan setiap hari.

“Saya juga berusaha eling-eling dunyo (mengingat-ingat dunia) atas apa yang sudah saya perbuat selama ini, apakah sudah baik atau belum. Saat nyekar saya juga memohon ampunan kepada Allah SWT,” katanya.

Nabila Hanggraeni juga ikut nyekar pada Kamis pagi. Baginya, nyekar di Bergota juga menjadi ajang silaturahmi buat insan manusia yang masih hidup dengan arwah leluhur yang sudah tenang di alam baka.

“Ada simbah buyut yang saya doakan di sini. Lalu ada pula eyang putri eyang kakung sampai om-om yang sudah meninggal saya kirim doa. Semoga mereka ikut senang melihat keluarga saya guyub rukun saat lebaran,” kata gadis cantik berusia 26 tahun ini.

Nyekar jadi berkah buat pengemis

Bergota merupakan kompleks pemakaman termahsyur di Semarang. Keberadaannya sudah ada sejak ratusan tahun silam. Awalnya, Bergota merupakan bukit ditengah kota.

Namun, sejak abad ke-17, Bergota merupakan tempat yang dikeramatkan hingga akhirnya banyak ulama besar macam Kyai Saleh Darat yang dimakamkan di lokasi tersebut.

Foto oleh Fariz Fardianto

Saat nyekar di areal pekuburan itu, banyak warga setempat yang menangguk rejeki. Tak terkecuali para pengemis tiban yang datang tiap momentum seperti ini.

Mereka kebanyakan menengadahkan kedua tangannya di pingir jalan masuk kuburan. Seorang ibu pengemis mengaku kalau penghasilannya naik berlipat-lipat saat nyekar tiba.

“Lumayan ada banyak orang ngasih recehan. Malahan ini tadi ada yang ngasih lima puluh ribu. Sehari dapat Rp 1,5 juta,” terangnya tanpa mau dikutip namanya.

“Saya enggak malu karena ini sudah jadi pekerjaan saya setiap hari,” akunya.

Ia berkata kalau nyekar tiba memang banyak pengemis mengais rezeki di Bergota. Jumlahnya, kata dia tidak hanya satu atau dua orang saja, melainkan 50 orang lebih datang bergerombol kemudian menyebar ke tiap pintu masuk makam.

Warga Mugas yang tinggal 500 meter dari Bergota juga ketiban rezeki tambahan saat lebaran. Kasturi warga Mugas mengatakan halaman rumahnya sejak Rabu kemarin penuh karena difungsikan sebagai tempat parkir kendaraan peziarah.

Setiap parkir, peziarah hanya dikenai ongkos Rp 2000. Dan sejak kemarin, tak kurang 100 motor diparkir di halaman rumahnya. Ini tentunya jadi pemasukan tambahan bagi keluarganya.

“Karena peziarah tahun ini tidak boleh bawa motor sampai ke pemakaman, Mas. Jadi kami buat kesepakatan untuk bikin parkir di tiap halaman rumah,” katanya. – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!