5 hal yang perlu kamu tahu tentang Ketua KPU Husni Kamil Manik

JAKARTA, Indonesia – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik meninggal dunia pada Kamis, 7 Juli di Jakarta. Dia meninggal di usia 40 tahun setelah sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina. 

Berikut 5 hal yang perlu kamu tahu tentang Husni:

1. Empat tahun memimpin KPU

Husni Kamil Manik terpilih memimpin KPU sejak 12 April 2012. Sebelumnya, Husni adalah anggota KPU Sumatera Barat. Sejak mahasiswa pada 1999, Husni sudah aktif di bidang pemilu. Ia menjadi pemantau pelaksanaan Pemilu 1999 dari Forum Rektor Seluruh Indonesia yang diikutsertakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam pemantauan Pemilu.

Selanjutnya, pada pemilihan anggota KPU Sumatera Barat dia terpilih sebagai anggota dalam dua periode berturut-turut (2003-2008 dan 2008-2013). Husni berhasil memimpin pemilu tersulit pada tahun 2014. 

2. Sukses pimpin pemilu terumit

Husni boleh dikatakan sukses menjaga proses demokrasi di Indonesia. Pada 2014 lalu, Husni dan koleganya di KPU menyiapkan dan mengawal proses Pilpres 2014. Padahal, pilpres tahun 2014 merupakan salah satu pemilu yang paling rumit.

Salah satu pasangan kandidat, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, bahkan menguggat hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi (MK). 

Menurut mereka, telah terjadi kecurangan di 52 ribu Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang melibatkan 21 juta suara rakyat Indonesia. Kendati sempat diprediksi publik hasil keputusan MK akan diwarnai kericuhan, pada akhirnya pasangan Prabowo dan Hatta bisa menerima keputusan yang memenangkan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dalam pilpres 2014. 

Tekanan yang tinggi dari pendukung kedua belah pihak tak membuat Husni kehilangan kendali. KPU tetap teguh hingga akhir.

Husni juga menginisiasi kampanye di era digital dengan mendorong agar adanya akses open data bagi calon anggota DPR dan DPRD. Dia menggandeng netizen dan penggagas situs kawal pemilu.  Selain sukses mengawal pilpres, Husni juga memastikan penyelenggaraan pemilukada serentak berjalan lancar. 

3. Sengketa dengan M. Taufik

Selain sukses menyelenggarakan pemilu Presiden dan parlemen pada tahun 2014, nama Husni juga melejit karena terlibat perseteruan dengan pejabat lain.

Salah satunya adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta M. Taufik. Husni dan 7 orang anggota KPU lainnya melaporkan politisi Partai Gerindra ini lantaran ancaman penculikan.

Kepada Mabes Polri, mereka mengatakan ancaman terlontar saat Taufik ikut orasi di depan Gedung Mahkamah Konstitusi paska pemilu. Orasi Taufik terkait dengan dugaan pelanggaran wewenang yang dilakukan Husni, karena memberikan instruksi untuk membuka kotak suara.

Terhadap pelaporan ini, Taufik membalasnya justru dengan memperkarakan Husni ke Polri juga. Ia membantah pernah melontarkan penculikan, dan merasa namanya tercemar setelah pelaporan.

4. Dituding memiliki hubungan keluarga dengan Jusuf Kalla

Husni dan keluarganya juga sempat dituduh memiliki hubungan keluarga dengan Jusuf Kalla. Kabar yang santer beredar pada 2014 lalu ini hendak menjerumuskan independensi KPU dalam menyelenggarakan pemilihan.

Isu yang berhembus, istri Husni, Endang Mulyani, bersaudara dengan istri JK, Mufidah Kalla.

Kabar ini ditepisnya dengan tenang. “Istri Pak JK berasal dari Kabupaten Tanah Datar Sumbar. Tidak ada hubungan kekeluargaan dengan istri saya yang dari Wonogiri, Jateng,” kata dia.

5. Aktif berorganisasi

Selain aktif di KPU Sumbar, bapak tiga anak ini juga pernah menjabat anggota Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Indonesia periode 2003.

Husni juga terlibat dalam organisasi di luar lembaganya. Ia tercatat aktif sebagai Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama Sumatera Barat periode 2010-2015.  – Rappler.com